Senin, 28 November 2011

[Freelance] With My Love.. ( Secret )

Author : Jung_Pennie
Tittle    : With My Love.. ( Secret )
Length : Oneshoot
Genre  : Angst / AU
Rating : G, PG-13
Cast     :
  • Jihyun ~Fiction Cast~
  • Seohyun ~SNSD~
  • Yonghwa ~ C.N.Blue~
Other Cast       :
  • Kyuhyun ~Super Junior~
04 OCTOBER
Sekuat tenaga, tanpa henti dan bahkan dengan nafas yang yang terengah-engah, aku berlari, angin dingin musim gugur menembus tulangku, mengalahkan helai tipis bajuku. Aku tidak peduli. Aku harus mencarinya. Aku harus melihatnya, bahkan untuk yang terakhir kalinya. Meski pahit.
Mana dia? Mana?
Belokan terakhir menuju jalan ke Incheon Airport. Dalam gelap, aku menangkap bayangannya, kemudian sosoknya dan terakhir wajah tanpa ekspresinya. Dari kejauhan terdengar suara pesawat yang terbang meninggalkan landasannya.
Perih. Berdenyut.
Jantungku berdetak keras. Airmataku meledak dalam amarah. Sedang apa dia disana? Dia seharusnya berada didalam pesawat sekarang.
“Kenapa tidak pergi?” teriakku dengan perasaan yang campur aduk.”kenapa duduk disana?” mataku panas dan sembab.
Ditolehkannya kepalanya kearahku. Dalam jarak tiga meter itu, matanya tak tampak bercahaya. Seulas senyum yang terkesan dipaksakan tersungging dibibirnya, lalu dia menjawab dengan suara pelan, “Dia tidak mencintaiku.”
“Bohong. Aku tahu segalanya. Dia mencintaimu, Seohyun Onnie mencintaimu.” Suaraku tidak pelan. Suaraku menggaung di sekitar kami.
Senyumnya kembali terlihat. Senyum pahit yang dipaksakan damai. “Jihyun-ah, terkadang.. hal yang kita pikir seharusnya kita lakukan itu, bukanlah yang sebenarnya harus kita lakukan.”
Angin dingin kembali berhembus, aku diam dalam kebodohan.
***
04 November
Salju turun lagi, dalam balutan sweater dan syal tebal ini, aku memandang sendu kearah rumah kosong dihadapanku. Satu bulan setelah kepergian Seohyun Onnie ke Jepang, Yonghwa Oppa memilih pindah ke Apartemen lamanya. Apartemen tempat ia tinggal sebelum mengenalku, tempat ia besar bersama Ayah dan Ibunya. Apartemen tanpa kenangan Seohyun Onnie.
Aku melangkahkan kaki-ku dua kali kearah depan. Tepat didepan pintu pagar rumah yang disewa Yonghwa oppa. Ingatanku melayang cepat pada saat pertama kali aku mengenalnya.
Flashback
“Onnie, sudah tenang saja, aku yang akan mengambilkan bonekamu. Tenang ya..! kumohon..!” kedua tanganku terkatup, dengan tampang memelas aku memohon agar Seohyun Onnie tidak menangis lagi. Ini salahku, tidak seharusnya aku bermain baseball menggunakan boneka Keroronya. Akibatnya boneka itu terbang ke rumah tetangga baru kami. Kalau tidak kuambil maka Seohyun Onnie bisa menghasilkan se-liter penuh airmata murni dikamar kami.
“Tapi, bagaimana kalau tetangga kita itu galak?” isaknya disela tangis. “bagaimana kalau kau dimarahi?”
Aku tidak tahan melihat wajah polos Onnie menangis begitu. Galak juga harus kuambil bonekanya. “Kwaenchana, Onnie. Akan kuambil bonekanya apapun yang terjadi.” Sambil menggenggam tangan Seohyun Onnie, aku tersenyum menjanjikan.
Pelan-pelan, pagar yang kupanjat tidak tinggi, tapi tetap mengerikan. Ini bukan salahku, dan pemilik rumah ini tidak boleh menganggapku maling. Dia yang tidak menjawab panggilanku dari tadi. Aku kesini hanya untuk mengambil boneka Onnie, setelah itu aku akan keluar tanpa mengambil atau menghancurkan apapun miliknya. Yah…
Sedikit lagi, OMO, kenapa kaki yang pendek selalu tidak menguntungkan? Jari-jari kaki-ku berusaha meraih pijakan dilantai, beberapa kali mengayun dengan tangan menggantung di ujung pagar. Yah, tuhan.. kalau bukan karena boneka Onnie, aku tidak mau bertingkah seperti monyet begini. Apa yang akan dikatakan orang kalau melihat ku bergelantungan begini? Ckckck…
“Kau sedang apa?”
Sebuah suara mengalir masuk kedalam lubang telingaku. Jantungku berhenti berdetak sejenak mendengar suara tersebut. Kepalaku memaksa menoleh kearah suara ringan yang menyapaku tadi.
Dan itu Dia..
End Of Flashback
Jejak kaki seseorang tertinggal didepan pagar rumah itu, disampingnya tergeletak sebuah amplop putih. Aku menjongkok disana. Telapak tanganku menyentuh jejak kaki yang membekas dalam timbunan salju tersebut. Ada hangat dalam dingin salju itu. Untuk hari ini dan waktu ini, hatiku merasakan sesuatu.
Perih.
***
24 December
Sesuatu yang ada didalam hatiku yang mendorongku melakukan ini. Untuk bunyi bel yang ketiga kalinya dan pintu terbuka.
“An..Annyeong..” Ucapku terbata. Yonghwa Oppa agak terkejut, kemudian ia tersenyum dan mempersilakanku masuk. Aku menegang.
“Bagaimana kabarmu?” tanyanya sambil memberikanku secangkir coklat panas. “diluar dingin sekali, ah, kau tidak merayakan malam natal bersama temanmu?” tanyanya.
“aku tidak. Tidak. Tidak.. ng..” harus kuulangi sekali lagi, aku menegang. Urutan kata-kataku kacau. Yonghwa Oppa menatapku bingung, kemudian ia tertawa. Tertawa dengan suara yang kurindukan.
“Apa yang kau katakan? Ah, otakmu pasti sudah mendingin karena udara diluar.” Ia mengacak-acak rambutku dengan tangannya. Dengan tangan hangatnya. “ayo, minum dulu coklatnya,” pintanya.
“Ah, di kulkas masih ada Cheese cake yang kubeli semalam, kau mau?”
Aku mengangguk.
Nyanyian-nyanyian kudus terdengar dari gereja di ujung jalan, dari balkon apartemen ini, pemandangan kota pada malam natal terlihat jelas. Bahagia. Bahagia, seperti diriku saat ini. Disampingku, Yonghwa Oppa sedang menatap pohon natal di depan apartemennya. Wajahnya agak kurus, dan rambutnya tidak di-tata seperti dulu, namun begitu, wajahnya tetap terlihat bagai malaikat. Sama seperti saat pertama kali aku melihatnya. Wajah malaikat yang kuingat dalam memoriku selama ini.
“Oppa..” panggilku.
Dia bergumam dan menoleh menatapku, “ne?” kedua matanya membulat menanti kalimatku.
“kenapa kau tidak pergi ke Jepang bersama Seohyun Onnie?”
Dia lama dalam diam. Kemudian sebuah senyum menghias wajahnya. Senyum yang sama seperti saat malam keberangkatan Seohyun Onnie. “Kau lupa, aku sudah pernah mengatakannya padamu, Ada hal yang harus kita lakukan, dan terkadang hal yang kita pikir seharusnya kita lakukan itu, bukanlah yang sebenarnya harus kita lakukan.”
“Oppa, aku tidak jawaban seperti itu. Aku tahu kalian dekat. Seohyun Onnie menyukaimu, dan kau.. kau..”
“Aku juga?” Ia menatapku, “ lalu bagaimana dengan dirimu?”
Aku diam. Detakan jantungku mengeras, apa yang harus kujawab? “Aku? Aku tidak..”
“Tidak apa-apa?” pertanyaannya tajam memotong ucapanku. “ sungguh tidak apa-apa?”
“Jangan memikirkan hal lain, pikirkan kalian berdua saja.” Tidak. Tidak.. aku tidak ingin pertemuan hari ini berakhir dengan jawaban bahwa akulah yang membuat mereka berpisah. Membuat mereka berdua yang kusayangi menderita. Itu lebih menyakitkan dari apapun.
“Pada akhirnya semua ini bukan hanya milikku dan Seohyun. Tidak akan pernah menjadi milikku dan Seohyun.”
“lalu.. kalau saja itu bukan Seohyun Onnie, kalau saja itu aku?” Yonghwa Oppa menatap lekat kedalam mataku. Debaran jantungku membuatku sulit bernafas. “bagaimana?”
Entah sejak kapan, entah apa yang terjadi, entah apa yang saat ini kupikirkan, yang kurasakan adalah kedua lengannya melingkar dipinggangku, membawaku kedalam pelukannya, dan lalu sebuah bisikan terngiang ditelingaku, “Ada hal yang harus kita lakukan, dan terkadang hal yang kita pikir seharusnya kita lakukan itu, bukanlah yang sebenarnya harus kita lakukan. terkadang hal yang kita pikir seharusnya kita lakukan itu, bukanlah yang sebenarnya harus kita lakukan. Mianhae, Jihyun-ah..”
Segalanya meledak. Aku menangis. Airmataku keluar tanpa henti dan aku terisak-isak dalam dekapannya. Tak perlu kukatakan, tak perlu kusembunyikan, dia mengetahui segalanya jauh sebelum aku berterus terang. Dia tahu aku mencintainya. Dan aku mengerti kenapa satu-satunya jawaban yang ia berikan hanya kalimat tersebut—terkadang hal yang kita pikir seharusnya kita lakukan itu, bukanlah yang sebenarnya harus kita lakukan.
Pengertian yang membuatku sesak.
***
17 January
“Oppa, biar aku yang mengangkatnya sendiri.” Kurebut tas ranselku dari tangan Yonghwa Oppa. “ Sini.”
“Kau bisa tambah pendek kalau mengangkat yang berat-berat seperti itu, Jihyun-ah..” Yonghwa Oppa tersenyum meledekku. Aku hanya meleletkan lidahku.
Awal Januari, aku pindah kerumah Yonghwa Oppa. Aku akan berusaha melaksanakan tugasku sepenuh hati. Aku akan berusaha..
“Oppa, kau mau makan sesuatu? Akan kumasakkan. Kau tunggu saja dikamar.” Tawarku pada Yonghwa Oppa.
“Ya, Seo Jihyun, aku ini hanya anemia biasa. Kenapa aku harus makan dikamar?”
“Ne, Yonghwa-ssi, kau hanya anemia biasa, tapi kau benar-benar butuh istirahat, jika tidak, maka anemia biasamu akan menjadi anemia yang tidak biasa.”jawabku pada pertanyaan Yonghwa Oppa seraya mendorong tubuhnya masuk kedalam kamar.
***
14 March
“Tidak..” bisik Yonghwa Oppa, “ aku tidak butuh kedokter. Anemiaku hanya kumat, dan aku hanya butuh tidur.” Bisikannya membuatku memperkuat genggaman tanganku pada tangannya. Aku tak punya jwaban atau tindakan apapun. Hanya berusaha mengiyakan. Aku harus berusaha sampai akhir.
“Jihyun ah, terima kasih kau begitu baik terhadapku.” Aku mengangguk. Dan Yonghwa Oppa pun tertidur. Kutatap wajahnya, wajahnya tetap seperti malaikat. Sama seperti pertama kali aku melihatnya. Wajah orang yang kucintai. Kubelai lembut wajahnya. Untuk segala perasaanku yang tumpah ruah selama ini, bibirku menyentuh bibirnya untuk yang terakhir kali, dan lalu sebuah bisikan untuknya, ”Saranghae.”
Dengarkah Ia?
***
30 March
“Yonghwa Oppa, ini hari ke tujuh pernikahan Seohyun Onnie. Dia terlihat cantik pada saat pesta pernikahan kemarin. Gaun putihnya begitu anggun. Kyuhyun Oppa juga tampan sekali, tapi menurutku.. kau lebih tampan.” Kuletakkan karangan bunga yang kubawa di depan fotonya.
“Oppa, kau tahu? Aku sudah menceritakan semuanya kepada Seohyun Onnie. Tepat sehari sebelum pernikahannya. Malam itu ia menangis semalaman, ia bahkan tertidur dalam tangisannya sambil memelukku.”
“aku juga memberitahunya arti dari ucapanmu.”
Terkadang hal yang kita pikir seharusnya kita lakukan itu, bukanlah yang sebenarnya harus kita lakukan.
“Kau bodoh, tidak seharusnya kau takut mencintai seseorang karena penyakitmu.” Gumamku. Sesuatu yang kutahan selama ini mengalir keluar, kepedihanku. “kau pikir karena penyakitmu Seohyun Onnie tidak akan bahagia bersamamu?” tetes demi tetes semuanya mengalir. Sesak. ”Kau pikir dengan memendam semua itu sendirian, kau bisa pergi dengan tenang?”
“Bahkan aku yang bertepuk sebelah tangan ini, merasa bahagia dapat bersamamu selama yang kau bisa.” Tangisku pecah. “Bodoh, kalau kau pikir aku tidak tahu, kau salah, Oppa.” Tangan kananku menghapus airmata diwajahku. “aku menemukan kertas diagnosa penyakitmu saat kau pindah—kanker otak stadium 4? aku ketakutan setengah mati, aku berharap kertas itu bukan punyamu.”
“Aku bohong padamu ketika kubilang Appa mengusirku dari rumah. Aku ingin menjagamu. Aku tak ingin kau pergi dalam kesepian.”
***
Musim semi bulan Maret, Yonghwa Oppa membuang napas dan tertidur dalam damai. Seohyun Onnie menikah dengan Kyuhyun Oppa, tunangannya yang sejak dulu tinggal di Jepang. Lalu aku..? Aku mengubur cintaku bersama Malaikatku, berharap ia akan kekal bersamanya .
—oOo—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar