Senin, 28 November 2011

Clandestine – chap 7b

prolog chap 1a -chap 1b – chap 2a – chap 2b – chap 3a – chap 3b – chap 4a – chap 4b– chap 5a – chap 5b – chap 6a – chap 6b – chap 7a
Main characters:
  • CN Blue
  • Yoona SNSD
  • Seohyun SNSD
  • Hyuna 4minute
  • Krystal f(x)
Others:
  • TOP BigBang
  • 2pm
  • Victoria f(x)
  • Siwon SuJu
  • Lizzy After School
  • Jiwoon (Ocs)
  • Changmin DBSK
Genre: family, romance, friendship, action, angst
Rate: PG 15
Yonghwa membantu Jonghyun kembali berbaring ke tempat tidurnya. Jonghyun terlihat lebih tenang setelah menceritakan masalah mengenai Yoona padanya. Ia juga merapikan kamar Jonghyun yang berantakan dan memungut pecahan ponsel-nya. Terakhir, ia membenarkan letak selimut di tubuh Jonghyun yang baru saja tertidur. Yonghwa menepuk lembut kepala kawannya itu. Sekelebat bayangan muncul di pikiran Yonghwa. Yang dilakukannya sekarang sama seperti yang ia lakukan pada Krystal. Mental Krystal terguncang saat kedua orang tua mereka bercerai. Ya, bagi Yonghwa, Jonghyun dan juga dua sahabatnya yang lain adalah adik kandungnya sendiri.
“Jonghyun-ah..kenapa dunia tega memusuhi anak baik sepertimu?” iba Yonghwa
==================================================================================
Krystal mengumpat saat Minhyuk melihat dirinya keluar dari gerbang sekolah. Ia terlambat menyadari keberadaan Minhyuk yang tengah menunggu untuk menjemputnya.
“Chagiya!”
Minhyuk memanggil Krystal dengan suara (sangat) keras dan melambai semangat. Membuat Krystal malu karena kini teman-teman sekolahnya memandangnya dengan aneh. Krystal segera menghampiri Minhyuk dan menyuruhnya cepat-cepat masuk mobil. Ia benar-benar malu karena ulah lelaki itu.
“Katakan padaku kau mau pipi kanan atau pipi kiri?”
Minhyuk tersenyum malu “Terserah. Kau boleh menciumku dimanapun.”
Krystal menganga lebar pada jawaban Minhyuk terutama saat lelaki itu menutup matanya.
Plak!
Tangan kanan Krystal mendarat cantik di pipi Minhyuk. Tidak keras memang, tapi cukup membuat Minhyuk menjerit kesakitan.
“Aaaw!!” Minhyuk memberi tatapan ‘kau bilang mau menciumku?’ pada Krystal
“Wae?! Cepat jalan!”
“Aish..aku tidak percaya kau tetap menganiaya diriku.” Gerutu Minhyuk sambil menyalakan mesin mobilnya
“Sampai dunia kiamat pun aku akan tetap melakukan itu.”
“Tapi kau ini kekasihku, Krystal. Seharusnya..”
“Ya! Ya! Ya! Siapa bilang aku kekasihmu?!”
Krystal menjambak rambut Minhyuk, membuat laju mobil menjadi tidak teratur. Hingga akhirnya Minhyuk menginjak rem dengan mendadak. Ia khawatir akan menabrak siswa sekolah Krystal yang berjalan di sepanjang jalan itu. Minhyuk menarik tangan Krystal dari atas kepalanya dan menatap gadis itu kesal.
“Ya! Krystal! Bagaimana kalau aku menabrak orang sampai mati? Bagaimana kalau aku dipenjara?”
Krystal tersentak kaget. Ia tidak pernah melihat Minhyuk marah seperti ini padanya.
“Lalu apa urusannya denganku kalau kau dipenjara? Aku akan sangat bersyukur kalau itu terjadi!”
“Kalau aku dipenjara siapa yang akan menjagamu? Siapa yang akan menghiburmu? Siapa yang akan selalu berada di sisimu dan menemanimu?”
Lagi-lagi Krystal terkejut. Ia tidak tahu kenapa ia menjadi menyesali perkataannya sebelumnya. Minhyuk yang melihat reaksi Krystal itu, tersenyum kecil. Ia tidak benar-benar marah pada Krystal. Ia hanya ingin memastikan perasaan Krystal padanya sekali lagi. Dan untuk kesekian kalinya, Krystal memberi jawaban atas pertanyaannya selama ini.
“Kalau aku dipenjara..”
Minhyuk terkikik sendiri “..aku akan kabur dari penjara dan membawamu lari ke luar negeri.”
“Aish..Kang Minhyuk! Kau..” Krystal menoleh ke samping jendela, menyembunyikan tawanya
==================================================================================
Sepulangnya dari apartemen Jonghyun, tanpa sengaja Yonghwa berpapasan dengan Seohyun di jalan. Ia kemudian mengajak Seohyun untuk makan siang di rumahnya. Sepanjang perjalan, gadis itu terlihat salah tingkah dan malu. Ia yakin itu karena Seohyun sudah mendengarkan lagu yang diberikannya. Yonghwa tersenyum jahil, ia kemudian bersenandung pelan. Seohyun semakin terlihat malu karena tentu ia mengenali lagu itu.
“Dua hari lagi…apa kau akan datang, Hyun?” tanya Yonghwa tiba-tiba
“Eh? Apa? Rr..itu..”
“Ah lupakan. Aku akan menunggu sampai dua hari lagi.” Potong Yonghwa
Seohyun tersenyum. Ia tidak mengerti kenapa lelaki di sampingnya itu selalu bisa membuat jantungnya melompat-lompat tidak beraturan seperti saat ini.
Tak lama, keduanya sampai di rumah Yonghwa. Di halaman rumah Yonghwa telah terparkir mobil Minhyuk yang ia duga baru digunakan untuk menjemput adiknya.
“Hyung!” sapa Minhyuk yang baru keluar dari dapur, disusul Krystal di belakangnya
“Oppa, aku..” ucapan Krystal terhenti begitu ia melihat Seohyun di samping Yonghwa
Seohyun tersenyum pada Minhyuk dan Krystal. Minhyuk balas tersenyum sementara Krystal membuang muka.
“Kalian menyiapkan makan siang?” tanya Yonghwa
“Teman oppa yang bodoh dan menyebalkan ini yang merengek padaku untuk membuatkan makan siang.” Jawab Krystal asal
“Aah..jadi sekarang kau mau menuruti keinginan teman oppa yang bodoh dan menyebalkan ini, Krystal?” ledek Yonghwa
“Teman hyung yang bodoh dan menyebalkan tapi tampan ini bahkan sudah berhasil meluluhkan hati adik hyung.”
“Uh? Apa?”
Yonghwa menatap Minhyuk dan Krystal tidak mengerti. Krystal pura-pura sibuk menyiapkan piring-piring.
“Aku sudah resmi menjadi kekasih Krystal, hyung.” Jawab Minhyuk dengan riang
Flashback –
“Ayolah, Krystal. Buatkan aku makan siang. Aku ingin merasakan masakan kekasihku.”
“Ya! Sudah kukatakan jangan menyebutku kekasihmu! Aku ini bukan kekasihmu, Kang Minhyuk!”
“Kita ini sudah berciuman, berarti kita ini kekasih, Krystal-ah.”
“Aish..kita ini tidak berciuman. Itu hanya kecelakaan dan itu semua karena salahmu, bodoh!”
“Kau yang membuatku terjatuh. Jadi itu juga salahmu. Ah tidak, ini bukan salah siapapun, ini pasti takdir dari Tuhan.”
“Ya!”
“Pokoknya mulai saat ini kau adalah kekasihku. Kalau tidak..mm..aku akan mengatakan pada semua orang kalau kau menciumku. Ah! Aku juga akan mengatakannya pada Yonghwa hyung kalau..”
“Ya! Kau!”
Flashback end –
“Benar itu, Krystal?” tanya Yonghwa dengan tawa tertahan
Krystal mengangguk pasrah “Kalau bukan karena insiden bodoh itu aku tidak akan pernah mau melakukan ini.” pikirnya
Minhyuk tersenyum bangga pada Yonghwa. Yonghwa membalas dengan mengacak-acak rambut Minhyuk lalu ikut tersenyum.
==================================================================================
Jungshin terperanjat kaget saat ponselnya berdering. Ia menanti telepon dari orang-orang suruhannya untuk mencari ayah Hyuna sedari pagi. Dan baru hampir larut malam begini ia mendapat kabar.
“Bagaimana? Apa kalian sudah menemukan Tuan Kim? Bagaimana keadaanya?” tanya Jungshin terburu-buru
“Iya, tuan muda. Kami sudah menemukan beliau. Tuan muda tidak perlu cemas, beliau baik-baik saja.”
“Beritahu aku dimana kalian. Aku akan segera kesana.”
==================================================================================
Jungshin turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Setelah mendapat alamat dari pesuruhnya, Jungshin langsung datang ke tempat itu. Ia tersenyum lega saat melihat keadaan ayah Hyuna.
“Beliau tidak ter.. Ya!” Jungshin terkejut saat menyadari ayah Hyuna memegang pisau, ia segera merebut pisau itu
“Ya! Kenapa kalian membiarkan beliau memegang benda seperti ini?!”
“Maaf tuan muda. Kami tadi sudah berusaha mengambilnya tapi Tuan Kim menolak. Kami takut kalau justru akan melukai beliau makanya kami membiarkannya.”
“Aish..sudahlah. Beliau tidak terluka bukan?”
“Tidak, tuan muda. Kami menemukan beliau sedang duduk di tepi jalan raya. Mungkin Nyonya Lee hanya membuang beliau dan tidak benar-benar berniat membunuh.”
Jungshin mengernyit. Seingatnya ia tidak pernah menyebutkan ibunya terlibat dalam hilangnya ayah Hyuna pada para pesuruhnya. Tapi Jungshin akhirnya tidak mau mengambil pusing. Ia hanya mengangguk lalu beralih pada ayah Hyuna dan tersenyum pada beliau. Untuk kesekian kalinya Jungshin kembali merasa bersalah setiap melihat keadaan ayah Hyuna sekarang.
“Tuan Kim. Aku akan mengantar kembali ke..”
Ucapan Jungshin terpotong oleh dering ponselnya.
“De? Ada apa Yonghwa hyung?”
“Jungshin-ah, kau kemana? Seunghyun hyung ingin membicarakan sesuatu dnegan kita berempat. Bisakah kau segera kemari?”
“Tapi hyung aku..”
Jungshin menoleh pada ayah Hyuna. Ia tidak bisa meninggalkan beliau begitu saja. Orang suruhan Jungshin sepertinya mengerti situasi.
“Ah, tuan muda. Sebaiknya kami saja yang mengantar beliau kembali.”
Jungshin berpikir sejenak. Ia ingin mengantar ayah Hyuna kembali ke rumah sakit dan memastikan beliau sampai disana dengan selamat. Tapi ia juga harus segera menemui ketiga kawannya dan juga Seunghyun. Mereka tidak punya banyak waktu.
“Jika Hyuna melihatku menolongnya lagi..ia pasti akan semakin marah padaku.”
“Jungshin?”
“De, Yonghwa hyung. Aku akan segera kesana.” Putus Jungshin lalu menutup telepon
“Antar Tuan Kim kembali ke rumah sakit. Aku sudah menyiapkan bayaran kalian di mobil.”
==================================================================================
CN Blue telah berjalan menuju markas. Jonghyun masih duduk di kursi rodanya dengan didorong oleh Yonghwa. Tidak seperti Minhyuk dan Yonghwa, Jungshin terlihat tidak fokus dan Jonghyun terlihat tidak bersemangat.
“Semua akan baik-baik saja, Jonghyun-ah. Bukankah tentara akan tetap berperang sekalipun ia kehilangan kaki dan tangannya?”
“Tapi tentara tidak akan bisa berperang tanpa jantungnya, hyung.”
Yonghwa tersenyum miris. Ia tahu apa yang Jonghyun tengah bicarakan. Bahwa Yoona bukanlah pelengkap hidup seperti yang ia bilang sebagai tangan dan kaki tentara. Tapi adalah jantung Jonghyun, nyawa hidup Jonghyun. Yang biasa Yonghwa lakukan hanyalah menepuk bahu Jonghyun, tanpa berkata apa-apa.
“Apa kau juga kehilangan jantungmu?” tanya Minhyuk pelan pada Jungshin
Jungshin menoleh pada Minhyuk dan memberi tatapan risih “Mwo?”
“Ani, aku hanya ingin menghiburmu seperti yang dilakukan Yonghwa hyung.” Jawab Minhyuk sambil tersenyum polos
Jungshin ikut tersenyum “Jantungku tidak hilang, bodoh. Hanya..berhenti berdetak.”
Minhyuk merasa iba setelah mendengar ucapan Jungshin. Ia tahu betul seperti apa perasaan Jungshin pada Hyuna selama ini. Karena terlalu iba, ia tidak sadar telah membuat ekspresi yang menurut Jungshin lebih mirip anak kecil yang hampir menangis karena mainannya direbut.
“Ya! Kenapa kau?”
Jungshin tertawa geli, Minhyuk juga akhirnya ikut tertawa karena melihat Jungshin. Hingga Yonghwa dan Jonghyun yang berada di depan mereka, menoleh karena tawa mereka yang semakin keras. Yonghwa ikut tertawa meski ia tidak tahu apa-apa. Dan Jonghyun, hanya bisa tersenyum.
“Setidaknya aku masih memiliki lambung, usus, dan ginjal.”
“Ya! Jonghyun-ah..pengandaian macam apa itu?”
“Hyung, aku dan Jungshin bisa menjadi lambung dan ginjal. Biar Yonghwa hyung menjadi ususnya.”
“Usus besar!” lanjut Jungshin
Tawa Minhyuk dan Jungshin meledak. Yonghwa, meski tidak terima, tapi ikut tertawa. Tawa lepas ketiga temannya, membuat Jonghyun pun ikut tertawa pada akhirnya.
==================================================================================
Tidak berbeda seperti sebelumnya, Seunghyun mengawasi CN Blue dari dalam mobilnya. Hanya saja, kali ini ia tidak sendiri, melainkan bersama Victoria, Changmin, dan beberapa agen NIS di mobil lain. Changmin duduk di bangku kemudi dengan Victoria di sampingnya. Sementara Seunghyun di bangku belakang dengan laptop di pangkuannya. Seunghyun telah bersiaga untuk menerima data dari Minhyuk nantinya.
“Dasar. Mereka bahkan bisa tertawa seperti itu sebelum masuk kandang harimau.”
Seunghyun tersenyum “Aku tidak tahu bagaimana jadinya mereka jika tidak bertemu satu sama lain. Hidup terlalu keras pada mereka. Mati di kandang harimau pun tidak berarti apa-apa bagi mereka.”
“Uhm? Memang mereka kenapa?” heran Changmin
“Mereka, empat anak ingusan dan polos itu, memiliki hidup yang lebih menyedihkan dari yang biasa kau lihat di drama.”
“Seunghyun-ah..” panggil Victoria tanpa berpaling dari ponselnya
“De?”
“Ini bukan saatnya meratapi nasib buruk mereka.” Kata Victoria dingin
Bagai anak yang dimarahi ibunya karena tidak belajar, Seunghyun kembali menatap layar laptopnya. Sementara Changmin kembali menghadap ke depan.
“Kalian sudah siapkan pasukan?” tanya Victoria pada orang yang ia hubungi lewat ponselnya
==================================================================================
Entah bagaimana, secara otomatis seperti telah terbentuk dua kubu yaitu kubu Taecyeon dan Wooyoung. Taecyeon berdiri bersama Junsu, Nichkhun dan Chansung.  Sedang Wooyoung bersama CN Blue dan Junho. Mereka saling menatap, seolah tengah beradu lewat pikiran mereka masing-masing. Tapi tidak dengan Nichkhun. Sepertinya hanya ia yang belum mengerti situasi diantara mereka.
“Kalian kenapa?” tanya Nichkhun sambil tertawa
Masing-masing tersadar. Taecyeon mengajak masuk ke dalam sebuah ruangan yang selama ini dianggap CN Blue sebagai gudang. Jonghyun yang duduk di kursi roda dengan didorong Yonghwa, yang juga berada di barisan paling belakang bersama Wooyoung, melihat situasi itu sebagai kesempatan untuk membuat Wooyoung semakin terpengaruh.
“Kau tidak lihat bagaimana cara Taecyeon melihatmu, Wooyoung? Jinca..aku seperti ingin memukulnya.”
“Tanganmu saja masih terbungkus perban bodoh itu.” ejek Wooyoung
“Aku yang akan memukulnya lebih dulu. Hanya aku yang boleh menghabisinya.” Kata Wooyoung lagi sambil berjalan mendahului Yonghwa dan Jonghyun
Yonghwa tertawa geli sendiri karena keahlian Jonghyun dalam memancing kemarahan orang. Ia mengulurkan tangannya ke depan Jonghyun untuk memberi high five. Jonghyun menyambutnya dan tersenyum kecil.
“Kau lihat sendiri hyung. Aku ini berguna.” Bangga Jonghyun dengan setengah berbisik
==================================================================================
Hyuna berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Seharian ia mencari ayahnya tapi ia tidak bisa menemukannya. Bahkan satu petunjukpun tidak ia dapat.
“Uhm? Kenapa rumahku ramai sekali?” heran Hyuna saat ia menyadari para tetangga berkumpul di depan pintu  rumahnya
“Ah itu dia! Nona Hyuna!”
Hyuna berjalan memasuki halaman rumahnya dengan bingung “Rr..kenapa kalian ada disini?”
“Ada mayat di depan rumahmu.”
“Apa?!”
Hyuna menerobos para tetangganya yang menggerombol untuk melihat apa yang terjadi. Kedua kakinya lemas saat itu juga. Benar yang dikatakan tetangganya, mayat seorang pria tergeletak di depan pintu rumahnya. Yang membuat Hyuna bungkam adalah bahwa pria yang sudah tidak bernyawa itu adalah ayahnya sendiri. Ayahnya yang masih menggunakan baju pasien dengan noda darah di bagian perutnya.
“Kami melihat beberapa orang dengan topeng, mengantarkan bungkusan plastik hitam besar.”
“De, karena kami curiga kami lalu membukanya begitu mereka pergi. Dan benar ternyata isinya adalah mayat. Oh astaga..”
“Kami juga menemukan amplop di dalam sini. Mana tadi..”
“Ini..kami menemukan ini, Nona Hyuna.”
“Sini biar kubukakan. Lihat ini nona, ini foto saat pria ini akan dibunuh. Aku yakin pasti lelaki muda ini yang membunuhnya. Lihat pisau di tangannya.”
Hyuna tidak mampu berkata apa-apa. Ia memandang jenazah ayahnya dan foto yang ditunjukkan tetangganya dengan perasaan kacau. Otaknya sama sekali tidak bisa berpikir dengan benar sekarang. Gadis itu benar-benar tepukul.
==================================================================================
Anggota CN Blue, terutama Minhyuk memandang takjub pada serangkaian alat yang ada di ruangan yang mereka pikir gudang selama ini. Di dindingnya terpasang layar dengan ukuran ekstra besar. Sedangkan di meja besinya terdapat tombol-tombol rumit dan bergulung-gulung kabel.
“Aku akan memperkenalkan kalian pada Tuan Seungwon. Ah..mungkin ini juga hal baru bagi Junho.”
Yonghwa menoleh pada Junho. Inilah kenapa Junho tidak bisa bertindak banyak karena Taecyeon pun sepertinya tidak mempercayainya. Jika bukan karena CN Blue, mungkin Junho tidak akan pernah masuk ke ruangan tersebut. Karena itulah meski ia mengetahui banyak hal dan lebih dulu menyusup ke kelompok Taecyeon, penyelidikannya tidak berkembang.
“Apa itu berarti Tuan Seungwon juga tidak mengenali Junho?”
Taecyeon mengangguk seadanya. Ia terlalu berkonsentrasi pada tombol-tombol di hadapannya. Sepertinya ia sedikit lupa bagaimana cara mengoperasikan alat itu agar terhubung dengan milik Seungwon.
“Kau lupa cara menggunakannya, KETUA?” sindir Jonghyun, berniat semakin membuat Wooyoung terpancing
Benar, Wooyoung semakin merasa dirinya lebih pantas dibanding Taecyeon. Ia berdiri di samping Taecyeon dan mulai mengoperasikan alat tersebut. Di sisi lain, Minhyuk memperhatikan cara Wooyoung menggunakan alat itu. Terlebih saat Wooyoung memasukkan password untuk mengaktifkan sambungan dengan Seungwon.
“Sepertinya aku perlu mencatatkan cara penggunaan alat ini padamu, Taecyeon.”
Taecyeon membuang muka. Kalau bukan karena mereka akan terhubung dengan Seungwon, tentu ia sudah mengajak Wooyoung berkelahi.
“Tuan Seungwon.”
Taecyeon membungkuk untuk memberi hormat. Begitu juga dengan Wooyoung, Junsu, Chansung, dan Nichkhun. Junho dan CN Blue yang baru pertama kali mengalami hal ini, hanya memperhatikan wajah Seungwon yang terpampang di layar. Seorang pria berusia kisaran 45 tahun dengan wajah tegas dan kasar. Sosok yang memang pantas menjadi pembangkang.
“Ada apa Taecyeon? Aku tidak punya banyak waktu. ”
Yonghwa tersenyum sinis. Cara berbicara orang itu sama persis seperti ayahnya. Angkuh dan memuakkan.
“Kami memiliki empat, ah maksud saya lima anggota baru dalam kelompok kami. Jika Tuan tidak keberatan, maka..”
“Cepat perkenalkan mereka.”
“De.”
Taecyeon memberi sinyal pada CN Blue dan Junho untuk mendekat padanya.
“Lee Junho, Jung Yonghwa, Lee Jonghyun, Lee Jungshin, dan Kang Minhyuk. Junho dan Yonghwa dapat menggunakan senjata api dengan baik, Tuan.”
Dari layar, terlihat Seungwon menyipitkan mata seolah meniliti kelima lelaki itu.
“Lalu apa keahlian tiga yang lainnya?”
“Ehm..”
Taecyeon memandang Jonghyun, Jungshin, dan Minhyuk berurutan. Ia sendiri juga tidak tahu apa kelebihan mereka. Ia menerima mereka untuk alasan yang tidak lain adalah menghindarkan bahaya terbongkarnya kejahatan mereka selama ini.
“Dan yang duduk di kursi roda itu. Apa yang bisa dilakukannya?”
“Tuan..mereka..”
“Mereka tidak berguna bukan, Taecyeon? Habisi mereka bertiga. Kita tidak membutuhkan orang-orang yang tidak berguna.”
Yonghwa baru saja akan membuka mulut untuk membela teman-temannya. Tapi Wooyoung mendahuluinya.
“Mereka yang beberapa hari terakhir ini melakukan pembunuhan dan pencurian untuk kita, Tuan. Mereka melakukannya dengan bersih, tanpa meninggalkan jejak meski mereka baru melakukannya pertama kali. Mereka belajar lebih cepat dibanding Taecyeon, Tuan.”
“Jang Wooyoung!”
“Kenapa Taecyeon? Kau takut aku membeberkan semuanya pada Tuan Seungwon?”
“Kau..”
“Wooyoung. Apa yang ingin kau laporkan padaku?”
Wooyoung tersenyum licik ke arah Taecyeon lalu kembali menatap layar.
“Jung Yonghwa, Lee Jonghyun, Lee Jungshin, dan Kang Minhyuk adalah anggota CN Blue yang sebenarnya, Tuan. Kami selama ini menggunakan nama mereka sebagai tameng kami. Taecyeon menerima mereka karena mereka mengetahui kejahatan kami dan mengancam akan membongkar identitas kami jika kami tidak menerimanya. Saya tidak bermaksud menyalahkan CN Blue, Tuan.  Karena mereka memiliki tujuan yang sama seperti Tuan yaitu menghancurkan pemerintah. Dan Lee Junho, yang Taecyeon sebut sebagai anggota baru adalah anggota kelompok kami sejak lama. Taecyeon menerimanya sehari setelah kami melakukan pembunuhan yang pertama. Tuan tahu kenapa? Karena Junho melihat Taecyeon melakukan pembunuhan itu dan mengancam akan melaporkan kejahatannya. Sekali lagi, saya tidak menyalahkan Junho. Karena ia juga berada di pihak yang sama dengan Tuan.”
Wooyoung menoleh lagi pada Taecyeon. Seperti yang ia duga, Taecyeon terlihat makin geram.
“Beruntung CN Blue dan Junho memang ingin ikut bekerja untuk Tuan. Tapi..bagaimana jika seandainya mereka adalah musuh? Bukankah itu membahayakan Tuan?”
“Aku sudah melakukan segala cara untuk menghalangi CN blue masuk ke kelompok kita, Wooyoung. Kuharap kau tidak lupa akan hal itu.” elak Taecyeon
“Tentu. Tentu aku tidak melupakannya, Taecyeon. Aku bahkan tidak lupa kalau kau..tidak berhasil menggunakan cara-cara itu menghalangi mereka. Kecerobohanmu ini bisa mencelakakan Tuan Seungwon, kuperingatkan. Dan sayangnya itu tidak terjadi sekali dua kali, Taecyeon.”
“Wooyoung!”
“Tuan Seungwon.” Potong Jonghyun
“Kami dan Lee Junho dengan mudah dapat mengetahui apa yang kelompok Taecyeon lakukan. Bukankah itu berarti orang lain juga bisa mengetahuinya? Sebagai ketua seharusnya Taecyeon bisa menjamin kelompoknya dan juga Anda dalam situasi aman. Tapi..apa yang seperti ini bisa disebut aman?” jelas Jonghyun
Wooyoung dan Jonghyun saling melempar senyum licik. Seolah mereka telah berhasil melakukan transaksi penjualan barang gelap.
“Tuan. Anda tahu betul siapa saya. Anda menjadikan saya ketua, tentu karena..”
“Ok Taecyeon. Aku memberimu dua pilihan. Mati di tangan Wooyoung atau mati dengan tanganmu sendiri.”
Klik.
Layar kembali gelap. Seungwon memutuskan sambungan begitu saja setelah memberikan keputusannya. Yonghwa melihat ke arah Minhyuk sebagai tanda agar ia bersiap menyambungkan data jaringan yang baru saja digunakan Seungwon pada sistem Seunghyun.
“Ah. Pilihan yang sulit, Taecyeon? Kuberi saran. Lebih baik kau mati di tanganku karena aku dengan senang hati akan melakukannya untukmu.”
“Brengsek kau, Wooyoung! Aku hanya akan mati setelah membunuhmu!”
“Ya! Apa yang kalian lakukan?!” bentak Junsu ketika Taecyeon dan Wooyoung saling bersitegang
“Apa maksudmu melakukan ini?!” tanya Chansung sambil meraih kerah baju Wooyoung
Junho, untuk membuat dirinya tidak dicurigai, melerai Chansung dan Wooyoung. Lebih tepatnya, ia tengah menjalankan perannya sebagai ‘pengikut Wooyoung’.
“Chansung-ah, kau seharusnya menanyakan hal itu pada ketua..ah tidak..maksudku mantan ketua.”
Ia menarik Chansung dan mendorongnya hingga keluar dari ruangan tersebut, beralih menuju ruang inti markas. Yang lain mengikuti mereka ke ruangan itu. Ya, tentu Junho bermaksud untuk memberi Minhyuk kesempatan menjalankan tugasnya.
“Ya! Kau!”
Chansung meninju pipi Junho karena tidak terima diperlakukan seperti itu. Tapi Junho justru tersenyum penuh kemenangan. Ia berhasil menyulut perkelahian. Dalam hitungan detik ia bisa memastikan..
Bugh!
Taecyeon meninju perut Junho.
“Apa masalahmu? Aku yang membawamu masuk kesini, Lee Junho! Bukan Wooyoung, orang yang selalu memojokkanmu!”
Lagi, Taecyeon meninju Junho. Chansung, yang berada di pihak Taecyeon, juga ikut memukuli Junho. Melihat hal itu, Yonghwa tidak bisa tinggal diam. Ia tahu Junho hanya menjalankan ‘peran’ –nya. Tapi ia tidak mau jika Junho sampai benar-benar mati karena itu hanya akan mengacaukan rencana mereka.
“Ya! Berhenti kalian! Aish..”
Dengan susah payah Junsu berhasil menarik lengan Taecyeon dan Chansung. Meski ia berada di pihak Taecyeon, ia tidak mau Junho, salah satu rekannya, mati sia-sia karena masalah yang menurutnya tidak penting. Tentang Yonghwa, tentu ia tidak peduli. Bahkan jika boleh jujur, ia ingin menghabisi anak itu.
“Apa kalian gila?! Kalian sibuk berkelahi dan lihat! Lihat orang yang menyulut perkelahian ini! Ia melihat kalian seperti menyaksikan atraksi badut sirkus!”
“Siapa yang kau sebut badut sirkus, Kim Junsu? Dirimu? Hah.” Spontan Jonghyun mengatakannya
“Aku bahkan belum bisa berdiri. Kalau Junsu sambai menendang kursi rodaku, habislah aku.” Sesalnya
“Aku tidak punya urusan denganmu, bocah ingusan.”
“Kenapa? Kau takut?”
“Astaga, Jonghyun. Matilah kalau Junsu benar-benar menendang kursi rodamu.” Sesal Jonghyun lagi
Benar, Junsu berjalan menghampiri Jonghyun dengan garang. Ia sudah bersiap ‘menghabisi’ Jonghyun, namun Jungshin menghadangnya.
“Hanya pengecut yang melawan rusa yang terluka. Aah..bukankah kau memang pengecut, Kim Junsu?  Sama seperti..” Jungshin melirik ke arah Taecyeon
“Jika aku pengecut, maka kau sendiri apa? Pecundang hah?”
Bugh! Bugh!
Junsu memukul Jungshin bertubi-tubi. Mengingat Junsu bukan lawan yang seimbang bagi Jungshin, sebesar apapun usaha Jungshin untuk melawan tentu tetaplah Junsu yang lebih unggul.
Brak!
Tubuh Junsu terdorong hingga menabrak kursi-kursi kayu. Wooyoung, dengan berat hati menolong Jungshin.
“Aku tidak berniat menyelematkan anak tidak berguna ini. Aku hanya ingin mengirimmu ke neraka. Tunggulah ketua yang kau puja itu menyusulmu di sana.”
Dimulailah pertandingan yang sebenarnya. Antara Wooyoung melawan Junsu, Taecyeon melawan Junho,  Yonghwa melawan Chansung, dan…
“Dimana Nichkhun?” gumam Jonghyun saat menyadari lelaki itu tidak ada diantara mereka
Jungshin ikut mencari sosok Nichkhun. Saat mereka yakin Nichkhun tidak berada diantara mereka, maka hanya ada satu kemungkinan..
==================================================================================
Minhyuk menoleh ke belakang untuk memastikan semua orang telah pergi dari ruangan itu. Ia kemudian berkonsentrasi mengutak-atik serangkaian alat di hadapannya. Memijit tombol-tombol untuk mengetikkan kode-kode rahasia. Otaknya bekerja keras, mengingat apa yang dilakukan Wooyoung sebelumnya dan merangkai data-data untuk mendapat jaringan yang beberapa menit lalu digunakan oleh Seungwon.
Access denied
System error
You are not allowed to enter data base
“Sial!”
Minhyuk menjambak rambutnya sendiri karena kesal. Ia tidak memiliki waktu banyak untuk menjalankan tugasnya. Jika ia tidak berhasil melakukan ini, maka semua usaha mereka selama ini akan berakhir sia-sia. Minhyuk kembali menarikan jemarinya di atas tombol-tombol tersebut.
“Please..”
Access acquired
Minhyuk menjetikkan jarinya dan tersenyum puas. Dengan begitu ia tinggal mengirim data-data tersebut pada Seunghyun. Namun kesenangannya itu tidak berlangsung lama. Ketika ia mendengar suara lelaki yang sangat familiar baginya yaitu Nichkhun.
“Aah..jadi ini rencana kalian.”
Minhyuk berbalik. Wajahnya terlihat tegang melihat Nichkhun bersandar di pintu dengan seringaian.
“Hmm..bagaimana kalau kita bermain-main sebentar?”
Baru selangkah Nichkhun maju, ia sudah tersungkur karena seseorang memukulnya dengan sesuatu yang keras dari belakang. Melihat Jonghyun dan Jungshin dengan tongkat di tangan mereka justru membuat Minhyuk semakin tegang.
“Ka..kalian..”
“Ya! Cepat kerjakan lagi tugasmu, bodoh!” bentak Jonghyun dan Jungshin tidak sabar
Nichkhun bangkit berdiri. Jungshin berusaha semampunya untuk melawan Nichkhun. Jonghyun juga sesekali membantu Jungshin dengan memukulkan balok kayu yang dibawanya ke arah Nichkhun. Tapi tentu Nichkhun jauh lebih unggul. Ia menendang kursi roda Jonghyun dan memukulinya berkali-kali. Jungshin balas memukul Nichkhun untuk menolong hyungnya. Kini giliran Nichkhun menghajar Jungshin juga Jonghyun bersamaan dengan balok kayu yang awalnya mereka pakai untuk melukainya.
“Hyung! Jungshin!” teriak Minhyuk cemas
“Jangan cemaskan kami, kerjakan tugasmu!” jawab Jungshin diantara perlawanannya pada Nichkhun
Jonghyun merebut balok kayu dari tangan Nichkhun dan memukulkannya di kepala Nichkhun
“Minhyuk! Cepat selesaikan atau kami akan benar-benar mati!”
“Shit!”
Nichkhun mendorong Jonghyun dan Jungshin lalu berjalan ke arah Minhyuk. Ia menarik lengan Minhyuk, memukuli perutnya beberapa kali. Menyeret dan membenturkan kepala Minhyuk ke dinding. Jungshin berusaha menolong Minhyuk tapi tentu percuma karena Nichkhun dapat menguasai mereka berdua sekaligus. Nichkhun menendang Jungshin dan menghempaskan tubuh Minhyuk. Darah kental mengalir di kepala Minhyuk.
“Sudah cukup. Kita mulai permainan yang sebenarnya.”
Brak!
Nichkhun menendang papan kayu tipis yang menempel di dinding sampingnya dengan keras.  Sebuah senapan laras panjang terjatuh bersama potongan papan kayu itu. Nichkhun kemudian menyambar senapan yang telah berisi peluru tersebut.
“Kita lihat..siapa yang beruntung di antara kalian.”
Nichkhun melihat ke arah Jonghyun, Jungshin, dan Minhyuk dengan bergantian.
“Bagaimana kalau kita mulai dengan..”
Nichkhun mengarahkan senapannya pada Minhyuk yang duduk lemas di lantai, yang paling dekat dengannya.
“Ya! Berani kau melukainya maka aku..”
“Aku apa?” Nichkhun menoleh pada Jonghyun dengan senapan mengarah padanya
“Apa yang bisa kau lakukan? Kau ingin menggantikan posisinya, Lee Jonghyun?”
“Hyung..” cegah Minhyuk dengan suara lemah
Jonghyun terdiam beberapa saat “De. Bunuh aku karena aku juga tidak peduli pada hidupku.”
Nichkhun tersenyum sinis “Benarkah? Baiklah.”
Nichkhun melangkah perlahan dengan senapan mengarah pada Jonghyun. Ketika senapan itu berada di kepala Jonghyun, Nichkhun memutar tubuhnya dan mengalihkannya pada dada Minhyuk.
Dar! Dar!
Tubuh Minhyuk seperti terpental pada dinding di yang disandarinya. Kemudian merosot ambruk di lantai.
“Sayangnya aku lebih suka bermain dengannya daripada denganmu, Lee Jonghyun.”
Jonghyun dan Jungshin diam terpaku, menatap Minhyuk merintih kesakitan dan memuntahkan darah berkali-kali.
==================================================================================
Victoria, Seunghyun, dan Changmin menunggu dengan gelisah. Hari sudah hampir fajar dan mereka sama sekali belum mendapatkan kabar dari CN Blue. Mereka khawatir jika CN Blue tidak berhasil melakukan tugas mereka dan justru malah terluka.
“Apa sebaiknya kita masuk?” cemas Seunghyun
“Jangan, hyung. Jika kita masuk justru CN Blue dan Junho dalam keadaan bahaya.”
“Tapi kita sudah menuggu berjam-jam tanpa hasil. Kau dengar sendiri kan suara tembakan tadi? Bagaimana jika salah satu dari mereka terbunuh?”
“Hyung..aku yakin mereka bisa diandalkan.”
“Vic?” Seunghyun beralih pada Victoria
“Apa kita hanya bisa menunggu begini? Kita harus menolong mereka bukan?” tanya Seunghyun masih berusaha
“Kau dengar apa yang dikatakan Changmin. Kalau kau ingin mereka selamat, tetaplah disini.” Jawab Victoria masih dengan nada dingin meski sebenarnya ia juga khawatir
==================================================================================
Perkelahian di ruang inti markas kini beralih menjadi perkelahian tunggal antara Wooyoung dan Taecyeon. Beberapa menit lalu Junsu telah takluk di hadapan Wooyoung. Sementara Junho juga tidak sanggup lagi melawan. Meski ia telah menembak lengan Taecyeon tapi tetap saja Taecyeon jauh lebih unggul darinya. Bahkan Taecyeon berhasil merebut senjata Junho dan menembaknya di bagian dada Junho. Dan Chansung, menjerit kesakitan menahan luka tembak di kakinya akibat ulah Yonghwa. Yonghwa terpaksa melakukan itu untuk melindungi dirinya karena Chansung menusuknya dengan pisau di beberapa bagian tubuhnya.
“Akhirnya.”
Taecyeon mengusap muntahan darah di bibirnya sembari tersenyum licik.
“Bersiaplah menuju neraka, Taecyeon. Sampaikan salamku pada iblis-iblis disana.”
Brak!
Taecyeon mendorong Wooyoung hingga membentur tumpukan kayu-kayu di sudut ruangan. Ia menarik kerah baju Wooyoung lalu memukuli perut dan dadanya. Sementara Wooyoung, meski sempat tidak bisa berkutik, akhirnya ia bisa melawan Taecyeon. Ia balas memukuli Taecyeon hingga tersungkur di lantai lalu menendang kepalanya dengan amat keras.
Di sisi lain, Yonghwa berusaha berdiri meski luka tusukan-tusukan di tubuhnya semakin terasa perih. Ada yang harus dilakukannya yaitu melindungi ketiga temannya. Karena selagi ia bertengkar tadi, tidak satupun dari Jonghyun dan Jungshin ada di sekitarnya. Dugaan Yonghwa, mereka berada di ruangan yang sama dengan Minhyuk. Dan Yonghwa juga menduga bahwa mereka tengah melindungi Minhyuk dari Nichkhun, yang juga tidak berada di sekitarnya.
==================================================================================
Mata Yonghwa terbelalak saat melihat Minhyuk tersungkur di lantai dengan kubangan darah di sekitarnya. Sementara Nichkhun sedang mengarahkan senapan laras panjang ke arah Jungshin dan Jonghyun. Yonghwa, yang berada di belakang Nichkhun, memberi isyarat pada Jonghyun dan Jungshin agar diam. Saat Nichkhun bersiap menembakkan peluru-pelurunya, Yonghwa menembak lelaki itu terlibih dahulu di kedua kakinya. Nichkhun mengerang dan tersungkur karena kedua kakinya yang terluka tidak mampu menopang tubuhnya. Dengan cekatan, Yonghwa menendang senapan milik Nichkhun ke arah Jungshin. Yonghwa menyuruh Jungshin untuk mengawasi Nichkhun dan menembaknya jika ia masih berontak. Lalu Yonghwa menghampiri Minhyuk. Ia mengangkat kepala Minhyuk ke pangkuannya. Ia bisa merasakan darah juga mengalir dari kepala kawannya itu.
“Minhyuk-ah.”
Minhyuk menunjuk ke arah meja besi. Dengan suara lemah ia memberikan petunjuk pada Yonghwa untuk mengirim sinyal Seungwon yang ia lacak pada Seunghyun.
“1..7..5..5..2”
Minhyuk memuntahkan darah. Wajahnya terlihat semakin pucat.
“Tekan tombol hi…jau..dan..dan..ti..ga panel di su..dut.”
Minhyuk  kembali memuntahkan darah lalu tidak sadarkan diri. Yonghwa memindahkan kepala Minhyuk ke lantai lalu menuju meja besi itu. Ia melihat ratusan tombol di hadapannya dengan panik. Penjelasan  Minhyuk tidak cukup membuatnya mengerti.
“Hyung, cepat lakukan!” pinta Jonghyun
==================================================================================
Semburat sinar matahari terlihat sedikit di balik awan mendung. Meski hujan masih turun tapi tidak sederas malam tadi. Seunghyun melihat arlojinya. Ia semakin cemas karena belum juga mendapat kabar. Lagi-lagi ia berpikir kalau harus menerobos ke markas jika Minhyuk tidak juga mengirim data padanya.
“Uh?” Seunghyun melihat layar laptopnya yang berkedip-kedip
“Ya! Aku menerima data dari mereka!”
Victoria dan Changmin menoleh. Ekspresi lega bercampur tegang tergambar di wajah ketiganya.
“Cepat lakukan, Seunghyun! Kita tidak boleh membuang waktu lagi!”
Seunghyun tidak menjawab ucapan Victoria. Ia sibuk menekuni serangkai data yang harus ‘dikerjakan’-nya agar dapat melacak keberadaan Seungwon.
“Aiissh!”
Seunghyun memukul keyboard karena ia tidak berhasil melacak keberadaan Seungwon.
“Kenapa? Kau tidak berhasil?” panik Victoria
“Aku tidak bisa menemukan lokasi Seungwon. Ada sistem yang harus kutembus untuk mendapatkan lokasinya dan kurasa itu akan butuh waktu cukup lama. Kalian berdua masuklah ke markas Taecyeon. Sergap mereka karena aku khawatir terjadi sesuatu pada Yonghwa dan yang lainnya. Secepatnya aku akan menghubungi pasukan di markas dan mengirim mereka ke lokasi Seungwon. Mengerti?”
Victoria dan Changmin melempar pandang beberapa saat. Bukan masalah besar bagi mereka menyergap sekelompok penjahat kecil seperti Taecyeon, bahkan jika hanya berdua. Masalahnya, jika mereka menyergap sekarang, akan berisiko bocornya penangkapan Taecyeon ke kelompok Seungwon.
“Aku yang menjamin Seungwon tertangkap. Ini kasusku Vic, kau hanya perlu menangkap Nichkhun. Jadi laksanakan perintahku sekarang juga.” kata Seunghyun seolah bisa membaca pikiran kedua rekannya
==================================================================================
Victoria dan Changmin berlari dengan pistol siap di tangan mereka. Beberapa agen NIS mengikuti di belakang mereka. Berlari menerobos hujan, menimbulkan percikan-percikan dari genangan air. Begitu sampai di depan pintu markas, Victoria dan Changmin saling memberi tanda untuk mendobrak pintu.
Brak!
Changmin menerobos masuk dahulu dan kemudian disusul oleh Victoria serta agen NIS lainnya. Wooyoung dan Taecyeon yang masih berkelahi seketika diam membeku. Changmin memberi perintah pada beberapa agen NIS untuk menangkap Taecyeon, Wooyoung, Junsu, dan Chansung. Sementara Victoria dan agen NIS sisanya masuk ke dalam ruangan lain. CN Blue terlihat begitu lega saat melihat kedatangan mereka. Jungshin melempar senapan milik Nichkhun dan terduduk lemas. Begitu juga dengan Jonghyun.
“Bawa pria ini.” perintah Victoria begitu melihat Nichkhun
Victoria kemudian menghampiri Minhyuk yang terbaring di pangkuan Yonghwa. Ia berlutut untuk  memeriksa keadaan Minhyuk. Kemudian berlari ke luar menemui Changmin.
“Minhyuk terluka parah.”
“Junho juga terluka parah. Apa yang harus kita lakukan?”
“Kita tidak bisa memanggil ambulans kemari. Kita harus segera mensterilkan tempat ini sebelum Seungwon mengetahui hal ini.”
Terdengar bunyi berisik dari handy talkie Victoria. Ia segera menjawab panggilan Seunghyun.
“Agen 478, apa kau bisa mendengarku?”
“Ya, disini agen 478. Ganti.”
“Aku berhasil melacak lokasi Seungwon. Sekarang juga aku akan kesana bersama pasukan markas. Ganti.”
“ De, mengerti.”
Changmin tersenyum “Sepuluh menit lalu ia memukul keyboardnya dan sekarang ia mengatakan kalau ia berhasil. Seunghyun hyung memang agen handal.”
“Changmin-ah.”
“De?”
“Ini bukan saatnya membanggakan kerja Seunghyun.” Kata Victoria kembali dengan nada dingin
“Agen 765.” Panggil Victoria pada salah satu agen yang melintas
“Kirim ambulans kemari secepatnya.”
Tbc –

Tidak ada komentar:

Posting Komentar