Senin, 28 November 2011

Clandestine – chap 3b

Main characters:
  • CN Blue
  • Yoona SNSD
  • Seohyun SNSD
  • Hyuna 4minute
  • Krystal f(x)
Others:
  • TOP BigBang
  • Lizzy After School
  • Jiwoon (Ocs)
Genre: family, romance, friendship
Rate: PG 13
“Aiish..keterlaluan.” Gerutu Lizzy saat membaca artikel dari handphonenya
“Kenapa?” tanya Seohyun penasaran
“Terjadi perampokan di Bank Central semalam. Kau tahu siapa pelakunya?”
Seohyun menggeleng “Siapa memangnya?”
“C-N-B-L-U-E. CN Blue. Jinca..”
Seohyun merebut handphone Lizzy dan membaca berita online tersebut. Matanya terbelalak, benar yang dikatakan Lizzy. Di berita tersebut tertulis bahwa telah terjadi perampokan bank pada Kamis 12 Mei pukul 01.00 dini hari oleh sekelompok pemuda yang memakai topeng. Mereka melumpuhkan petugas keamanan dan merusak properti di dalam bank, juga menghancurkan kamera cctv. Polisi menduga perampokan tersebut dilakukan oleh CN Blue.
“Dasar berandalan. Apa mau mereka?” kesal Lizzy
Seohyun menggeleng dan bergumam sendiri “Tidak mungkin mereka yang melakukan..”
“Apa?”
“Ini baru dugaan polisi, Lizzy. Aku tidak yakin kalau CN Blue yang melakukan perampokan ini.”
Lizzy memutar bola matanya “Tidak mungkin bagaimana. Jelas-jelas bukti mengarah pada mereka. Aiish..dasar. Minggu lalu juga mereka melakukan pembunuhan. Bukan cuma sekali, tapi dua kali. Du-a ka-li. Mereka pikir siapa mereka.”
“Tidak. Aku yakin bukan mereka yang melakukan.”
“Kenapa kau begitu yakin? Ah..jangan-jangan..omo..”
“Jangan-jangan apa?”
“Jangan-jangan kau mengenal mereka?” selidik Lizzy
Seohyun berusaha menguasai dirinya agar tidak terlihat gugup.
“Tidak..” ucapnya sambil kembali menekuni buku bacaannya
==================================================================================
Hyuna mencuri dengar pembicaraan bosnya dengan pelanggan sambil berpura-pura merapikan tangkai bunga di dalam pot. Bos dan pelanggan toko bunga itu tengah membicarakan berita hari ini. Yaitu tentang aksi perampokan semalam.
“Anak muda jaman sekarang. Astaga..mau jadi apa mereka nanti?”
“De. Kalau sekedar merusak fasilitas umum aku masih bisa maklum. Tapi ini..mereka membunuh dan merampok.”
“CN Blue..siapa mereka. Kenapa polisi begitu sulit melacak identitas mereka.”
“Iya..kenapa sampai sekarang tidak ada yang mengenali mereka.” Pikir Hyuna
“Aku curiga salah satu diantara mereka adalah putra kepala kepolisian.” Kata bos menganalisa
Hyuna menggeleng “Bodoh. Mana mungkin.” gumamnya
“Ya! Apa kau bilang tadi? Bekerja sana dengan benar. Menguping saja.”
Hyuna mendengus “De.”
==================================================================================
Entah sudah keberapa kali Yoona melarikan diri dari Jiwoon dan pergi bersama Jonghyun. Begitu juga kali ini. Yoona meninggalkan Jiwoon yang menjemputnya di kampus. Ia sepertinya sudah terlatih untuk melakukannya bersama Jonghyun. Seperti biasa mereka menuju apartemen Jonghyun. Menurut Yoona, tempat dengan ukuran tak lebih dari kamar tidurnya di rumah itu lebih hangat dan nyaman.
Yoona dan Jonghyun telah sampai di gedung apartemen. Mereka terus bercanda hingga sampai di depan pintu aparteman Jonghyun. Tapi candaan mereka berhenti begitu melihat seorang wanita dan pria keluar dari apartemen Jonghyun. Wanita berusia sekitar 35 tahun bersama pria tua. Mereka terlihat begitu mesra, atau yang bisa dibilang menjijikan di mata Yoona.
Jonghyun menatap tajam pada keduanya. Tulang rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat. Seolah tengah menahan amarahnya. Tak mengerti apa-apa, Yoona hanya memandang mereka dengan bingung.
“Jonghyun, mereka si..”
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Jonghyun dengan nada dingin
“Sayang, umma hanya meminjam apartemenmu sebentar.”
Yoona menutup mulutnya dengan jemarinya. Ia terkejut mendengar perkataan wanita tersebut.
“Pergi.”
“Sayang..santai saja. Umma hanya mampir sebentar. Umma..”
“Kau!” Jonghyun menghela nafas panjang untuk menahan emosinya
“Kau..pergi dari sini..sekarang juga.” lanjutnya
Lelaki tua di samping ibu Jonghyun menepuk bahu Jonghyun “Sayang, anakmu sepertinya terlalu tegang. Anak muda sekarang seharusnya..”
Jonghyun menangkis tangan lelaki itu “Diam. Atau aku akan mematahkan tangan kotormu ini.”
“Kau!”
Ibu Jonghyun menahan bahu pria tersebut agar tidak memukul Jonghyun.
“Kau boleh melakukan apapun yang kau mau. Tapi jangan pernah lakukan itu di rumahku. Pergi..sekarang juga.”
Ibu Jonghyun tersenyum sinis. Ia pergi menuju lift tanpa berkata apa-apa lagi. Sedang pria yang bersamanya, memandang Yoona dengan tatapan mengerikan saat melewati gadis itu. Yoona mengalihkan pandangannya, ia merasa risih.
Setelah kepergian mereka Jonghyun sempat terdiam beberapa menit di tempatnya. Masih dengan kepalan tangan kuat hingga menunjukkan otot-otot di sekitar pergelangan tangannya. Yoona memandang Jonghyun khawatir, tidak tahu harus berbuat apa.
Bam!
Jonghyun memukul dinding di depannya dengan sangat keras. Membuat Yoona menjerit  terkejut. Gadis itu mendekati Jonghyun. Saat Yoona bermaksud melihat keadaan tangan Jonghyun, Jonghyun menepis tangan Yoona dengan kasar. Hingga tanpa sengaja membuat Yoona tersungkur.
Jonghyun menyesali perbuatannya seketika itu juga. Ia berlutut di depan Yoona untuk melihat keadaan gadis itu.
“Maaf..” Jonghyun menatap Yoona dengan cemas
Yoona meraih tangan kanan Jonghyun. Ia bisa melihat bekas luka berwarna biru ruas jari-jari Jonghyun.
“Sakitkah?” tanya Yoona tidak kalah khawatir
==================================================================================
Seohyun berjalan menuju rumahnya dengan perasaan tidak tenang. Sedari tadi yang ada pikirannya adalah tentang pemberitaan CN Blue. Tentang kejadian pembunuhan dan perampokan yang dituduhkan pada keempat pemuda itu.
“Mungkinkah..” gumamnya sendiri
Seohyun memang tidak mengenal ketiga lelaki lainnya, ia juga belum mengenal Yonghwa dengan baik. Tapi entah kenapa ia yakin mereka tidak akan bertindak sejauh itu.
Seohyun menghela nafas panjang. Ia melihat ke jalanan kompleks rumahnya. Tak sengaja Seohyun melihat ke arah taman. Seorang laki-laki yang ia kenal tengah bermain gelembung dengan anak perempuan berusia sekitar 8 tahun.
“Yonghwa oppa?”
Seohyun memperhatikan mereka sebentar. Yonghwa sepertinya tengah menghibur gadis kecil itu agar berhenti menangis. Seulas senyum mengembang di wajahnya.
“Tidak mungkin ia melakukannya.”
Seohyun berjalan ke taman untuk menghampiri Yonghwa. Yonghwa menyadari kedatangan Seohyun, ia balas tersenyum pada gadis itu.
“Seo Joohyun..”
“Jung Yonghwa..”
Kata Yonghwa dan Seohyun bersamaan. Mereka kemudian tertawa. Yonghwa kembali memandang anak kecil di dekatnya tu.
“Adik kecil, jangan menangis lagi ya. Sekarang pulanglah ke rumah.”
Anak itu mengangguk “Bolehkah gelembung ini untukku?”
“Tentu.” ucap Yonghwa sembari mengusap kepala anak itu dengan lembut
“Terima kasih, oppa.” Ujarnya riang dan berlari pulang
“Dari kampus?” tanya Yonghwa kemudian pada Seohyun
“De. Kau sendiri?”
“Sama sepertimu. Mau pulang?”
“De. Ah ya, apa yang kau lakukan disini? Ke rumah teman?”
“Mm..tidak juga.”
“Lalu?”
“Ke rumah seorang gadis.”
“Kekasihmu?”
Yonghwa mengendikkan bahunya. Seohyun mengangguk kecewa. Entah kenapa ia merasa sedih saat mengetahui Yonghwa telah dekat dengan gadis lain. Padahal ia tahu betul dirinya tidak memiliki hak apa-apa terhadap Yonghwa.
“Kalau begitu aku pulang dulu.” Pamit Seohyun
“Rumahnya searah denganmu. Lebih baik kita berjalan bersama. Kau tidak keberatan bukan?”
Seohyun tersenyum tipis. Ia ingin menolaknya karena saat ini perasaanya tidak enak. Tapi Seohyun tidak bisa melakukan itu. Jujur ia juga ingin bersama Yonghwa.
“De. Tentu saja.”
==================================================================================
Yoona mengompres tangan Jonghyun dengan handuk berisi es batu. Setidaknya lebam di tangan Jonghyun sedikit berkurang dari sebelumnya. Satu jam terlewati dengan diam. Yoona tidak berani memulai pembicaraan. Sementara Jonghyun masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Aku..pulang..”
Yoona berpikir bahwa Jonghyun membutuhkan waktu untuk sendiri. Karena itulah Yoona berpamitan pulang. Namun Jonghyun menahan tangan Yoona saat gadis itu bangkit dari sofa.
“Jangan pergi.”
Yoona terdiam sejenak. Ia menurut, dan kembali duduk di samping Jonghyun. Suasana hening lagi. Jonghyun menggenggam tangan Yoona dan meletakkan di pangkuannya.
“Maaf.”
“Untuk apa?” tanya Yoona tidak mengerti
“Maaf..karena aku melukaimu.”
Yoona menggeleng “Tidak, Jonghyun. Aku baik-baik saja. Aku tahu kau tidak sengaja melakukannya.”
Jonghyun menatap mata Yoona dalam “Aku janji tidak akan melakukannya lagi.”
“Sst.. Aku tahu.”
“Yoona-ya..”
“Ehm?”
“Apa kau tidak menyesal mengenal anak pelacur sepertiku?”
“Jonghyun..” Yoona melepas genggaman Jonghyun dan menyentuh kedua pipi Jonghyun
“Jangan berkata begitu. Aku selalu nyaman berada di dekatmu. Tidak peduli siapa keluargamu atau apapun itu. Araseo?”
Jonghyun meraih tangan Yoona dan mengenggamnya lagi.
“Ara.” Ucapnya dengan senyum
=================================================================================
“Apa rumah gadis itu masih jauh?” tanya Seohyun ketika sudah hampir sampai di rumahnya
“Tidak. Sudah dekat.”
Seohyun mengernyitkan dahinya. Setahu Seohyun, di sekitar rumahnya tidak ada seorang gadis seumurannya yang tinggal.
“Apa aku punya tetangga baru..” gumam Seohyun
Yonghwa bisa mendengarnya. Ia tersenyum sendiri.
“Mm..sudah sampai. Aku pulang dulu.”
Yonghwa mengangguk.
“Ah ya..semoga kencanmu berhasil.” Kata Seohyun dengan berat hati
Yonghwa kembali tersenyum “Kencan? Apa menurutmu kita akan berkencan?”
“Eh?”
“Boleh aku masuk?”
Seohyun menatap Yonghwa tidak mengerti “Maksudmu kau mau mampir dulu ke rumahku sebelum ke rumah gadis itu?”
“Aku sudah sampai di rumah gadis itu.”
“Kaulah gadis itu Seohyun.” Lanjut Yonghwa karena Seohyun masih memberi tatapan bingung
“Hah?” Mata Seohyun membulat “Aku?”
“Seohyunnie, siapa dia?” tanya seseorang berbadan tegap yang baru keluar dari pintu
“Seunghyun oppa?!”
==================================================================================
Jungshin mengamati Hyuna yang tengah merapikan rangkaian bunga dari jarak kejauhan. Sama seperti yang Jungshin lakukan tiap pagi. Ia menyesali dirinya yang hanya bisa melakukan hal itu. Tidak sepert dulu, saat mereka masih bersahabat.
Ketika Jungshin hendak meminta sopir melajukan mobil kembali, ia melihat sebuah mobil yang dikenalinya berhenti di depan toko bunga tersebut.
“Apa yang wanita itu lakukan disini?” gumam Jungshin ketika melihat ibunya keluar dari mobil itu
=================================================================================
“Jadi ini kekasihmu, Seohyunnie?” goda lelaki bernama Seunghyun
“Aniyo..kami hanya berteman. Dia Jung Yonghwa. Yonghwa oppa, ini Seunghyun oppa.” Kata Seohyun memperkenalkan
Yonghwa membungkuk untuk memberi salam. Begitupula dengan Seunghyun.
“Hei..buatkan teh untuk kami.”
Seohyun mendengus “Dasar oppa.”
Sementara Seohyun berada di dapur, Seunghyun mengajak bicara Yonghwa.
“Teman kampus Seohyun?”
“Bukan. Kami berbeda universitas.”
“Begitu.. Oh ya, aku kakak sepupu Seohyun. Agen NIS.”
“NIS? Sial.” Umpat Yonghwa dalam hati
Seunghyun bisa membaca ekspresi kesal Yonghwa “Kenapa?”
Yonghwa menggeleng “Jadi agen NIS..hyung hebat.”
“Tidak. Bukan apa-apa. Aku masih baru.”
“Maaf aku menanyakan ini. Tapi sepertinya kau..menyukai Hyunnie.” Lanjut Seunghyun
“A..aku?”
“Tenang saja. Aku tidak akan memarahimu atau apa. Aku percaya kau lelaki baik. Jaga dia, mengerti?”
“Dia siapa?” sambar Seohyun yang datang dengan membawa tiga cangkir teh
“Kau. Siapa lagi.” Jawab Seunghyun santai
“Kenapa denganku?”
“Aku meminta Yonghwa menjagamu. Dia menyukaimu.”
Brrpp!
Sontak Yonghwa menyemburkan teh dari mulutnya karena jawaban Seunghyun yang terlalu jujur.
==================================================================================
Hyuna meletakkan bunga yang tengah dirangkainya dan membungkuk untuk memberi salam pada pembeli yang baru datang.
“Annyeongha..” ucapan Hyuna terhenti saat ia mengetahui siapa pembeli tersebut
Wanita dengan dandanan khas nyonya besar tengah menatap Hyuna dengan angkuh. Wanita yang Hyuna paling benci, ibu dari mantan sahabatnya, Jungshin.
“Ah..Kim Hyuna..” wanita itu tersenyum sinis “Jadi ini pekerjaanmu?”
“Kau.Brengsek.”
“Omo. Siapa kau beraninya mengumpat padaku.”
“Cih.” Hyuna mendengus kesal “Kau tanya siapa aku? Aku adalah orang yang akan membunuhmu jika kau masih berani mengganggu hidupku.”
“Oo.. ck ck ck.. Tenang gadis manis, aku tidak akan mengganggu hidupmu. Mungkin hanya..menghancurkannya?”
“Wanita tua sialan!”
“Kau!” ibu Jungshin bersiap menampar pipi Hyuna ketika seseorang menahan tangannya
“Aku akan melakukan hal yang sama padamu jika kau berani melukainya.”
Hyuna menatap Jungshin, lelaki yang menyelamatkannya dengan tatapan merendahkan “Aku yang akan melakukannya sendiri. Siapa kau berani melindungiku.”
“Lepaskan umma, anak bodoh.”
Jungshin menghempaskan tangan ibunya dengan kasar “Kalau saja kau bukan ibuku, aku tidak akan segan-segan membunuhmu.”
“A..apa?!”
Jungshin tidak mempedulikan ibunya. Ia menarik tangan Hyuna dan membawanya keluar dari toko. Ketika sampai di belokan dekat toko itu, Jungshin menghempaskan tangan Hyuna.
“Kenapa kau melawannya?”
“Kenapa aku melawannya?” Hyuna tersenyum sinis “Lalu apa yang harus kulakukan? Berterima kasih padanya? Memujinya? Memeluknya? Hah?!”
Jungshin menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya “Katakan padaku jika terjadi sesuatu padamu.”
Kemudian Jungshin berbalik dan meninggalkan Hyuna.
“Ya! Apa maksudmu?!” teriak Hyuna tapi tidak direspon oleh Jungshin
“Ya!”
==================================================================================
Yonghwa, Jonghyun, Minhyuk, dan Jungshin tengah mengobrol di ruang keluarga. Ayah dan ibu tiri Yonghwa telah kembali ke New York. Dan itu berarti ketenangan bagi Yonghwa dan Krystal.
Brak!
Krystal tiba-tiba datang dan melempar koran ke meja. Ia melipat kedua tangannya ke dada dan menatap keempat lelaki itu dengan kesal.
Yonghwa mengambil koran itu untuk membaca berita yang membuat adiknya bersungut marah.
“Membunuh. Merampok. Apa kalian sudah gila hah?”
Jonghyun, Minhyuk, dan Jungshin mengangguk mengerti. Sementara Yonghwa tersenyum kecil.
“Kau percaya omong kosong ini?”
“Maksud oppa?”
Yonghwa meremas koran itu dan melemparnya ke belakangnya. ‘bola’ koran itu tepat masuk ke tempat sampah di pintu dapur.
“3 point.” Minhyuk bertepuk tangan untuk memuji keahlian sang ketua “Hyung bagaimana kau melakukannya?”
Krystal memelototi Minhyuk agar berhenti bertingkah konyol seperti itu. Minhyuk kemudian menggaruk kepalanya sambil tersenyum bodoh.
“Tulisan itu hanya sampah, Krystal. CN Blue memang berandalan, tapi bukan perampok apalagi pembunuh.” Kata Yonghwa
“Benarkah? Oppa tidak bohong?”
“Ya! Apa kami ini memiliki tampang penjahat?”potong Jonghyun
“Tidak ada.” Krystal membiarkan Jonghyun tersenyum menang
“Karena kalian hanya punya tampang bodoh.” Lanjutnya sambil menjulurkan lidah
“Ou..kyeopta..” kagum Minhyuk
Krystal berdecak “Dasar kau..”
Krystal kembali menatap kakaknya “Kalau sampai aku tahu oppa dan teman-teman kecil oppa ini yang melakukannya, aku adalah orang pertama yang akan melapor pada polisi.”
“Ara..” Yonghwa bangkit dan mengacak-acak rambut Krystal.
“Kajja. Kita ‘bermain’ sekarang.” lanjut Yonghwa pada Minhyuk, Jonghyun, dan Jungshin
Sementara Jonghyun, Jungshin, dan Yonghwa sudah berjalan keluar, Minhyuk masih berada di ruang keluarga bersama Krystal.
“Wae?” tanya Krystal galak
“Selamat malam.”
Minhyuk tersenyum lebar dan mengacak-acak rambut Krystal, sama seperti yang Yonghwa lakukan.
“Ya!”
Minhyuk segera melarikan diri sebelum Krystal sempat menendang ataupun meninjunya.
“Aiissh..” Krystal merapikan rambutnya yang berantakan
Krystal merasakan jantungnya berdebar sedikit lebih kencang dari biasanya. Sepintas ia berpikir bahwa Minhyuk begitu manis.
“No. Not him, Krystal.” Bantah Krystal pada dirinya sendiri
==================================================================================
Hwang changryul, lelaki berusia 47 tahun, ditemukan dalam keadaan tewas pukul 03.00 Sabtu dini hari. Korban ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di gang sempit sekitar pub malam Kaeyami. Terdapat luka tusukan di bagian perut korban. Pada baju korban juga terdapat tanda silang dari cat semprot berwarna hitam, yang diduga sama persis dengan grafiti yang terdapat di sepanjang toko di jalan tersebut. Polisi menduga dalang dari pembunuhan ini adalah sekelompok pemuda yang menamai diri mereka CN Blue. Sampai saat ini pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan.
Hyuna mematikan siaran televisi. Ia muak mendengar berita tentang CN Blue. Karena dirinya akan selalu teringat Jungshin, sosok yang ia benci.
“Katakan padaku jika terjadi sesuatu padamu.”
Hyuna teringat perkataan Jungshin dua hari lalu padanya. Ia tersenyum licik.
“Aku yang akan memastikan sesuatu terjadi padamu kalau kau berani mengganggu hidupku.”
Karena terlalu sibuk mengumpat, Hyuna terperanjat kaget saat handphonenya berbunyi.
“Yobseyo?” katanya sedikit emosi
“De. Ini Kim Hyuna.”
“De. Aku putrinya, ada apa?”
“Apa?! Ayahku hilang?!”
==================================================================================
Hyuna menggedor gerbang rumah Jungshin dengan emosi. Beberapa penjaga berusaha mengusir gadis itu. Tapi tak sedikitpun Hyuna mempedulikannya.
“Dimana kalian menyembunyikan ayahku?!”
“Keluarga sialan! Kembalikan ayahku!”
“Ya! Keluar kalian!”
Jungshin memandang Hyuna dari beranda kamarnya di lantai tiga. Ia mengernyitkan dahinya saat mendengar teriakan-teriakan Hyuna.
“Ayah Hyuna..apa yang terjadi padanya?”
Jungshin merogoh saku jasnya untuk mengambil handphone. Ia mencari nomor telepon rumah sakit tempat ayah Hyuna dirawat, di daftar kontaknya. Jungshin telah membayar salah satu perawat untuk menjaga ayah Hyuna dengan intensif. Jungshin tersentak saat mendengar ucapan perawat itu.
“Dua orang bertampang sangar semalam menerobos masuk ke kamar Tuan Kim. Mereka membungkamku dengan sapu tangan. Dan tak lama kemudian aku pingsan. Esoknya saat aku sadar Tuan Kim sudah tidak ada di kamar, juga di seluruh tempat di rumah sakit.”
“Ya! Kau wanita tidak tahu malu! Dimana kau sembunyikan ayahku?!”
Jungshin kembali melihat ke arah gerbang. Ibunya berdiri dua meter dari pintu gerbang dengan beberapa pengawal pribadi di belakangnya.
“Menjijikkan. Apa kau pikir aku akan mengotori tanganku dengan menculik orang gila seperti ayahmu?”
“Kau! Jangan berani menyebut ayahku seperti itu!”
Jungshin menajamkan mata pada ibunya “Dia yang melakukannya.”
==================================================================================
Yoona terpaku melihat lembaran foto di hadapannya. Ibunya telah mengetahui kelakuan Yoona yang sering kabur dari Jiwoon selama ini. Beliau curiga dan akhirnya menyuruh pengawalnya untuk menyelidiki Yoona.  Di foto tersebut Yoona tengah bersama Jonghyun. Mulai dari mereka berada di kampus Yoona, di jalan, dan bahkan saat mereka masuk ke gedung apartemen Jonghyun.
“Siapa lelaki itu?” bentak Ibu Yoona
“Dia..”
“Kekasihmu?”
“Bukan umma. Dia hanya temanku.”
“Teman? Apa kau pikir ibumu ini buta?!” Ibu Yoona melempar foto-foto di atas meja ke arah Yoona
“Tidak peduli siapapun dia, kau harus meninggalkannya.”
“Umma!”
“Kau berani membentakku? Jadi ini yang diajarkan lelaki itu padamu? Untuk melawanku, hah?”
Yoona berdecak “Aniyo, umma. Aku..”
“Tinggalkan dia. Dan umma akan menganggap ini selesai. Appa tidak akan pernah tahu.”
“Tidak. Aku tidak akan melakukannya. Umma dia hanya temanku.”
“Yoona! Umma susah payah membesarkanmu dan merawatmu. Tidak bisakah kau sekali saja membalasnya?!”
Yoona terdiam. Bukan marah, tapi lebih kepada rasa sedih. Ia selalu kecewa setiap kali ibunya mengatakan hal itu. Seolah dirinya hanyalah beban bagi orang tuanya selama ini.
==================================================================================
Jungshin telah membayar orang-orang kepercayaan, yang tentu bukan pegawai orang tuanya, untuk mencari ayah Hyuna. Setelah lebih dari 7 jam Jungshin menunggu kabar, akhirnya salah satu dari utusannya itu menelepon Jungshin.
“Tuan Kim telah ditemukan di daerah Namhyang. Tapi ia tidak sadarkan diri. Kami telah membawanya ke rumah sakit Seoul, tuan muda.”
“De. Aku akan segera kesana.” Jawab Jungshin sambil menuju keluar
“Siapkan mobil untukku.” Perintahnya pada pelayan
==================================================================================
“Mau apa kau?! Pergi dari sini!”
Jungshin tersenyum sinis pada Hyuna “Apa kau tidak mau bertemu dengan ayahmu?”
“Hah? Lelucon apa ini? Pergi dari sini. Kau tidak lihat aku sedang bekerja?”
“Jadi kau benar-benar tidak mau bertemu dengan ayahmu? Baik, terserah. Sepertinya pekerjaanmu lebih penting dari ayahmu sendiri.” Kesal Jungshin
Hyuna mengernyitkan keningnya. Melihat sikap Jungshin, ia jadi ragu kalau lelaki itu tengah mempermainkannya.
“Tunggu.” Cegah Hyuna saat Jungshin hendak keluar dari kafe
“Kau..benar menemukan ayahku?”
“Apa menurutmu aku sedang bercanda?” ketus Jungshin
Hyuna memberikan tatapan menyelidik pada Jungshin.
“Kalau kau mempermainkanku, jangan harap aku membiarkanmu bisa berjalan lagi.” Ancam Hyuna
“Cih.”
Jungshin menuju ke mobilnya diikuti Hyuna di belakangnya.
Tbc –

Tidak ada komentar:

Posting Komentar