Senin, 28 November 2011

Clandestine – chap 2b

Main characters:
  • CN Blue
  • Yoona SNSD
  • Seohyun SNSD
  • Hyuna 4minute
  • Krystal f(x)
Genre: family, romance, friendship
Rate: PG 13
Pagi yang cerah. Hyuna mendapatkan libur dari pemilik toko bunga tempatnya bekerja. Setelah mengunjungi makam ibunya dan juga mengunjungi ayahnya di rumah sakit, Hyuna bermaksud untuk untuk berjalan-jalan sebentar. Tanpa sadar, kakinya melangkah ke jalan rumahnya dulu.
Hyuna tersenyum perih saat melihat rumah megah di hadapannya. Gerbang kokoh yang melindungi rumah itu terbuka lebar hingga Hyuna bisa melihat bangunan putih yang dulu ia tinggali bersama kedua orang tuanya. Banyak kenangan yang kembali melintas di benak Hyuna. Kenangannya bersama kedua orang tuanya, dan kenangannya bersama Jungshin, sahabatnya. Meski Hyuna tidak mau mengingatnya, toh kenangan itu masih tergambar jelas.
“Apa yang kau lakukan disini?”
Hyuna tersadar dari lamunannya. Di hadapannya kini berdiri seorang laki-laki jangkung dengan ekspresi dingin.
“Kau..”
“Tuan muda, mobil Anda sudah siap.” Kata sopir di belakang Jungshin
“Cih..apa kau mau menyombongkan apa yang dulu menjadi milikku?” sinis Hyuna
“Pergilah..aku tidak mau melukai perempuan.”
Hyuna memutar bola mata “Berandalan. Sombong. Pengkhianat. Entah mana yang paling sesuai untukmu.”
“Di ujung sana. Kau bisa menemukan taksi.”
“Ya!”
“Ayahku, ah maksudku Presdir memintaku ke kantornya sekarang juga. Jadi nona Kim bisakah kau menyingkir dari sini?”
“Brengsek. Berani sekali kau mengatakannya. Kalian merebut perusahaan ayahku dan sekarang kau..kau.. Aarghh..lebih baik perusahaan itu hancur daripada harus dikelola pengkhianat seperti ayahmu.”
Jungshin hanya diam. Membiarkan Hyuna memakinya.
“Silahkan bersenang-senang Lee Jungshin. Kita lihat sampai kapan Tuhan membiarkan kalian tertawa.”
“Sayangnya Tuhan tidak pernah membiarkanku tertawa, Hyuna..” lirih Jungshin begitu Hyuna telah menjauh
==================================================================================
Yoona tersenyum-senyum sendiri setelah menerima pesan dari Jonghyun. Menjelang siang  Jonghyun berjanji akan menjemputnya di kampus. Tepat setelah dosen keluar, Yoona segera menuju tempat parkir dimana Jonghyun telah menunggu. Dari jarak sekitar 7 meter Yoona bisa melihat Jonghyun telah menunggu dia atas motor sport putihnya. Lelaki itu tersenyum sambil melambai ke arahnya.
“Honey.”
Yoona berdecak kesal saat mendengar suara itu. Jiwoon, entah darimana muncul. Ia mengalungkan tangannya di bahu Yoona.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Yoona dingin
“Aku? Menjemputmu tentu.”
“Aku sudah bilang kau tidak perlu menjemputku hari ini. Aku..”
“Umma menyuruhku mengajakmu ke rumah untuk makan siang.”
Yoona menghela nafas. Kalau begini rencananya dengan Jonghyun bisa gagal, pikirnya. Yoona melihat ke arah Jonghyun. Lelaki itu terlihat sedang mengutak-atik handphonenya. Tak berapa lama, handphone Yoona berdering tanda pesan masuk yang ternyata dari Jonghyun. Yoona tertawa kecil setelah membacanya.
“Kenapa honey?”
“Ani, cepat pulang.”
Yoona dan Jiwoon menuju mobil Jiwoon. Saat Jiwoon telah masuk ke mobil, Yoona pamit ke toilet sebentar. Saat itulah Jonghyun menyalakan mesin motornya dan menuju ke sisi depan gedung.
Yoona memasuki gedung kampus dan menghilang di belokan lorong, menuju sisi depan gedung. Disana Jonghyun telah menunggu. Sesuai dengan rencananya yang tadi dikirimkan lewat pesan pada Yoona.
Yoona tersenyum jahil “Dasar kau ini.”
Jonghyun balas tersenyum dan memberikan helm yang dibawanya pada Yoona. Seperti biasa, Jonghyun membantu Yoona memakainya. Dan meskipun itu sudah yang kesekian kali, tapi tetap saja Yoona merasa jantungnya berdetak cepat. Tidak ingin Jonghyun melihat wajahnya yang telah merah, Yoona segera naik ke motor Jonghyun.
“Mm..Yoona-ya..”
“De?”
“..aku cemburu melihat lelaki itu merangkulmu.” Lanjut Jonghyun sembari memacu motornya
Yoona tidak tahu harus menjawab apa. Sekali lagi, jantungnya berdetak sangat cepat.
==================================================================================
Jonghyun mengajak Yoona ke apartemennya. Yoona mengitarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Rapi. Tapi itu yang membuat Yoona tertawa geli.
“Kenapa?” bingung Jonghyun
“Ani..aku hanya merasa seseorang merapikan apartemennya dengan terburu-buru.”
Jonghyun hanya bisa tersenyum bodoh. Ia memang bukan orang yang tergolong rapi. Hanya karena akan mengajak Yoonalah makanya ia merapikan apartemennya tadi pagi.
“Hei..jangan meledekku seperti itu.” Jonghyun merajuk
Yoona menghentikan tawanya “Ah ya..kapan kau mau menepati janjimu?”
“Janji?”
“Ehm. Kau janji akan mengajariku bermain gitar. Aiissh..jangan bilang kau lupa.”
“Aah..” Jonghyun mengangguk paham
Jonghyun menarik tangan Yoona dan mengajaknya ke kamarnya. Membuat Yoona salah tingkah.
“Mm..kurasa gitar yang ini saja.” Kata Jonghyun memilihkan salah satu gitar dari beberapa yang tergantung di tempat gitar. *author ga tau namanya ._.v
Keduanya duduk di tepi tempat tidur Jonghyun, saling berhadapan.
“Aku akan mengajarimu tiga kunci dasar dulu. C, Am, dan G.”
Yoona mengangguk meski ia tidak terlalu mengerti.
==================================================================================
Yonghwa tidak berniat pulang ke rumah. Apalagi kalau bukan karena adanya ibu tirinya. Ia memilih untuk kembali ke rumah saat malam sehingga tidak perlu banyak bertemu dengan ayahnya dan juga ibu tirinya itu. Yonghwa memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar pertokoan yang tidak terlalu jauh dari kampusnya.
Sambil mendengarkan musik lewat headsetnya, ia mengamati keadaan sekitarnya yang ramai. Tanpa disengaja, ia menemukan sosok gadis yang berdiri di salah satu etalase toko sepatu. Gadis itu mengenakan kemeja putih dan jeans biru tua. Tas dengan tali panjang ia sampirkan di lengan kirnya, sementara di lengan kanannya ia membawa beberapa buku yang tebal. Rambut hitamnya yang panjang, ia biarkan terurai. Sederhana, tapi terlihat cantik di mata Yonghwa. Itulah yang selalu ada di pikirannya setiap kali melihat Seohyun. Ya, gadis yang tengah Yonghwa amati adalah Seohyun.
Yonghwa berhenti di depan toko beberapa blok dari tempat Seohyun berada. Ia bersandar di dinding sambil sesekali menoleh ke arah Seohyun.
“Jashik..” gumam Yonghwa sambil tersenyum sendiri
==================================================================================
“Masih sore.” Ucap Seohyun sambil melihat ke arah arlojinya
Besok adalah hari ulang tahun ibu Seohyun , karena itulah hari ini Seohyun ingin membelikan hadiah untuk beliau. Setelah menyelesaikan  jadwal  kuliahnya, Seohyun menuju deretan pertokoan yang ia rasa memiliki barang-barang yang cocok sebagai hadiah untuk ibunya. Seohyun mengamati etalase toko sepatu sambil memikirkan apa yang paling sesuai untuk ibunya.
“Hmm..apa umma akan suka kalau aku belikan sepatu..” tanya Seohyun pada dirinya sendiri
“Atau lebih baik kubelikan tas saja..”
Seohyun hendak beranjak dari tempat itu, tapi kemudian ia mengurungkannya.
“Tapi sepatu ini cantik sekali..”
Yonghwa yang masih mengamati Seohyun, sekali lagi tersenyum saat gadis itu menunjukkan ekspresi kebingungannya.
Bruk!
Seorang lelaki yang terlihat terburu-buru, menabrak Seohyun hingga membuat buku di tangan gadis itu terjatuh semua. Lelaki itu hanya membungkuk minta maaf tanpa membantu Seohyun.
Yonghwa melihat ke arah lelaki itu saat melintas di depannya. Yonghwa merasa ada yang aneh dengan lelaki itu. Yonghwa kembali melihat ke arah Seohyun, seorang laki-laki yang memakai topi menghampirinya dan membantu Seohyun merapikan buku-bukunya. Lagi, Yonghwa merasa ada yang aneh. Saat Seohyun membungkuk untuk berterima kasih, lelaki bertopi itu dengan cepat merebut tas Seohyun dan berlari pergi. Meninggalkan Seohyun yang hanya bisa berteriak karena panik.
Yonghwa melepas headsetnya dan berbalik badan. Ia berjalan ke arah yang berlawan dengan arah pencuri itu. Yonghwa  tahu jika ia akan berpapasan dengan pencuri itu di sisi lainnya. Karena pusat pertokoan di daerah tersebut memiliki jalan yang memutar. Yonghwa tersenyum angkuh. Sesuai dugaannya, ia berpapasan dengan pencuri itu. Yonghwa berjalan santai mendekat ke arah pencuri itu seolah tidak terjadi apa-apa. Tepat saat mereka berpapasan, Yonghwa memukul tengkuk si pencuri. Memutar badan pencuri itu dan memukul bagian perut dan wajahnya beberapa kali. Pencuri tersebut sempat melawan, tapi sayangnya Yonghwa bukanlah lawan yang seimbang untuknya. Terakhir Yonghwa mencengkram kerah baju penjahat yang sudah babak belur itu.
“Berikan tas itu dan kau akan kubiarkan hidup.” Kata Yonghwa tenang
==================================================================================
Seohyun terduduk lemas di depan etalase toko. Sia-sia ia berteriak minta tolong karena tidak ada satupun yang berniat menolongnya menangkap pencuri itu. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan pada orang tuanya nanti. Kini yang bisa dilakukan Seohyun hanya menangis. Ia tidak peduli lagi jika orang-orang di sekitarnya memandang aneh ke arahnya.
“Ini.” ujar Yonghwa membuat Seohyun mendongak
Seohyun terbelalak karena melihat tas hitamnya kembali. Ia berteriak kegirangan. Dengan asal-asalan Seohyun mengusap air matanya. Yonghwa tertawa kecil melihat kelakuan Seohyun. Saat itulah Seohyun tersadar, ia melihat ke arah orang yang telah menolongnya, Yonghwa. Sekali lagi, Seohyun terbelalak saat mengetahui siapa yang telah menolongnya. Seohyun ingat betul wajah penolongnya saat di bus waktu itu. Lelaki yang juga telah menolongnya berkali-kali.
Yonghwa memasang kembali headsetnya dan berlalu meninggalkan Seohyun yang masih terpaku. Butuh beberapa detik bagi Seohyun untuk tersadar dari lamunannya.
“Hei..tuan..!”
Yonghwa berbalik “Terima kasih!” teriak Seohyun
Seohyun membungkuk berkali-kali hingga membuat Yonghwa tersenyum geli. Ia kembali berjalan. Sementara Seohyun masih memperhatikan sosok Yonghwa yang semakin tidak terlihat diantara lalu lalang orang-orang.
“Omo!” Seohyun memukul dahinya sendiri saat menyadari sesuatu
“Kenapa aku tidak menanyakan namanya?! Aiishh..!”
Saat Seohyun sibuk merutuki kebodohannya, handphonenya berdering. Seohyun mengambil handphone di tas yang masih ia pegang, tanpa minat.
“Yobseyo..” jawab Seohyun lemas
“Seo Joohyun.”
Mata Seohyun membulat, ia terkejut saat mendengar suara penelepon tersebut. Seohyun melihat ke arah layarnya. Tertera nomor yang ia tahu betul sebagai nomor telepon ‘sang malaikat pelindungnya’. Nomor yang Seohyun selalu coba untuk hubungi tapi tidak pernah bisa.
“K..kau?” tanya Seohyun masih terkejut
“Sepatu biru sapphire.”
“Ehm?”
“Ibumu akan menyukainya.”
Seohyun menoleh ke etalase. Di sudut atas rak kaca terdapat sepatu berwarna biru sapphire yang terlihat sederhana dan anggun sekaligus.
Seohyun tersenyum ‘Sepatu yang cantik..’ pikirnya
“De..terima kasih. Ah tunggu..”
Seohyun menunggu respon dari Yonghwa, tapi sayangnya lelaki itu hanya diam.
“Mm..bolehkah aku tahu namamu?”
Terdengar kekehan dari Yonghwa “Dragon.”
“Dra..”
Tut tut tut. Yonghwa memutus telepon begitu saja.
“..gon?” lanjut Seohyun setengah gemas
“Dragon? Dragon?? Apa yang dia katakan?!”
“Tunggu..dragon..? Yong?” seulas senyum nampak di wajah Seohyun
“Dragon. Yong. Yong?? Yong! Nama lelaki itu Yong!”
Seohyun tertawa kegirangan. Tapi kemudian dia terlihat kecewa lagi.
“Yong..Yongjae? Yongran? Yongdae? Yong..siapa? Aaa..ottokhae?!”
==================================================================================
Jungshin terduduk di ruangan rapat. Ia terlihat bosan sekaligus tidak peduli. Bukan hal menarik bagi Jungshin mengikuti rapat bersama klien dari perusahaan lain. Sementara yang lain sibuk membicarakan mengenai kerjasama untuk proyek penting mereka, Jungshin hanya membolak-balik proposal di hadapannya tidak berminat. Tapi saat itulah, ia kembali teringat kata-kata Hyuna pagi tadi.
“Cih.”
Jungshin tersenyum licik ketika ide jahat melintas di pikirannya.
==================================================================================
Krystal berjalan setengah terseret. Badannya terasa lemas dan tatapannya kosong. Dengan seragam sekolah yang kusut, dan juga wajah sembab membuatnya terlihat seperti gadis SMA yang depresi.
Flashback –
Krystal merasa tidak enak badan. Kepalanya pusing dan badannya demam. Karena itulah sepulang sekolah, ia langsung kembali ke rumah. ia tak peduli lagi dengan adanya ibu tirinya di rumah. satu yang Krystal inginkan, beristirahat.
Tapi malangnya, wanita yang dibenci dan juga membenci dirinya, melihat kepulangan Krystal sebagai peluang emas untuk membuat hubungan Krystal dengan ayahnya semakin buruk. Saat itu ayah Krystal tengah berada di rumah.
“Krystal sayang..” ibu tiri Krystal menghampiri Krystal
Krystal tetap melanjutkan langkahnya tidak peduli.
“Syukurlah kau sudah pulang. Umma membuatkanmu makan siang istimewa.” Ucapnya sembari memasang senyum palsu
“Hentikan tingkah palsumu.” Balas Krystal tanpa menoleh
“Omo! Apa maksudmu sayang?”
Krystal berbalik menghadap wanita itu.
“Apa kau tuli?”
“Sayang..umma hanya menawarimu makan siang kenapa kau..”
Ibu tiri Krystal tersadar saat melihat wajah pucat Krystal. Ia tersenyum licik.
“Omo..kenapa kau pucat sekali.. Apa kau sakit?” tanyanya berpura-pura cemas
“Cuih. Kau tahu, sikapmu membuatku mual.”
“Sayang, umma khawatir. Sepertinya kau demam.”
Ibu tiri Krystal meletakkan punggung tangannya ke dahi Krystal. Tentu Krystal menepisnya dnegan kasar.
“Sekali lagi kau menyentuhku, akan kupatahkan tanganmu.”
“Apa? Krystal..kenapa kau tega berkata begitu pada umma?”
“Umma? Siapa yang mengakuimu wanita murahan sepertimu sebagai ibuku?”
Ayah Krystal yang ada di ruang makan, dapat mendengar pembicaraan mereka. Ia bangkit berdiri menghampiri Krystal dan istrinya yang berada di dekat tangga.
“Ada apa?” tanya ayah Krystal
“Yeobo..Krystal sepertinya sakit. Aku hanya mencemaskannya tapi dia..”
Ibu tiri Krystal berlari ke lantai atas sambil menutupi wajahnya, seolah-olah menangis. Krystal memutar bola mata karena muak dengan tingkah wanita itu. Ayah Krystal hendak menyusul istrinya, tapi ia mengurungkan niatnya.
“Ya! Kenapa kau selalu menyakiti hati ibumu?!”
“Ibuku? Sampai mati aku tidak akan mengakuinya sebagai ibuku.”
“Krystal! Dia istri appa, jadi apapun keadaannya kau harus menerimanya!”
“Menerima? Kenapa? Kenapa aku harus menerima wanita yang dulu menjadi selingkuhan appa itu sebagai ibuku?!”
“Jung Krystal, kau!”
Plak!
Karena tidak dapat menegendalikan emosinya, sekali lagi ayah Krystal menampar putrinya. Krystal yang memang sudah lemas, terjatuh ke lantai saat itu juga. Kali ini ayah Krystal menampar dengan sangat keras hingga membuat sudut bibir Krystal robek dan berdarah. Krystal terpaku di tempatnya. Ia tidak menyangka akan mendapatkan tamparan lagi dari ayahnya.
Ayah Krystal terdiam. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Lagi, ia kembali menyesali tindakan kasarnya.
“Lagi.” Air mata Krystal menetes
“K..Krystal..”
“Appa melakukannya lagi.”
“Krystal, appa..”
“Appa?”
Krystal mengusap darah di sudut bibirnya dan kemudian bangkit berdiri.
“Aku tidak tahu apa aku masih sanggup memanggilmu appa setelah ini.” lanjutnya dengan suara bergetar
Krystal berjalan meninggalkan ayahnya tanpa peduli saat ia memanggil.
Flashback end –
Bruk!
Krystal terduduk di pinggir jalan. ia benar-benar tidak kuat lagi untuk berjalan.
==================================================================================
Minhyuk melempar tas ranselnya ke kursi belakang mobil. Ia baru saja menyelesaikan mata kuliah terakhirnya. Setelahnya Minhyuk menyalakan mesin mobil dan memacunya ke jalan menuju rumahnya.
Minhyuk memicingkan matanya saat melihat seorang gadis sekolah terduduk di aspal jalan, ragu ia menduga kalau itu Krystal
“Itu..”
Saat mobil mereka tepat berpapasan dengan Krystal, Minhyuk mengerem mobilnya secara mendadak. Ia turun dari mobil dan menghampiri Krystal.
“Krystal-ah apa yang kau lakukan disini?” tanya Minhyuk cemas
Krystal hanya diam. Ia menunduk sambil memegangi kepalanya yang sudah benar-benar terasa berat.
“Krystal kau..”
Minhyuk berlutut dan mengangkat dagu Krystal perlahan. Ia terkejut saat melihat bekas tamparan di pipi Krystal, juga bibir sudutnya yang robek. Krystal ingin menangkis tangan Minhyuk, tapi tenaganya telah habis. Dan setelah itu, semuanya menjadi gelap di mata Krystal.
==================================================================================
“Omo! Minhyukkie, apa yang terjadi?” kaget ibu Minhyuk saat melihat Minhyuk menggotong Krystal ke rumah
“Umma, Krystal sakit. Bolehkah aku..”
“De, bawa ke kamar tamu. Umma akan siapkan handuk untuk mengompresnya.”
Seperti kata ibunya, Minhyuk membawa Krystal ke kamar. Ia membaringkan ke tempat tidur dan menyelimuti Krystal agar tidak menggigil lagi. Tak lama, ibu Minhyuk masuk membawa handuk untuk mengompres dan semangkuk air hangat. Setelah meletakkan handuk hangat di dahi Krystal, beliau mengobati luka di bibir Krystal. Sementara Minhyuk hanya duduk memperhatikan.
“Minhyukkie apa..”
Minhyuk mengangguk “Ya..sepertinya begitu, umma.”
“Gadis malang.” kata ibu Minhyuk iba
Ibu Minhyuk memang telah mendengar semuanya dari Minhyuk. Tentang Krystal, Yonghwa, dan yang lainnya. Satu hal yang tidak diketahui beliau, bahwa putra tunggalnya adalah salah satu anggota kelompok pembuat onar, CN Blue.
“Ehm. Umma, biarkan Krystal menginap disini. Kurasa ia sedang tidak mau pulang ke rumah.”
“De. Malam ini biar umma yang merawat, besok pagi baru antar ia pulang.”
“Akan kuberitahu Yonghwa hyung.” Kata Minhyuk mengeluarkan handphonenya
==================================================================================
Brak!
Yonghwa menendang pintu utama rumah hingga menjeblak terbuka. Disusul dengan suara pecah belah. Yonghwa menghancurkan guci-guci mahal yang menghias di ruang tamu dengan sebalok kayu yang ia bawa. Ayah dan ibu tirinya turun dari kamar dengan terburu-buru saat mendengar suara keributan itu.
“Ya!”
Yonghwa berbalik badan, dua orang yang ia benci tengah menatap tajam kepadanya.
“Apa kau mau mengalami nasib yang sama seperti guci-guci ini?”
Pertanyaan Yonghwa membuat ayahnya terdiam, tahu betul apa yang sebenarnya dimaksud oleh Yonghwa.
“Aku akan benar-benar membuatmu menyesal…jika sekali lagi kau berani melukai adikku.”
Yonghwa membuang balok kayu yang dibawanya ke arah jendela kaca hingga membuatnya pecah berkeping keping. Dan pergi meninggalkan dua sosok yang tidak mampu berkata apa-apa lagi.
==================================================================================
02.25 am. Yonghwa, Jonghyun, Minhyuk, dan Jungshin telah menyelesaikan ‘tugas’ mereka untuk mengacaukan kota. Kini mereka berempat berada di rooftop hotel berbintang yang terkenal di Seoul. Yonghwa duduk di tepi pembatas rooftop. Kedua kakinya ia biarkan menggantung di udara. Ia menatap lurus ke pemandangan malam kota Seoul. Minhyuk yang berada di sampingnya, tahu betul apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. Ia yakin Yonghwa tengah memikirkan adiknya. Atau mungkin tengah berusaha memendam kebenciannya terhadap ayah dan ibu tirinya. Berbeda dengan Yonghwa dan Minhyuk, Jonghyun yang tidak tahu apa-apa justru tengah sibuk dengan perasaan senangnya sendiri. Ia membaringkan dirinya di semen yang dingin sambil menatap langit malam. Di otaknya dipenuhi oleh sosok gadis bernama Im Yoona. Sesekali ia tersenyum sendiri mengingat setiap kejadian yang mereka lalui. Sementara Jungshin yang duduk menyandari pembatas, sedang berpikir serius mengenai perusahaan ayahnya. Tidak. Tentu bukan cara untuk memajukan perusahaan itu, tapi untuk menghancurkannya. Ya, ide itulah yang muncul di benak Jungshin ketika ia dipaksa mengikuti rapat perusahaan.
“Minhyuk-ah..”
Minhyuk menoleh ke arah Jungshin. Ia merasa sedikit aneh karena seringaian di wajah Jungshin.
“Kurasa besok aku butuh bantuanmu..”
==================================================================================
Minhyuk terlihat serius menatap layar laptopnya. Jari-jarinya menekan tuts keyboard dengan irama cepat. Jungshin meminta Minhyuk  mengacaukan data perusahaan yang tersimpan rapat di komputer utama direktur. Tentu bukan hal sulit bagi Minhyuk, mengingat sejak kecil ia memang telah terbiasa dengan sistem jaringan seperti ini. Terlebih setelah melanjutkan studinya di universitas, Minhyuk semakin familiar pada hal semacamnya.
“Hm..pekerjaan mudah.” Bangga Minhyuk setelah menyelesaikan ‘pekerjaannya’
Jungshin tersenyum sinis “Kita lihat bagaimana Tuan Lee mengatasi kekacauan ini.”
“Ya!” Jonghyun melempar dua buah kaleng soda pada Jungshin dan Minhyuk
“Kenapa kita tidak membakar gedung perusahaannya saja seperti yang dilakukan Yonghwa hyung. Lebih praktis.” Lanjutnya
Jungshin membuka minuman kaleng pemberian Jonghyun “Yonghwa hyung hanya ingin memberi sedikit serangan pada ayahnya. Aku? Aku ingin ayahku mendapatkan balasan dari kelicikannya.”
“Aiish..apa yang kau bicarakan. Dasar.”
Minhyuk tertawa pelan, Jonghyun dan Jungshin selalu saja memperdebatkan hal yang tidak penting menurutnya. Minhyuk kembali menghadap layar laptop, tanpa sengaja ia menangkap sosok Yonghwa yang tengah tertidur di sofa.
“Apa ia masih mencemaskan Krystal?”
“Apa? Kau bilang apa?” tanya Jonghyun
“Tidak ada, hyung.” elaknya
==================================================================================
Langit hari ini tak secerah kemarin. Yonghwa menghela nafas panjang. suasana hatinya sedang buruk, dan cuaca malah membuatnya semakin kesal. Yonghwa turun dari bus ke halte dekat rumahnya. Hujan telah turun sangat lebat. Tidak mungkin ia pulang menerjang hujan, kecuali jika ia ingin terserang flu. Dan sayangnya, Yonghwa tidak mau hal itu terjadi.
Yonghwa duduk bersandar di kursi halte. Ia mendengarkan musik lewat headsetnya untuk mengusir kebosanannya saat menunggu hujan reda. Ia terpejam, sekedar untuk mengistirahatkan matanya yang lelah.
==================================================================================
Seohyun turun dari bis menuju halte dengan berlari kecil. Ia mengusap rambutnya yang basah dengan kedua tangannya. Seohyun menoleh ke tempat duduk halte. Seperti biasa, meski tergolong mahasiswa pandai, tapi otak Seohyun seringkali bekerja lambat di kehidupan sehari-harinya. Karena itulah beberapa menit bagi Seohyun untuk menyadari bahwa lelaki yang tertidur di kursi halte adalah ‘malaikat pelindung’nya.
Seohyun membekap mulutnya agar tidak berteriak karena senang. Ia tidak tahu kenapa, tapi bertemu dengan Yonghwa baginya adalah keberuntungan. Seohyun mendudukan dirinya di samping Yonghwa dengan perlahan. Ia memperhatikan wajah Yonghwa dengan seksama. Ada gambaran kuat sekaligus lembut di wajah tampan lelaki itu, begitu pikir Seohyun. Lama Seohyun memandangi wajah Yonghwa. Tidak peduli hujan sudah mulai mereda.
==================================================================================
Yonghwa merasa ada yang memperhatikannya sedari tadi. Meskipun begitu, Yonghwa tetap membiarkan matanya terpejam untuk beberapa saat. Hingga ia merasa hujan telah reda, Yonghwa memutuskan untuk menyudahi ‘tidur’nya.
“Sampai kapan kau mau memperhatikanku?”
Yonghwa kemudian membuka mata dan melihat Seohyun menjadi salah tingkah. Gadis itu terlalu terkejut hingga membuat Yonghwa tertawa sendiri.
“Hujan sudah reda, cepatlah pulang.”
Sekali lagi Yonghwa tertawa pelan karena Seohyun masih memandangnya takjub. Ia kemudian mengacak-acak rambut Seohyun lembut.
“Bye.”
Sepeninggalan Yonghwa, Seohyun masih terdiam di bangku halte. Ia menyentuh puncak kepalanya sendiri.
“Apa yang dia lakukan tadi?” ujar Seohyun dengan perasaan tak karuan
Tbc –

Tidak ada komentar:

Posting Komentar