Senin, 28 November 2011

Clandestine – epilog

Main characters:
  • CN Blue
  • Yoona SNSD
  • Seohyun SNSD
  • Hyuna 4minute
  • Krystal f(x)
Others:
  • TOP BigBang
  • Victoria f(x)
  • Changmin DBSK
  • Junho 2pm
  • Lee Hyori
  • Nicole KARA
  • Doojoon Beast
  • Jung Yoogeun
Genre: family, romance, friendship, action, angst
Rate: PG 15

Kelompok pemberontak Seungwon dijatuhi hukuman mati pada pertengahan 2011 setelah melalui proses persidangan yang cukup panjang. Tidak ada seorangpun dari anggota kelompok yang dipimpin Seugwon lepas dari jeratan hukum. Termasuk Ok Taecyeon dan juga keempat kawannya. Terlebih Nichkhun Horvejkul. Pasal berlapis yang menimpanya, membuatnya juga mendapat hukuman mati.
Kasus itu bocor di kalangan publik dan akhirnya seluruh warga Korea mengetahui apa yang terjadi di balik pimpinan pemerintahan saat itu. Pemerintahan lengser pada saat itu juga.
Sembilan tahun berlalu..
Seunghyun terlihat begitu gusar. Berkali-kali ia melirik arlojinya. Lengan jasnya menjadi terlihat kusut karena terlalu sering digulung.
“Hah..kemana mereka. Bahkan di pesta pernikahan kita, mereka terlambat? Aish..awas saja nanti.”
“Tenang saja. Mereka pasti datang.” Hibur Victoria
Seunghyun menoleh pada wanita yang pagi tadi telah resmi menjadi istrinya. Ia tersenyum sendiri.
Victoria mengernyit “Kenapa?”
“Tidak ada.” Seunghyun menggeleng pelan sembari tetap tersenyum
“Hanya saja aku tidak percaya kau yang akan menjadi istriku.” Lanjutnya
“Ya! Apa maksudnya itu? Kau mau bilang menyesal menikah denganku?!”
Suara Victoria yang cukup keras, membuat tamu undangan menoleh pada mereka. Termasuk Junho dan Changmin. Junho tertawa geli sementara Changmin memberi kode ‘apa-apaan kalian?’ lewat matanya. Seunghyun berdehem, berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan galak Victoria tentu mengatakan hal lain.
“Hei..” Seunghyun berbisik pada istrinya “Maksudku bukan begitu.”
Victoria memalingkan wajahnya. Seminggu sebelum hari pernikahan mereka, Victoria menjadi sensitif. Dan ternyata hal itu masih berlangsung sampai sekarang.
“Aku tidak percaya kau yang akan menjadi istriku. Seorang wanita sempurna sepertimu, bisa menjadi istri Choi Seunghyun.”
Victoria menahan senyumnya. Tetap berpura-pura kesal.
“Lihat mataku, Vic. Tidak tahukah kau, keduanya hanya ada bayanganmu?”
Victoria tidak dapat lagi menahan senyumnya. Ia memukul pelan lengan Seunghyun. Dan keduanyapun tertawa. Tamu undangan menjadi riuh meneriaki mereka agar berciuman. Entah karena sekedar menghargai permintaan tamu-tamu mereka, atau karena memang mereka menginginkannya, mereka pun melakukannya.
Junho memalingkan wajahnya dan meneguk wine nya. Tiba-tiba ia ingin menikah karena Seunghyun dan Victoria. Sedangkan Changmin, ia melihat keduanya tanpa berkedip sama sekali. Pemandangan itu terlalu menakjubkan baginya, mengingat selama ini ia tidak pernah melihat Victoria dan Seunghyun bersikap mesra sekalipun mereka telah menjalin hubungan.
==================================================================================
Yonghwa bersandar lemas di sofa. Ia sudah bosan menunggu Seohyun yang sedari dua jam lalu tidak keluar dari kamar. Salah sendiri sebenarnya, ia tidak mau mengganggu istrinya sehingga ia pun membiarkan Seohyun berdandan lama.
“Hyuunn..palli..” gumam Yonghwa, yang tentu tidak bisa didengar Seohyun
“Umma lama.”
Yonghwa menoleh pada anak yang belum genap berusia 5 tahun yang duduk di sebelahnya. Anak itu terlihat bosan sekalipun ia membawa mainan kesayangannya, robot power rangers. Ekspresi yang terlalu mirip dengan Yonghwa. Mungkin ini yang disebut ‘like father like son’.
“Yoogeun-ah. Appa tidak mengerti kenapa semua wanita selalu berdandan lama.”
Anak tampan yang dipanggil Yoogeun itu mengedipkan mata berulang pada Yonghwa. Ia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan ayahnya itu. Yang ia tahu, ia sekarang kelaparan. Di pikirannya, pesta pernikahan adalah acara dimana semua orang boleh makan kue sepuasnya.
“Hei..kau punya mata yang indah seperti umma.” Kata Yonghwa tiba-tiba
Yoogeun tersenyum polos. Ia suka setiap kali orang memujinya begitu.
“Jungmo adjushi..”
Senyum Yonghwa lenyap, berganti menjadi tampang cemburu setiap mendengar nama arsitek yang adalah atasan Seohyun itu.
“..juga sering bilang begitu.”
“Jungmo adjushi..” Yonghwa menggerutu
“Jungmo adjushi..” Yoogeun memainkan kembali robotnya
Yonghwa bersiap-siap menutup telinganya.
“.. juga bilang Yoogeun punya hidung seperti appa.”
“Eh?” Yonghwa terlihat senang “Benarkah?”
Yoogeun mengangguk tidak peduli. Sepertinya ia kembali ingat acara laparnya.
“Adjushi itu harus segera menikah sebelum aku mati cemburu.” Gumam Yonghwa yang tak sadar Soehyun ada di belakangnya
“Oppa!” Seohyun menatapnya garang “Jungmo oppa hanya atasanku. Kalau bukan karenanya aku mungkin tidak jadi arsitek begini.”
“Kau menjadi arsitek karena kau pintar, Hyun.” Elak Yonghwa pelan
“Oppa!”
“Aish..iya.” Yonghwa mengerutkan bibirnya, membuat Seohyun tertawa geli
“Aku suka setiap kali oppa cemburu.”
Seohyun mencium pipi suaminya. Raut wajah Yonghwa berubah cerah. Ia mendekatkan wajahnya untuk mencium Seohyun, dan..
Yoogeun menarik baju keduanya.
“Yoogeun lapar!”
Yonghwa mendengus “Yoogeun-ah..aish..”
Seohyun tertawa. Ia meraih tangan mungil Yoogeun “Kajja. Kita berangkat ke pesta Seunghyun adjushi.”
==================================================================================
“Jonghyun-ah..bangun, sayang. Kau ini..seharian tidur di kamar. Bukankah kau harus datang ke pesta kawanmu?”
Jonghyun menguap sembari mengusap-usap matanya.
“Aku tidak tidur semalaman, umma. Masih banyak lagu yang belum selesai kukerjakan.”
Ibu Jonghyun merapikan rambut putranya yang berantakan “Umma tahu. Maaf umma tidak bisa membantu.”
“Umma.. Ini tugasku. Aku akan bekerja sekeras mungkin untuk membahagiakan umma.”
“Ehm. Kau memang anak umma yang paling baik.”
“Dan tampan.” Jonghyun tertawa “Umma tidak ikut?”
“Ah, tidak. Ini acaramu dan teman-temanmu.”
“Tapi umma..”
“Umma tunggu di rumah. Udara malam tidak baik untuk orang tua seperti umma.” Ujar ibu Jonghyun mencari alasan
Jonghyun mengangguk “Baiklah kalau begitu. Umma tidak apa-apa sendiri di rumah?”
Ibu Jonghyun tersenyum “Tentu. Cepat mandi. Jangan sampai terlambat.”
Jonghyun mengangguk lagi dan kemudian mencium pipi ibunya “I love you, mom.”
“Sudah sana mandi.” Kata Ibu Jonghyun sembari tertawa
“Oh ya, umma. Hyori noona dan managernya akan kemari untuk mendiskusikan lagu ciptaanku untuk album barunya. Aku sudah memberi tahu mereka kalau aku ada acara. Tapi mungkin mereka akan tetap datang lebih awal. Tidak apa-apa bukan kalau mereka menunggu di sini?”
“Tentu. Hyori sudah seperti putri umma sendiri.”
“Ah umma, Hyori noona itu penyanyi terkenal. Tapi aku juga senang kalau bisa memiliki kakak sepertinya.”
==================================================================================
Krystal mengecek penampilannya sekali lagi, sebelum akhirnya keluar dari kamar. Ketika ia melewati ruang keluarga, ia berhenti sejenak. Sekedar memandangi foto keluarga yang terbingkai rapi dan tergantung di dinding. Ayahnya, dirinya, dan Yonghwa. Mereka tersenyum bahagia di foto itu. Membuat Krystal juga ikut tersenyum ketika memandanginya. Sekaligus merasakan keganjilan. Ada yang selalu dirasanya tidak lengkap, yaitu ibunya. Setelah pertemuan terakhir mereka, dimana ibunya memintanya untuk tidak lagi menganggap ada, ia tidak lagi mendengar kabar beliau.
“Krystal.”
Krystal menoleh pada pemilik suara penuh wibawa itu. Ia kemudian tersenyum.
“Kau berangkat sekarang?”
“De, appa.”
“Dengan Yonghwa?”
“Tidak. Dengan Minhyuk oppa.”
Ayah Krystal mengangguk. Beliau memperhatikan Krystal beberapa detik.
“Kau sudah dewasa, Krystal. Sepertinya sebentar lagi appa kehilangan putri bungsunya.”
“Appa..” Krystal merajuk “Aku masih 26 tahun. Aku tidak mau menikah muda seperti Yonghwa oppa. Aku masih ingin mengembangkan perusahaan appa.”
“Krystal, kakakmu juga menginginkan itu. Tapi bukan berarti ia melupakan keinginannya yang lain bukan?”
“Yonghwa oppa itu pria, appa. Ia tidak perlu memikirkan hamil, melahirkan, dan sebagainya. Berbeda denganku. Semuanya akan berubah setelah aku menikah.”
“Iya..iya. Terserah kau saja.”  Kata ayah Krystal sambil mengusap kepala putrinya
Krystal tersenyum sekali lagi. Lantas memeluk ayahnya. Ia kembali menemukan sosok hangat dan bijaksana itu 6 tahun lalu. Ya, 6 tahun lalu ayahnya menceraikan sang istri. Sadar bahwa istri kedua yang dipilih itu bukan wanita yang baik.
“Ah, appa. Aku harus berangkat sekarang.” Krystal melepaskan pelukannya
“Aku harus menjemput Minhyuk oppa dulu.”
“Kau menjemputnya? Lalu mobil siapa yang di depan? Bukan Minhyuk?”
“Eh? Mana mungkin. Minhyuk oppa belum bisa berjalan dengan benar. Mm…atau mungkin ia bersama sopirnya.”
==================================================================================
“Ya!”
Krystal berlari menghampiri Minhyuk. Ia panik saat melihat Minhyuk hampir jatuh.
“Oppa belum sembuh. Jangan memaksakan diri begitu.” Omelnya sambil menyandarkan lengan Minhyuk ke bahunya
“Krystal..aku ini sudah bisa berjalan.”
“Tidak oppa. Oppa masih harus..”
“Kau tidak tahu bagaimana rasanya duduk di kursi roda selama sembilan tahun.” Potong Minhyuk dengan memasang tampang muram
Krystal menjadi merasa bersalah. Ia hanya tidak ingin kekasihnya itu terluka lagi. Tentu ia senang kaki Minhyuk bisa kembali digerakkan setelah bertahun-tahun bagai mati. Ia tahu yang Minhyuk rasakan. Bahkan ia tahu bagaimana Minhyuk sempat putus asa selama itu. Tapi bukan Minhyuk namanya jika terlarut terlalu lama. Minhyuk berusaha mati-matian untuk sembuh. Mulai dari membuka mata, kemudian berbicara, kemudian menggerakkan tangannya, dan pada akhirnya seperti sekarang. Bukan sehari dua hari terjadi, tapi sembilan tahun Minhyuk harus menunggu.
“Apa aku orang pertama yang melihat oppa berjalan lagi?”
Minhyuk mengangguk semangat “Tentu. Aku belum menunjukkan pada siapapun.”
“Kalau begitu coba tunjukkan padaku.” Ucapnya sambil tersenyum
Krystal membantu Minhyuk berdiri tegak lagi. Lalu mundur beberapa langkah. Perlahan-lahan, Minhyuk menyeret kakinya untuk berjalan. Tiga langkah, empat langkah.. hingga akhirnya kurang selangkah lagi untuk sampai di depan Krystal. Tapi tiba-tiba Minhyuk kehilangan keseimbangan lagi. Krystal dengan tanggap menyangga Minhyuk.
“Oppa tidak apa-apa?” cemas Krystal
Minhyuk tersenyum jahil “Kau tidak sadar aku hanya berpura-pura jatuh?”
“Eh?”
“Aku hanya ingin memelukmu, Krystal.”
“Apa?! Ya! Ka..”
“Hei..kau sudah berjanji tidak akan pernah marah padaku.”
Krystal memutar bola mata “Kupikir oppa tidak mendengarku dulu. Dapat nilai A untuk ujian  matematika lebih mudah dari ini.”
Minhyuk tertawa “Krystal-ah..terima kasih.”
“Untuk?”
“Untuk menungguku. Untuk menemaniku. Untuk tidak meninggalkanku. Dan..mm..aku tidak yakin dengan yang satu ini. Untuk mencintaiku.”
“Eh? Siapa bilang aku mencintai oppa? Ah itu perasaan oppa saja.”
Krystal bisa melihat Minhyuk menjadi muram lagi. Persis seperti Yoogeun saat mainannya diambil. Tawa Krystal pun meledak.
“Oppa, percaya pada yang kukatakan? Aish..polos sekali kekasihku ini.”
Minhyuk kembali ceria. Ia senang karena Krystal menyebutnya sebagai kekasihnya.
“Aku tidak akan melakukan ini semua kalau aku tidak mencintai oppa.”
==================================================================================
“Nicole!”
Jungshin dan Nicole menoleh pada sepasang kekasih yang berjalan menyusul mereka. Senyum Nicole merekah begitu melihat Hyuna dan juga kekasihnya, Doojoon.
“Hyuna-ya!”
Nicole dan Hyuna pun saling berpelukan untuk melepas rindu mereka.
“Ya! Kim hyuna, kau melupakan sahabat baikmu.” Gerutu Jungshin
Hyuna menjulurkan lidahnya “Siapa bilang kau sahabatku?”
“Aish..kau..”
Sebelum Jungshin mendaratkan protesnya, Hyuna buru-buru memeluk pria jangkung itu.
“Aku bercanda, Jungshin-ah.”
“Kalian ini..” kata Nicole dan Doojoon bersamaan
Mereka berempat tertawa setelahnya.
“Kapan kau kembali? Ya! Kenapa tidak memberi tahuku?” tanya Nicole pura-pura marah
“Aku baru sampai dua jam lalu. Maaf, Nicole, aku buru-buru. Victoria unnie mengancam akan meledakkan bom ke restauran kami kalau kami tidak datang.”
“Ya! Sepertinya kita harus segera masuk.” Ucap Nicole mengingat nama Victoria disebut
==================================================================================
Nicole dan Doojoon berjalan di depan dan mulai membicarakan hal-hal sederhana tentang pasangan mereka masing-masing. Mereka berdua memberi kesempatan pada Hyuna dan Jungshin untuk melepas rindu setelah empat tahun lebih tidak bertemu.
“Kim Hyuna..berapa restauran yang sudah kau buka bersama Doojoon di Eropa?”
“Ya! Lee Jungshin..berapa pusat perbelanjaan yang sudah kau dirikan di Korea?”
Keduanya tertawa. Tidak pernah ada yang berubah dari persahabatan mereka.
“Sepertinya kali ini kau serius, Hyuna. Apa Doojoon yang nantinya akan menikah denganmu?”
Hyuna mengendikkan bahunya “Kuharap. Kau sendiri? Aah..sudah kubilang Nicole itu jodohmu. Aku tahu kau masih mencintainya saat kau memutuskan hubungan kalian.”
“Ya! Aku memutuskannya karena masalah keluarga kita. Mana mungkin aku bisa..”
Jungshin menghentikan ucapannya. Ia takut hal itu akan membuat mereka bertengkar.
“Tenang saja. Aku sudah tidak memikirkan itu.” ujar Hyuna yang sepertinya mengerti apa yang ada di pikiran Jungshin
“Jungshin.”
“Ehm?”
“Aku..di Belanda..”
“Kenapa? Kau melihat pria setampan aku disana?” canda Jungshin
Jungshin menyadari kalau ada hal yang mengganjal di pikiran Hyuna “Ada apa, Hyuna?”
“Aku..di Belanda..dua bulan lalu.. aku melihat ibumu.”
Senyum di wajah Jungshin lenyap begitu mendengarnya.
“Aku tidak lagi membencinya, Jungshin. Kau, putranya, kau harus memaafkan orang tuamu.”
Nicole dan Doojoon tentu mendengar pembicaraan mereka. Nicole telah mengetahui semuanya dari Hyuna saat mereka mulai menjadi sahabat. Doojoon juga cukup tahu tentang Jungshin, Hyuna dan keluarganya dari kekasihnya itu. Mereka berdua memutuskan untuk masuk ke gedung lebih dulu. Membiarkan Hyuna dan Jungshin menyelesaikan apa yang perlu mereka selesaikan.
“Kau..mau memaafkan mereka?”
Jungshin menggeleng ragu “Mereka terlalu sering membuat hidupku berantakan.”
“Jungshin..”
“Mereka menghancurkan keluargamu. Membuatmu membenciku bertahun-tahun. Dan meninggalkanku dengan tuduhan pembunuhan ayahmu. Tidakkah kau berpikir itu membuatku sulit memaafkan mereka?”
“Jungshin..” Hyuna merasa iba pada sahabatnya pada apa yang akan dikatakannya
“Mereka.. sudah meninggal.”
“Aku akan senang kalau itu terjadi.”
“Aku serius, Jungshin. Mereka, orang tuamu, meninggal..bunuh diri.”
Jungshin tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah mendengarnya. Ia hanya diam memandang Hyuna. Hyuna mengusap lengan Jungshin kasihan.
“Saat aku melihat ibumu, beliau sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Orang mengatakan kalau beliau menabrakkan dirinya ke truk yang melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Aku kemudian mencari tahu tentang ayahmu setelah itu. Tapi ternyata..ayahmu telah meninggal lima tahun lalu. Beliau..depresi. Beliau melompat dari gedung rumah sakit jiwa yang merawatnya.”
Jeda. Hyuna membiarkan Jungshin larut dalam pikirannya. Ia tahu Jungshin merasa bersalah dan juga sedih ketika mendengar ucapannya. Sekalipun Jungshin selalu mengatakan bahwa ia membenci kedua orang tuanya itu.
“Hyuna.”
“Ehm?”
“Ini yang dinamakan karma. Benar?”
Hyuna menggeleng “Ini hanya takdir, Jungshin.”
Jungshin menunduk. Hantinya terasa berat karena memikirkan kabar itu. Entah kenpa ia menyesal karena selama ini tidak berusaha mencari keberadaan orang tuanya.
“Hei..” Hyuna mengusap lengan Jungshin sekali lagi
Jungshin berusaha tersenyum “Aku lega setidaknya tahu kabar mereka.”
“Kajja.” Ajaknya setelah mengalungkan lengannya pada bahu Hyuna
==================================================================================
Semua menikmati pesta yang disuguhkan Seunghyun dan Victoria. Sang pengantin baru tengah mengobrol dengan Seohyun dan Yonghwa. Sementara Yoogeun bersama dengan Krystal dan Minhyuk.
“Lihat Minhyuk. Aku sekarang merasa sedikit lega karena ia dapat sembuh.”
“De..aku juga selalu merasa bersalah padanya, hyung. Ia melewatkan sembilan tahun dengan sia-sia.”
“Ehm. Bahkan ia tidak sempat menyelesaikan kuliahnya. Ah, Yonghwa..aku hampir lupa.”
“Ada apa, hyung?”
“Kau tahu Minhyuk adalah yang paling tertarik saat aku menemui kalian pertama kali dulu dan membicarakan masalah NIS. Ia juga memiliki keahlian yang luar biasa. Dan sekarang tak ada yang dikerjakannya, bukan?”
Yonghwa menatap Seunghyun curiga “Hyung, aku tidak akan mengizinkannya menjadi agen NIS. Aku tidak mau ia terluka lagi.”
“Aish..anak ini. Aku memang ingin merekrutnya. Tapi bukan menjadi agen NIS sepertiku dan Victoria.”
“Lalu?”
“NIS mendirikan divisi baru. Khusus untuk ahli sistem komputer dan komunikasi.”
“Mereka bukan agen terlatih seperti agen NIS pada umumnya, Yongwha.” Sambung Victoria “Mereka orang-orang biasa yang terpilih karena keahlian mereka. NIS memberi pengamanan dan kamuflase khusus untuk menutupi identitas mereka.”
“Entahlah. Mungkin lebih baik Minhyuk sendiri yang memutuskan.”
“Ya! Aku tentu sudah membicarakan padanya..juga orang tuanya.”
“Benarkah oppa?” tanya Seohyun yang sebelumnya hanya mendengarkan
“Ehm. Karena agen terpilih ini hanya akan bekerja di dalam, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Minhyuk menerima tawaran ini. Orang tua Minhyuk menghargai keputusannya. Mereka bilang, mereka senang karena Minhyuk seperti kembali mendapatkan kepercayaan diri setelah aku menyampaikan tawaran ini.”
Mereka berempat terlarut dalam pembicaraan mereka. Hingga Seunghyun menyadari tidak sepenuhnya tamu undangannya merasa bahagia. Jonghyun. Pria yang sekarang dikenal dengan jutaan lagu romantis yang diciptakannya.
“Jonghyun?” tanya Victoria seolah juga mengetahui apa yang dipikirkan Seunghyun
Seunghyun mengangguk “Pria itu seperti hidup dengan setengah nyawa setelah ditinggal Yoona.”
“Katakan padanya.”
“Apa?”
“Seunghyun, aku tahu kau mencari gadis bernama Im Yoona untuknya. Ia ada di Korea sejak dua minggu lalu, bukan?”
Seunghyun terkejut “Kau tahu dari mana, Vic?”
“Kau lupa aku ini juga agen NIS?”
Seunghyun tersenyum bodoh “Aku merasa kita seperti Mr and Mrs Smith.”
==================================================================================
“Hei.. pujangga. Apa kau begitu senang melamun seperti itu?”
Jonghyun berdecak “Hyung, ini pesta pernikahanmu. Kenapa hyung masih sempat menggangguku?”
“Justru karena kau merusak pestaku.”
“Huh?” Jonghyun terlihat tidak peduli, ia kembali memainkan gelas wine nya
“Memikirkannya?”
“Siapa?”
“Ya! Di keningmu itu tertulis jelas nama Im Yoona.”
Jonghyun tertawa hambar “De.”
“Cih. Aku tak percaya melakukan ini kedua kalinya untukmu.”
“Maksud hyung?”
“Ia ada di Korea. Yoona, gadis yang kau ridukan itu, sudah kembali ke Korea sejak dua minggu lalu.”
Jonghyun terdiam beberapa detik, lalu tersenyum pahit.
“Bersama Jiwoon bukan?”
“Kau pikir aku akan mengatakannya padamu kalau ia masih menjadi istri Jiwoon?”
“Maksud hyung?”
“Aish..dasar bodoh. Yoona telah bercerai dari Jiwoon. Karena itulah ia kembali ke Korea.”
“Hyung tidak sedang mengerjaiku bukan?”
“Sudah kuduga kau akan mengatakan ini. Seharusnya aku tidak menyelidikinya untukmu.” Kesal Seunghyun
“Jadi itu benar? Hyuunngg!” sontak Jonghyun memeluk Seunghyun
“Ya! Lepaskan aku, bodoh!”
Jonghyun menepuk bahu Seunghyun berkali-kali dengan keras, tidak sadar karena ia terlalu senang.
“Terima kasih!” teriaknya sembari berlari
“Aish!”
==================================================================================
Jonghyun menepuk dahinya sendiri kita ia hendak menyalakan mesin mobilnya.
“Aku harus menemuinya dimana? Aish..kenapa otakmu selalu tidak bekerja di saat penting, Lee Jonghyun. Seharusnya kau menanyakannya dulu pada Seunghyun.”
“Apalagi sekarang?!” maki Jonghyun pada ponselnya yang berdering
“Ada apa, Hyori noona?” tanya Jonghyun tidak sabar
“Ya! Kenapa kau ini?”
“Tidak. Maaf, aku hanya sedang bingung.”
“Oh. Aku hanya mau mengatakan, aku tidak jadi ke rumahmu. Managerku mengubah jadwal.”
“De. Tidak masalah.”
“Managerku akan menghubungimu besok untuk menyusun jadwal pertemuan kita.”
“De.”
“Ah noona..” cegah Jonghyun ketika Hyori hendak mematikan teleponnya
“Aku mencari seseorang. Menurut noona dimana aku bisa menemukannya?”
“Ya! Kau pikir aku peramal?”
“Ah iya..bagaimana ini..”
“Mantan kekasihmu?”
“Ehm? Rr..ya.”
Terdengar tawa Hyori dari seberang “Ada tempat-tempat tertentu yang kalian datangi hanya berdua bukan? Mungkin ia ada disana. Seorang wanita biasanya menganggap tempat itu istimewa baginya.”
==================================================================================
Jonghyun tersenyum ketika melihat punggung Yoona. Ia bisa mengenali wanita yang dicintainya itu sekalipun di pantai yang gelap seperti ini. Benar yang dikatakan Hyori. Ia menemukan Yoona di pantai tempat mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama. Jonghyun memperhatikan punggung wanita itu beberapa lama. Hingga akhirnya ia menghampiri Yoona perlahan-lahan. Sekilas tak ada yang berubah dari wanita yang tengah memandangi laut lepas itu.
Entah apa yang sedang dipikirkan Yoona, sampai-sampai ia tidak menyadari kedatangan Jonghyun. Bahkan pria itu sampai melihat Yoona sedang  memperhatikan cincin yang menjadi bandul kalungnya.
“Kau masih menyimpan cincin itu?”
Yoona terdiam ketika mendengar suara Jonghyun. Lama tidak bertemu dengan pria itu bukan berarti membuatnya melupakan suara khas itu.
==================================================================================
Jonghyun dan Yoona duduk dalam diam. Mereka hanya memperhatikan debur ombak tanpa sedikitpun berkata. Sebagai pria, pada akhirnya Jonghyun memulai pembicaraan.
“Tentang perceraianmu dengan Jiwoon. Aku..turut berduka.”
Yoona tersenyum “Benarkah? Tapi raut wajahmu mengatakan hal lain, Jonghyun.”
Jonghyun tertawa bodoh “Apa begitu terlihat?”
“Menurutmu?” Yoona tersenyum sekali lagi “Kau tahu aku tidak pernah menyukai Jiwoon. Jadi perceraian ini justru berkah menurutku.”
“Ehm. Aku tahu itu. Orang tuamu..”
“Percaya atau tidak, mereka yang menyuruhku bercerai.”
Jonghyun mengernyit. Itu adalah hal paling mustahil yang pernah di dengarnya.
“Jiwoon memperlakukanku dengan buruk. Ia memukulku setiap kali aku melakukan sesuatu yang dianggapnya salah. Jiwoon sakit, Jonghyun. Ia benar-benar sakit mental.”
Jonghyun terlihat geram mendengar cerita Yoona. Yoona bisa menangkap kemarahan Jonghyun itu. Dan entah kenapa ia merasa senang.
“Hei.itu sudah berlalu.” Kata Yoona untuk meredam emosi Jonghyun
“Setelah orang tuaku berhasil ‘mengamankan’ perusahaan kami, mereka menyuruhku bercerai. Entah malaikat apa yang merasuki mereka.” Yoona tertawa hambar “Sekalipun aku merasa tidak dihargai, aku senang karena setidaknya mereka masih peduli padaku.”
Lagi-lagi mereka diam.
“Kau sendiri? Kudengar kau sekarang menjadi composer handal.”
Jonghyun hanya membalas dengan senyuman. Hal itu tidak penting baginya.
“Jadi siapa wanita beruntung itu?”
“Siapa?”
“Yang kau tuliskan dalam lirik-lirik lagumu. Hei..aku selalu mendengarkan semua lagu yang kau ciptakan.”
“Aah..” Jonghyun mengangguk paham “Masih perlu kau tanyakan itu?”
“Kenapa? Aku tidak boleh menanyakannya?”
“Yoona-ya.”
“Ehm?”
Jonghyun menatap Yoona “Kau tahu aku menulis semua lagu itu untukmu.”
“Jadi benar lagu itu untukku.”
“Apa?”
“Aku selalu menganggap semua lagu itu untukku. Tapi karena bukan kau sendiri yang menyanyikanya, aku berpikir mungkin akulah yang terlalu berharap.”
“Seharusnya aku menyanyikan semua laguku sendiri.” Canda Jonghyun
“Yoona-ya.”
“Ehm?”
“Apa kau masih mencintaiku?”
Yoona mengalihkan pandangannya ke laut yang terlihat gelap.
“Masih perlu kau tanyakan itu?” jawab Yoona menirukan Jonghyun
Jonghyun tertawa. Ia lantas menarik bahu Yoona dalam pelukannya.
“Aku tidak percaya kau benar-benar menungguku.”
“Hei..aku ini pria sejati. Aku akan meneparti janjiku, kau tahu itu.”
“Oh ya? Mm..kau berjanji membelikanku cincin berlian.”  Canda Yoona
“Im Yoona..kau tidak tahu berapa kardus berlian yang ku simpan di rumah untukmu.” Balas Jonghyun ikut bercanda
“Ah aku hampir lupa. Aku dekat dengan penyanyi idolamu.”
Wajah Yoona berbinar seketika itu juga “Hyori unnie? Benarkah?”
“Tentu. Kau tidak tahu bagaimana terkenalnya pria yang kau cintai ini, Yoonaaa.”
(beneran) End –