Title: Without word
Author: Minhye_harmonic (emerald blossom)
Casts: Seohyun, Miki, Yonghwa
Rating: PG-13
Length: Drabble
Genre: friendship, angst, romance, tragedy
Warning: OOC, OC, AU
Disclaimer: They belong to themselves, the plot is mine!
Persahabatan tanpa kata.
Senang tapi sakit.
***
Pintu dibanting lagi. Meredam ribut-ribut di luar sana. Seohyun masuk. Basah kuyup.
Aku tidak menyambut atau menyapa-nya. Seperti biasa, aku hanya menatapnya. Entah apa yang dipikirkannya, dia melewatiku begitu saja tanpa mengatakan apa-apa.
Di luar, ribut-ribut masih ada. Tiba-tiba Seohyun dengan beringas melempar semua barang-barangnya. Menyapu berbagai barang dari meja. Sekali lagi, aku hanya melihat. Tidak bisa mencegah, tidak bisa menenangkan. Aku benci. Benci sekali.
“Kenapa! Kenapa!” Pekik-nya terus. Masih melempar berbagai benda. Terakhir, membuatku terpengarah. Dia meninju kaca!
Darah mengucur deras dari kepalan tangannya. Sekalipun, wajahnya tidak meringis. Tidak ada secuil pun gurat kesakitan terpancar.
“Miki! Mengapa mereka selalu bertengkar!”
Aku tidak tahu, Seohyun.
“Miki! Jawab!”
Aku sudah jawab!
Tiba-tiba aku sudah berada dalam pelukannya. Aku tidak membalas. Membiarkan darah segar mengenai tubuhku, membiarkan dia menangis tersedu-sedu.
“…Aku takut, Miki… Aku takut…” Dia terus berbisik. Bergetar.
Aku di sini, Seohyun. Aku di sini.
“Apa kau akan meninggalkanku? Seperti Yong?” Dia masih memelukku. Semakin erat.
Tidak, aku tak pernah akan meninggalkanmu. Yong juga…
“Miki, jawab…” Terdengar putus asa.
Aku sudah jawab, sayang.
Pelukannya mengendur. Dia menatapku. Mata-nya, benar-benar membuat sesak.
Dia beranjak. Meninggalkanku yang terduduk di lantai. Bersandar pada kaki tempat tidur.
Benda perak mengilat, seketika menyentakku. Sinar lampu yang menimpanya memantul pada wajah tirus Seohyun. Dia menimang-nimang benda itu.
“Miki, kau tahu apa ini?” Seohyun duduk tepat di hadapanku.
Seohyun, jangan! Letakkan!
“Miki, aku sayang padamu. Pada Yong juga…”
Aku juga, kumohon jangan!
Tangan kanan Seohyun yang menggenggam benda laknat bernama pisau itu terangkat tinggi. Mata pisau tersenyum, tidak, tertawa sinting padaku. Senang akan menghujam, menusuk tepat di jantung.
“Jangan lihat…” Bisiknya pelan.
***
“Hei, ada boneka beruang!”
“Ada bercak darahnya!”
“Mungkin, milik nona yang bunuh diri itu…”
“Boneka ini saksi kematian.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar