Senin, 28 November 2011

Alexandrite – chap 4

Cast:
  • Tiffany SNSD as Tiffany Hwang
  • Donghae SJ as Lee Donghae
  • Seohyun SNSD as Seo Joohyun / Seohyun
  • Yonghwa CN Blue as Jung Yonghwa
  • TOP BigBang as Choi Seung Hyun
  • UEE After School as Kim Yu Jin
  • Kyuhyun SJ as Cho Kyuhyun
Length: chapters
Author: @Leeyaaaa
Genre: romance
Rate: PG 13
Note: maaf karena lama update, banyak typo, dan kalo chap ini garing ;(

Tiffany berjalan keluar dari bangunan istana dikawal dengan Seohyun dan Yu Jin. Di halaman, pengawal lain telah mempersiapkan mobil untuk keberangkatan Tiffany ke kampus. Donghae membukakan pintu mobil untuk Tiffany. Tapi belum sampai Tiffany masuk, ia dikejutkan suara Tuan Jang, asisten presiden Hwang.
“Maaf nona, Presiden Hwang menyuruh saya kemari. Pengawal Lee diminta untuk menemui beliau sekarang.”
Tiffany mengerling heran. Tidak biasanya presiden memanggil pengawalnya. Apalagi di jam seperti ini, bukankah ayahnya tahu ini waktunya ia berangkat kuliah?
“Tapi aku bisa terlambat. Katakan pada appa, nanti saja bicaranya dengan Donghae oppa.” Pinta Tiffany yang sebenarnya sudah tidak sabar bertemu Kyuhyun.
“Maaf nona, ini perintah Presiden.”
Donghae mengangguk mengerti pada asisten itu, lalu berpaling pada Tiffany. “Maaf nona, saya permisi dulu.”
“Hah..ada apa dengan appa?” Tiffany menggerutu sembari masuk ke mobil.
“Good joob.” Kata Yu Jin tanpa suara yang ditujukan pada Seung Hyun. Sementara Seung Hyun yang berada di samping mobil pertama, membalas dengan senyuman. Sepertinya mereka sudah tahu alasan presiden memanggil Donghae.
“Ada sesuatu..” pikir Yonghwa yang tanpa sengaja melihat gelagat Yu Jin dan Seung Hyun.“Ada sesuatu di antara mereka berdua. Ada yang mereka sembunyikan. Tapi..apa?”
&&&&&
Dua puluh menit kemudian Donghae kembali. Dari raut wajahnya sepertinya ada hal yang mengganggu pikirannya. Helaan nafas terdengar saat ia memasuki mobil. Tiffany yang telah berada di dalam, merasa heran. Apalagi saat Donghae membungkuk hormat padanya, padahal biasanya tidak seperti itu saat mereka hanya berdua.
“Apa yang tadi dibicarakan appa pada oppa?” tanya Tiffany penasaran.
“Bukan apa-apa, nona.”
Tiffany mengernyit. Sikap Donghae berubah padanya. Bukankah Donghae sudah berjanji tidak akan bersikap formal padanya jika hanya berdua? Bukankah selama ini Donghae sudah terbiasa bersikap begitu?
“Bohong. Apa yang tadi dikatakan appa?”
“Tidak ada nona. Presiden Hwang hanya meminta saya untuk lebih berhati-hati menjaga nona.” jawab Donghae tanpa menatap Tiffany.
“Maksud oppa?”
“Presiden tahu mengenai kejadian penembakan di pusat perbelanjaan beberapa hari lalu. Beliau mengeur saya karena tidak melaporkan kejadian itu pada nona.”
“Apa oppa tidak bilang kalau aku yang menyuruh oppa dan yang lain agar tidak memberi tahu appa?”
“Tidak, nona. Ini memang kesalahan saya.”
“Tapi..” Tiffany menggantungkan kalimatnya. Ia tidak terlalu yakin pada jawaban Donghae.
“Benarkah?” Tiffany menolengkan kepalanya agar dapat menatap wajah Donghae. Tapi Donghae tetap menolak untuk menatapnya. “Kenapa oppa jadi aneh begini? Kenapa kembali memanggilku nona?”
Donghae tidak menjawab, ia hanya membungkuk singkat. Membuat Tiffany semakin bingung.
Flashback -
Donghae terdiam. Lima belas menit presiden membiarkannya berdiri di ruangan kerjanya tanpa berbicara sepatah katapun. Beliau sibuk membaca lembaran dokumen yang entah berisi apa.
“Presiden Hwang, maaf jika saya tidak sopan. Tapi kelas nona Tiffany akan dimulai sebentar lagi..saya takut kalau..”
Donghae menghentikan ucapannya saat Tuan Hwang memandang dan tersenyum padanya. Ia cukup mengerti kalau presiden hendak mengatakan sesuatu.
“Lee Donghae.”
Donghae membungkuk “Iya presiden?”
Presiden mengeluarkan amplop coklat dari laci mejanya. Kemudian meminta Donghae untuk membuka amplop tersebut. Terdapat sekeping cd dan beberapa lembar foto yang membuat Donghae tersentak kaget. Apalagi kalau bukan foto Tiffany dan Kyuhyun yang sedang berpelukan.
“Presiden..ini..”
“Apa itu kekasih Tiffany?”
Donghae tidak tahu harus menjawab apa. Ia takut jawabannya akan membuat Tuan Hwang marah pada Tiffany. Maka ia memilih diam.
“Jadi sekarang putriku sudah dewasa.” Presiden Hwang tersenyum. “Seharusnya aku senang, tapi masalahnya..adalah jika berita ini diketahui wartawan dan disebarkan pada warga Korea. Apa menurutmu aku ayah yang buruk kalau aku memintamu untuk menghalangi mereka bertemu?”
Donghae tercengang saat mendengarnya. Ia baru menyadari fakta itu setelah presiden mengatakannya, sebelum ini ia tidak pernah memikirkannya. Ia terllau sibuk pada perasaannya sendiri.
“Aku tahu ini tidak adil untuk Tiffany, tapi jika mereka tahu maka Tiffany lah yang akan sakit hati.”
Tentu Donghae mengerti maksud presiden. Jika masyarakat melihat foto Tiffany yang sedang berpelukan atau bahkan berciuman dengan seorang laki-laki, apa yang akan mereka katakan? Kritik pedas bukan? Malah mungkin saja mereka akan menghubungkannya dengan cara pemerintahan Tuan Hwang. Keadaan ekonomi Korea yang juga agak menurun ditambah dengan kasus Tiffany bisa membuat mereka mengkritik habis-habis keluarga presiden. Itu artinya Tiffany akan tersakiti.
“Aku memintamu, sebagai seorang presiden, jauhkan Tiffany dari lelaki itu. Aku tidak mau ia terluka nantinya.”
Donghae tidak berani menjawab. Ia hanya memberi bungkukan kecil. Bukannya tidak mau melaksanakan perintah presiden, tapi ia sendiri masih bingung. Ia memang tidak suka melihat Kyuhyun mendekati Tiffany, tapi ia juga tidak bisa menyakiti hati Tiffany.
“Dan Donghae, putar cd itu. Ada yang perlu kau tahu juga.”
Donghae menuruti permintaan presiden. Ia tercengang untuk kedua kalinya. Bahkan kali ini lebih terkejut dari sebelumnya. Dalam cd itu terdapat video dirinya dan Tiffany yang sedang berada di taman. Bahkan suara Donghae yang memanggil nama Tiffany langsung, terdengar cukup jelas.
“Aku tahu kau dan Tiffany sudah mengenal dari kecil. Aku yakin kalian dekat seperti saudara kandung. Tapi hal ini akan dipandang berbeda oleh orang lain kalau mereka yang melihat video ini. Dan pasti Tiffany lagi yang akan terluka.”
Donghae menunduk, ia merasa sangat bersalah pada Tuan Hwang, seseorang yang sangat ia hormati.
“Aku yakin kau pemuda berbakat, memiliki keahlian yang tidak banyak ditemukan pada orang lain. Kau memang patut dibanggakan, Donghae. Aku sudah merasa kau seperti putraku sendiri, tapi posisiku membuatku tidak bisa berbuat seperti apa yang kuinginkan. Aku percaya kau adalah laki-laki dengan pikiran logis. Sekalipun kau dekat dengan Tiffany, aku harap kau bisa memahami dimana posisimu dan sejauh mana kau boleh bertindak pada Tiffany.”
Donghae semakin menunduk. Selain merasa bersalah, ia juga merasa begitu kecil setelah presiden mengatakan itu. Padahal beliau berkata dengan nada tenang dan tidak menghakiminya.
“Aku memintamu, sebagai seorang ayah, bersikaplah seperti pengawal lain pada Tiffany.”
Flashback end -
Donghae menghela nafas. Jelas ia tahu perbedaan antaranya dan Tiffany, tapi tetap saja hatinya kadang mengilah.
“Apa yang kau pikirkan selama ini, Lee Donghae? Sekalipun Tiffany memintamu bersikap biasa padanya, tidak seharusnya kau menurut. Kau harus tahu ia seorang putri presiden yang statusnya jauh di atasmu.Presiden sudah terlalu banyak memberimu kebaikan, kenapa kau malah seperti ini?” Pikir Donghae kemudian menambah kecepatan mobil.
Tiffany memandangi wajah Donghae beberapa detik. Ia yakin ada yang Donghae sembunyikan darinya. Tapi dering ponsel membuyarkan perhatiannya. Detik berikutnya, Tiffany sudah tersenyum sendiri karena pesan yang baru diterimanya.
From: Kyu ^^
Selamat pagi tuan putri. Cepatlah ke kampus, aku sudah merindukanmu.
Tiffany mengetikkan balasan untuk Kyuhyun dengan semangat. Baru ia akan memasukkan ponselnya kembali ke tas, terdengar dering lagi.
From: Kyu ^^
Hei..bagaimana kalau nanti kita berkencan. Hanya berdua. Aku tidak mau dengar alasan di kencan pertama kita ;)
Mata Tiffany membulat setelah membaca pesan itu. “Ah..ottokhae?” pikirnya kebingungan. Ia menoleh lagi pada Donghae dan ragu-ragu bertanya.
“Mm..oppa. Bolehkah..nanti aku pergi dengan Kyuhyun..mm berdua?”
Sempat Donghae menghela nafas sebelum menjawabnya. Selain itu ia juga teringat lagi pada pesan Tuan Hwang agar menjauhkan Tiffany dari Kyuhyun. “Maaf nona, kami harus mengawal nona kemanapun.”
“Tapi aku hanya ingin berkencan. Kalau kalian mengawalku, itu bukan kencan namanya.”
“Maaf nona, ini sudah menjadi tugas kami.”
“Huh? Kau tahu oppa, saat ini oppa sangat menyebalkan. Memanggilku nona, bersikap aneh, dan tidak membiarkanku berkencan.”
Donghae tetap tidak memandang Tiffany dan juga tidak menanggapi. Membuat Tiffany bertambah kesal.
“Sebenarnya oppa ini kenapa sih?”
……
“Oppa!”
……
“Menyebalkan!”
Tiffany meraih kembali ponselnya, tanpa berpikir dua kali ia membalas pesan Kyuhyun sebelumnya.
To: Kyuhyun ^^
Bagaimana kalau kita membolos dan berkencan sekarang?
&&&&&
Seung Hyun merogoh saku celananya begitu ponselnya berdering. Ia kemudian memberikannya pada Yu Jin karena ia tahu pasti Kyuhyun yang mengirimi pesan.
“Apa kata bocah tengil itu?” tanya Seung Hyun penasaran karena Yu Jin terlihat senang.
“Menurutmu?” Yu Jin balik bertanya untuk menggoda Seung Hyun.
Seung Hyun menaikkan alis kanannya, mengamati Yu Jin yang masih memasang seringaian. “Tiffany?”
“Tentu saja tentang Tiffany. Tiffany meminta Kyuhyun membantunya untuk kabur nanti. Kyuhyun meminta kita untuk membantunya.”
Seung Hyun diam beberapa detik “Apa Kyuhyun mengajak Tiffany berkencan? Kau yang menyuruhnya?”
“Tepat.”  Yu Jin mengembalikkan ponsel Seung Hyun. “Hm.. aku sudah tidak sabar melihat kepanikan Lee Donghae.”
“Apa yang bisa kita lakukan nanti tapi tidak membuat mereka curiga..”
“Entahlah..mungkin kita bisa membuat semacam kesempatan untuk Tiffany melarikan diri, sementara Kyuhyun bersiap menjemputnya.”
Seung Hyun mengerutkan kening, tanda ia sedang mencari ide. “Bagaimana kalau…”
&&&&&
Tiffany berjalan menuju kelas dengan gelisah. Ia ragu untuk melakukan seperti yang diminta Kyuhyun padanya lewat pesan tadi. Rencana yang sebenarnya disusun oleh Seung Hyun namun disampaikan oleh Kyuhyun.
“Apa tidak apa-apa? Kenapa aku jadi takut begini..”  pikir Tiffany kebingungan. Padahal saat ia marah pada Donghae di mobil tadi ia merasa sangat yakin.
Menyadari mereka sudah hampir dekat, Tiffany  memberanikan diri untuk melakukan ‘tugasnya’ saat itu juga. Ia berhenti berjalan dan menoleh pada Donghae. Sehingga para pengawalnya pun ikut berhenti dan melihat ke arahnya.
“Ada apa nona?” tanya Donghae sedikit enggan.
“Mm..itu..aku lupa sesuatu..” Tiffany menggaruk tengkuknya, salah satu kebiasaan saat ia merasa gugup. Bahkan rasa kesalnya pada Donghae luntur oleh kegugupannya saat itu. “Mm..buku manajemen..aku lupa kalau aku harus membawanya hari ini..”
“Ah maaf nona. Ini kesalahan saya. Saya tidak teliti saat menyiapkan keperluan nona tadi pagi.” Seohyun membungkuk meminta maaf meskipun seingatnya ia telah memasukkan semua keperluan Tiffany.
“Eh tidak tidak.” Tiffany menggaruk tengkuknya lagi. “Mm..hari ini aku memang tidak ada jadwal kuliah itu, hanya saja aku lupa kalau profesor Han menyuruh untuk membawa buku itu hari ini. Mm..bisakah kalian membelikannya untukku? Sepertinya buku itu sangat kuperlukan untuk kuliah kali ini.”
Donghae yang sudah mengenal baik Tiffany dari kecil, merasa aneh pada sikap Tiffany barusan. Tapi ia tidak mungkin curiga pada putri presiden bukan?
“De, nona.” Donghae melihat ke arah Yonghwa “Agen Jung..”
“Eh oppa! Bagaimana kalau Seohyun atau Yu Jin unnie juga ikut membeli? Mm..mereka yang biasa menyiapkan buku kuliahku, jadi pasti mereka lebih tahu.”
Yu Jin mengerling Seung Hyun. Seharusnya Seohyun saja yang ditunjuk Tiffany, tapi kenapa Yu Jin juga ikut disebut? Apakah Kyuhyun salah mengatakan rencana mereka pada Tiffany?
Donghae  melihat ke arah Seung Hyun dan Yu Jin. Tidak tahu kenapa ia merasa ada yang aneh pada keduanya. “Agen Kim..”
Raut wajah Yu Jin dan Seung Hyun berubah tidak senang. Benar dugaan mereka, Donghae pasti menunjuk Yu Jin.
“..kau tinggal disini.” Lanjut Donghae. Ia bisa melihat raut kelegaan dari Seung Hyun dan Yu Jin saat itu juga. Dan inilah yang sengaja Donghae cari. Meski ia tidak tahu ada apa, tapi ia mulai mencurigai ada sesuatu yang disembunyikan keduanya sejak kejadian penembakan di  pusat perbelanjaan dulu.
“Agen Jung, Agen Seo, laksanakan perintah nona.” Kata Donghae lagi.
Yonghwa dan Seohyun pun langsung undur diri. Sedangkan Tiffany dan pengawal yang tersisa kembali berjalan menuju kelas Tiffany. Donghae lupa kalau penjagaan di belakang kosong. Baru saat ia akan menyuruh Yu Jin pindah ke belakang, seseorang menarik tangan Tiffany dari belakang.
“Nona!” Donghae berusaha menggapai pergelangan tangan Tiffany yang satunya tapi ia kalah cepat. Laki-laki yang bertopi itu telah membawa lari Tiffany. Donghae lantas mengejar mereka, dengan Yu Jin dan Seung Hyun di belakangnya. Ketika mereka sudah sangat dekat, tiba-tiba dari arah utara muncul Ducati 1198SP yang dikendarai seorang laki-laki dengan helm yang menutup wajahnya dengan rapat. Laki-laki bertopi sebelumnya lalu menghilang ke belakang gedung perpustakaan.
“Nona!” teriak Donghae lagi. Tapi Tiffany tidak menggubris dan langsung naik ke motor itu.
“Jangan.” Donghae menghalangi Seung Hyun yang telah mengarahkan pistolnya untuk – berpura-pura- menembak ban motor sport itu.
“Nona bisa terluka.” Donghae mengamati pengendara Ducati itu, merasa mengenali postur tubuhnya.  Tapi ia tersadar kalau ada hal yang lebih penting.
“Kita kejar mereka.” Perintah Donghae sambil berlari menuju mobil. Ia tidak tahu kalau Seung Hyun dan Yu Jin tengah menahan tawa karena ‘kekonyolan’ Donghae.
&&&&&
Yonghwa memarkirkan mobil ke tepi jalan begitu ia melihat toko buku. Ia dan Seohyun kemudian turun dari mobil. Seohyun berjalan mendahului sementara Yonghwa justru berdiri sambil memperhatikan jalan.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Seohyun agak kesal karena di mobil tadi sempat beradu mulut dengan Yonghwa.
Yonghwa menunjuk ujung jalan “Ada motor sport keren yang lewat tadi.” Ujarnya terkagum-kagum.
“Tsk. Kau sangat menyukai hal seperti itu huh?”
“De. Oh, Agen Seo..Ducati 1198SP siapa yang tidak menginginkan motor seperti itu. Kau tidak tahu mesin yang dimi..”
“Ya, aku tidak tahu dan sayangnya juga tidak ingin tahu. Tapi kalau boleh aku beritahu, nona Tiffany sedang memerlukan buku manajemen itu. Dan kurasa itu jauh lebih penting dibanding mengagumi motor kurasa.”
Yonghwa tersenyum kecut. Lagi-lagi ia mendapat kalimat pedas dari Seohyun.
“Dan kurasa itu jauh lebih penting dari mengagumi motor kurasa.” Yonghwa menirukan gaya bicara Seohyun saat gadis itu sudah berada di dalam toko.
“Dasar sadako..mengerikan hrr..” Yonghwa baru akan berbalik, tapi pemandangan di jalan mengalihkan perhatiannya lagi. Sebuah mobil mewah, Audi R8 V10 yang Yonghwa rasa ia lihat sebelumnya melaju dengan kecepatan tinggi.
“Itu seperti mobil nona Tiffany yang kusiapkan tadi pagi.” Gumam Yonghwa. Ia juga merasa orang yang mengemudikannya mirip dengan Donghae. Benar, ia sempat bertemu muka dengan orang tersebut.
“Nah!” Yonghwa menunjuk mobil jaguar yang persis sama dengan mobil yang dikendarainya dan Seohyun, salah satu mobil pengawal keluarga presiden. Mobil itu juga bergerak dengan kecepatan tinggi, seperti ingin menyusul Audi yang baru saja lewat.
“Kupikir hanya keluarga presiden yang mampu membeli mobil-mobil super mahal seperti itu.” Yonghwa menggeleng kagum, masih sambil memperhatikan ujung jalan. Karena sibuk menggumam, ia sampai terkejut saat radionya berbunyi.
“Siap, Phoenix. Dragon disini.” Ucap Yonghwa setelah mendekatkan radio ke bibirnya. Ia tersenyum bangga karena sekarang ia sudah hafal betul sandi masing-masing agen dan ia sudah mahir menggunakannya.
“Apa yang kau lakukan disana?! Alexandrite diculik! Ikuti Ducati 1198SP berwarna hitam!”
“A..apa ketua? Eh maksudku phoenix. Nona eh alexandrite di..” Bip. Donghae memutuskan sambungan radio. Yonghwa memandangi radionya dengan bingung.
“Ja..jadi motor itu tadi.. Aish! Pantas saja aku seperti melihat nona tadi. Dan orang yang di audi putih tadi itu juga pasti Ketua Lee. Jaguar di belakangnya juga pasti Agen Choi dan..”
“Yah! Kenapa masih berdiri disini?!” teriak Seohyun yang sudah berada di belakang Yonghwa.
“Agen Seo..motor ducati tadi.. Nona Tiffany..”
“Aku sudah tahu! Cepat masuk mobil!” Seohyun merebut kunci mobil dari tangan Yonghwa. Ia duduk di bagian kemudi.
“Agen Seo, kenapa kau yang me..”
“Kau mengendarai mobil seperti mengendarai siput!”
“Tapi aku..”
“Cepat masuk atau kutinggal disitu!”
“D..de!”
&&&&&
“Kyu, mereka mengejar kita.” Cemas Tiffany setelah menoleh ke belakang.
Kyuhyun membuka kaca helmnya dan menengok sedikit ke samping. “Tidak apa-apa, Tiff. Aku akan lewat gang sempit agar mereka tidak bisa mengikuti. Pegangan lebih kuat.”
“Ehm?” Tiffany mengulurkan tangannya dengan ragu. Ia masih merasa malu pada Kyuhyun.
“Pegangan yang kuat, aku tidak mau kau jatuh.” Ucap Kyuhyun lagi.
“Huh? Pegangan yang..AAAAA!” Tiffany langsung memeluk Kyuhyun karena Kyuhyun menambah kecepatan dengan ekstrim.
Kyuhyun menutup kaca helmnya lagi lalu tersenyum sinis. Ia melakukan ini bukan karena memang menyukai Tiffany. Tapi karena ia ingin membuat Tiffany semakin menggilainya, seperti yang diminta oleh Yu Jin.
&&&&&
Donghae menyipitkan matanya agar dapat melihat jelas wajah laki-laki yang membawa lari Tiffany. Meski sekilas dan hanya dari samping, ia yakin betul kalau itu adalah Kyuhyun. Sebelumnya ia juga telah menyangka hal itu.
“Maaf nona, ini perintah dari presiden.” Sesal Donghae sambil menginjak gas lebih dalam.
&&&&&
“Apa kita harus melakukan sesuatu agar Donghae berhenti mengejar Kyuhyun?” tanya Seung Hyun pada Yu Jin.
“Tidak perlu. Kyuhyun tahu apa yang harus ia lakukan.”
Seung Hyun menoleh, ia agak heran karena Yu Jin terlihat begitu tenang. Padahal biasanya Yu Jin lah yang lebih cemas dibanding dirinya.
“Ia dijuluki god of road bukan tanpa alasan, Seung Hyun.”
“God of road?” Seung Hyun tertawa melecehkan “Menggelikan. Julukan macam apa itu.”
Yu Jin mengendikkan bahunya. Ia memainkan kuku jarinya menunjukkan bahwa ia tak peduli pada pengejaran Tiffany.
&&&&&
Yonghwa mengencangkan pegangannya pada dashboard. Beberapa kali ia menutup mata. Bahkan seringkali ia menahan nafas. Saat ia mau bicara pun, rasanya tenggorokan terlalu kering saking ketakutan.
“A..agen..Seo..” Yonghwa menelan ludah. “Pe..pelan..pelan..”
Seohyun menoleh pada Yonghwa. Tawanya hampir meledak saat menyadari Yonghwa sangat pucat. “Agen Jung, kau kenapa?”
“Agen Seo awas!” teriak Yonghwa saat Seohyun menyalip truk pengangkut bahan bakar.
Seohyun terkekeh. “Jadi kau takut? Bukankah kau menyukai dunia otomatif, Agen Jung?”
“Ta..tapi aku bukan pembalap. Omo..agen Seo!” Yonghwa menelan ludah lagi. Ia merasa ngeri setiap kali Seohyun menyalip kendaraan-kendaraan di depan mereka dengan kecepatan super.
“Bukankah kau bilang ayahmu pembalap? Aish..”
“Itu ayahku! Agen Seo, jangan-jangan kau ini mantan pembalap juga? Aku..aaaaaaa!!”
Seohyun terkekeh lagi karena berhasil menakuti Yonghwa.
“A..aku masih ingin hidup. A..aku be..lum menikah.. Pelan-pelan saja, aku..”
“Kalau kita pelan-pelan kita tidak akan jauh tertinggal. Tsk. Baru begini saja kau sudah takut.” Seohyun mencibir Yonghwa. “Akan kutunjukkan seperti apa pembalap itu.”
“Mworago?”
Seohyun tersenyum jahil. Ia menambahkan kecepatan hingga membuat Yonghwa makin pucat dan berteriak histeris.
&&&&&
Kyuhyun berbelok ke salah satu gang sempit yang adalah jalan pintas ke jalan raya satu blok berikutnya, sehingga mobil para pengawal tidak dapat mengikutinya. Ia tersenyum puas karena dapat melihat ekspresi kesal Donghae saat itu.
“Kyuhyun-ah, mobil mereka ke arah jalan lain. Mereka pasti sudah menyerah!” Tiffany bersorak riang.
“Apa?!” Kyuhyun menoleh ke belakang, dan benar saja, ia melihat mobil Donghae terus melintas sdiikuti dua mobil jaguar lainnya. Itu berarti mereka mengambil jalan memutar untuk menghadang Kyuhyun dan Tiffany di ujung gang.
“Jadi kalian memang ingin bermain-main denganku? Cih.” Kyuhyun menambah kecepatan motor sampai di ujung gang. Ia menunggu beberapa saat sampai mobil Donghae terlihat.
“Kyu! Itu oppa! Kenapa kau malah berhenti?!” panik Tiffany. Berbeda dengan Tiffany, Kyuhyun justru terlihat senang.
“Kyuhyun-ah! Cepat pergi dari sini!” teriak Tiffany lagi sambil memukuli punggung Kyuhyun.
“Cerewet. Kalau bukan karena Yu Jin, aku tidak akan melakukan ini.” gerutu Kyuhyun dalam hati.
Kyuhyun kemudian menarik gas lagi menuju tengah jalan raya lalu berhenti di tempat itu tepat saat sebuah truk melintas. Sopir truk itu lalu membanting setir ke tepi kanan jalan dan mengerem dengan mendadak. Sehingga truk tersebut menghalangi mobil Donghae dan rentetan mobil di belakangnya.
“YAH! KAU BOCAH IDIOT!” maki sopir truk itu pada Kyuhyun.
“Aku?” Kyuhyun tersenyum angkuh pada sang sopir.
“Kau pria tua bangka!” balas Kyuhyun sembari melajukan kembali motornya.
“YAH! BERHENTI KAU!” sang sopir keluar dari truk dan kembali memaki-maki Kyuhyun yang sudah jauh.
Sementara Donghae yang semula hampir terkena serangan jantung karena ulah Kyuhyun yang membahayakan Tiffany, sekarang telah mendapatkan kembali kesadarannya. Ia berniat mengejar motor Kyuhyun lagi, tapi karena jalan raya yang padat dan truk yang menghalangi jalurnya, mobilnya tidak dapat berpindah kemana-mana.
“Argh! Brengsek!” marah Donghae lalu memukul kemudi mobil.
Sementara itu, di belakang mobil Donghae, Yu Jin justru tertawa senang.
“Kau lihat?” bangga Yu Jin di depan Seung Hyun.
“Ehm.” Seung Hyun mengangguk setuju. “Tapi tolong jangan bertingkah seperti kau sedang membanggakan kekasihmu, Yu Jin-ah.”
“Aku?” Yu Jin tidak terima pada ‘ledekan’ itu. “Cih. Sampai mati aku juga tidak mau kembali padanya.”
Seung Hyun menatap mata Yu Jin diikuti seringaian khasnya. “Kupegang kata-katamu barusan.”
Dan barisan paling terakhir, mobil yang dikendari Seohyun dan Yonghwa baru saja sampai. Karena mereka berada di paling belakang, mereka bisa memutar balik dan mengambil jalan lain untuk mengejar Kyuhyun. Donghae melihat hal itu dari spion, lalu ia menghubungi Seohyun.
“Kejar mereka. Aku akan segera menyusul.”
&&&&&
Seohyun dan Yonghwa berhasil mengikuti Kyuhyun dan Tiffany yang masuk ke taman bermain. Sayangnya, mereka kehilangan keduanya karena ia tidak melihat ke wahana permainan mana merekamasuk. Dan itu karena Yonghwa membuatnya bergidik jijik dengan muntahannya di sepanjang jalan setelah turun dari mobil.
Seohyun sempat menduga Kyuhyun dan Tiffany telah pergi dari tempat itu sehingga ia dan Yonghwa –yang masih mual- memeriksa ke halaman parkir. Tapi ternyata motor Kyuhyun masih ada di tempat semula, itu artinya Tiffany dan Kyuhyun masih berada di tempat itu.
“Ketua Lee.” Seohyun memberi hormat begitu ia melihat Donghae muncul diikuti Yu Jin dan Seung Hyun di tempat parkir. Disusul gerakan yang sama oleh Yonghwa.
“Kalian menemukan nona?”
“Tidak, ketua. Kami sudah mencari dari tadi tapi kami belum juga menemukan nona. Kami baru saja memeriksa motor laki-laki itu dan ternyata masih ada disini.” Jelas Seohyun
Donghae mengangguk mengerti. “Agen Kim, cari nona di sisi utara. Agen Choi, cari di sisi timur. Agen Seo, Agen Jung cari di sisi selatan. Aku akan mencari di sisi barat.”
“Siap, ketua.” Jawab Seung Hyun, Yu Jin, dan Yonghwa kompak. Yu Jin dan Seung Hyun berlari masuk ke dalam taman bermain.  Begitu juga dengan Donghae.
“Kenapa aku harus denganmu lagi?” gerutu Seohyun lalu meninggalkan Yonghwa yang beberapa kali mengusap-usap perutnya.
“Kenapa kau selalu protes kalau harus denganku?” balas Yonghwa tidak terima.
“Karena kau menyusahkan dan berisik.” Gumam Seohyun yang masih bisa didengar Yonghwa.
“Hah? Aku?” Yonghwa berkacak pinggang. “Kau sudah membuatku muntah karena balapan tidak
jelas tadi dan sekarang malah mengataiku.”
“Oh astaga, gadis itu luar biasa cantik tapi kenapa lidahnya seperti gunting tanaman.” Yonghwa menggerutu lagi sebelum menyusul Seohyun.
&&&&&
Donghae mengitarkan pandangannya untuk mencari sosok Tiffany. Setengah jam ia sudah mencari tapi belum berhasil menemukan juga. Baru saja Seohyun dan yang lainnya melapor kalau mereka juga tidak menemukan Kyuhyun dan Tiffany. Mungkin karena tempat itu terlalu luas dan cukup ramai pengunjung sehingga membuat mereka agak kesulitan.
“Kemana anak ingusan itu membawa Tiffany?” kesal Donghae masih sambil mencari Tiffany. Ia berhenti berjalan saat merasa mengenal dua sosok yang baru turun dari wahana roller coster.
Donghae melangkah mendekat dengan hati-hati. Ia tidak mau Kyuhyun ataupun Tiffany melihatnya dan jutru kabur lagi setelah itu. Ia mengikuti mereka yang kini menuju kedai es krim di dekat wahana ‘marry go round’. Donghae menghubungi keempat agen lainnya untuk datang ke tempat itu. Terlalu beresiko jika ia menangkap Tiffany sendiri, karena Kyuhyun pasti ikut melawan sehingga besar kemungkinan keduanya lepas lagi.
“Aku melihat Alexandrite di sekitar wahana ‘marry go round’. Ganti.”
“Siap, mengerti. Ganti.”
“Falcon, leopard, scorpion, segera kemari. Dragon, kembali ke halaman parkir, cegah jika anak itu berhasil membawa Alexandrite.”
&&&&&
Kyuhyun melirik Tiffany yang bergelayutan manja di lengannya. Ia berdecak pelan, sedikit risih dengan sikap manja Tiffany padanya. Bukan karena ia tidak suka tipe  gadis seperti itu, tapi karena Tiffany lah yang bermanja-manja dengannya, bukan Yu Jin. Tapi suka tidak suka, toh Kyuhyun tetap membiarkannya.
“Kyu, aku ingin es krim.” Rengek Tiffany. “Naik roller coster membuatku tegang, aku ingin mendinginkan kepalaku. Hehe..”
Kyuhyun ikut terkekeh – meskipun terpaksa- lalu mengajak Tiffany menuju kedai es krim.
“Aku mau rasa stroberi.”
Kyuhyun mengangguk sembari tersenyum pada Tiffany. Ia beralih pada wanita gendut yang menjual es krim. “Stroberi satu dan kopi satu.”
Tak lama kemudian, si penjual memberikan dua cone es krim yang mereka pesan. Ia tersenyum pada keduanya. “Apa kalian pasangan kekasih? Kalian terlihat sangat serasi.”
“Benarkah? Terima kasih, adjuhma.” Senang Tiffany. Sedangkan Kyuhyun hanya tersenyum singkat lalu memberikan uang. Mereka lalu duduk di bangku yang tak jauh dari tempat itu.
“Dulu saat aku datang bersama Yu Jin ia juga berkata begitu. Cih, jadi ia hanya menjilat.”Batin Kyuhyun saat mengingat ucapan si penjual es krim.
&&&&&
Donghae menyembunyikan dirinya di balik pohon, tapi kedua matanya terus mengawasi Kyuhyun dan Tiffany. Kakinya sudah siap mengejar jika keduanya melarikan diri. Tak lama, ia melihat Yu Jin, Seohyun, dan Seung Hyun datang dari arah yang berbeda. Ia memberi kode pada ketiganya agar bersiap menangkap Tiffany. Tapi baru separuh jalan, kaki Donghae berhenti bergerak. Sama persis dengan ketiga personilnya. Sebuah pemandangan mengejutkan keempat agen itu, terutama Donghae.
&&&&&
“Chagi-ya, terima kasih sudah membawaku jalan-jalan.” Tiffany menunjukkan aegyo-nya sembari menjilat es krim.
Kyuhyun menatap Tiffany beberapa detik tanpa membalas ucapan Tiffany. Ia malah mengusap bibir Tiffany, seolah ada noda es krim.
“M..mian..aku makan berantakan.” Gugup Tiffany lalu menjauhkan wajahnya dari tangan Kyuhyun. Tapi Kyuhyun justru menarik dagunya lagi, dan perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Tiffany.
“Aku juga ingin tahu rasanya es krim stroberi.” Bisik Kyuhyun sebelum mendaratkan bibirnya pada bibir Tiffany.
&&&&&
“Aku akan naik gaji setelah ini. Skandal putri presiden korup dengan teman lelakinya.” gumam seorang pria botak dari balik semak-semak. Ya, tanpa Kyuhyun dan Tiffany tahu, seorang wartawan telah mengawasi mereka sedari tadi. Bukan hanya mengawasi tentu saja, tapi juga mengabadikan semua ‘pergerakan’ mereka lewat kameranya.
“Nah. Ini yang kutunggu.” wartawan itu mengarahkan kameranya pada Kyuhyun dan Tiffany lagi. Membidik aksi Kyuhyun yang berniat mencium Tiffany.
“Berciuman dengan es krim di tangan kalian? Gaya baru yang lumayan.” Wartawan itu menyeringai.
“Good job, boy.” Gumamnya lagi dengan jari-jari yang masih sibuk memijit tombol kamera dan mengatur lensa.
&&&&&
Seohyun melihat ke arah Donghae yang berdiri tegang di tempatnya. Dengan ekspresi yang sama persis saat Tiffany dan Kyuhyun dulu berpelukan di taman belakang kampus. Ia kini yakin Donghae memang memiliki perasaan lebih pada Tiffany. Dan ia juga menjadi iba pada atasannya itu. Karena itulah Seohyun juga tetap diam tanpa melanjutkan langkahnya.
Sementara Yu Jin saling melirik, antara menahan senyum kemenangan karena berhasil membuat Donghae gusar sekaligus jijik karena Kyuhyun memperdalam ‘permainan’ bibirnya dengan Tiffany.
“Bocah tengil. Oke, good racer. Good kisser. Tapi sayang kau terlalu naif untuk menyadari Yu Jin hanya mempermainkanmu.” Batin Seung Hyun dengan ekspresi meremehkan. Ia kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain karena merasa mual pada Kyuhyun dan Tiffany. Tak disengaja, ia melihat pria botak tengah memeriksa kamera di tangannya sambil berlalu dari balik semak-semak.
“Bagus, aku tidak perlu repot-repot.” Batin Seung Hyun lagi diikuti seringaian. Ia tentu tahu kalau pria botak itu adalah wartawan.
Yu Jin yang sempat memperhatikan Seung Hyun, akhirnya juga menoleh pada tempat pria itu. Meski pria itu sudah beranjak, tapi ia sempat melihat kamera yang dikalungkan pria itu. Dan Yu Jin cukup pintar untuk sekedar mengetahui alasan Seung Hyun terlihat puas.
“Dewi Fortuna selalu memihak kita.” Pikir Yu Jin lalu kembali melihat ke arah Donghae.
Donghae sempat memandang ke atas dan menghela nafas sebelum memberi aba-aba pada Yu Jin, Seung Hyun, dan Seohyun. Dengan langkah yang terlihat gagah sekaligus lemah, ia menghampiri Kyuhyun dan Tiffany. Sepasang kekasih itu reflek melepaskan diri mereka dari ‘permainan’ mereka. Tiffany terlihat terkejut dan juga malu. Sementara Kyuhyun yang awalnya kesal karena acaranya yang cukup mengasyikkan dirusak oleh mereka, kini menunjukkan senyum evilnya. Entah kenapa ia senang melihat Donghae sakit hati meskipun ia tidak pernah mengenal Donghae sebelum ini. Hanya puas karena bisa membalas cemburunya pada Seung Hyun ke pria lain seperti Donghae.
“Jadi kalian berhasil mengejar kami?” Kyuhyun terlihat santai menghadapi Donghae yang geram. Donghae menatap Kyuhyun tajam, seolah ingin segera mengajaknya berkelahi. Tapi suara Tiffany mengalihkan pandangannya.
“O..oppa kenapa bisa menemukan kami?” gugup Tiffany dengan pipi masih bersemu.
“Nona, kita harus segera pulang.” Kata Seohyun karena Donghae tidak segera menjawab.
“Tidak mau!” Tiffany bersembunyi di balik punggung Kyuhyun yang dengan sempurna menutupinya. “Kyu, ayo kita kabur dari sini!”
Kyuhyun terkekeh pelan. Ia meraih pergelangan Tiffany dan berpura-pura untuk mengajaknya lari. Berpura-pura? Tentu. Ia tidak mau repot-repot melarikan diri lagi. Bukankah ia sudah melakukan permintaan Yu Jin? Jadi untuk apa ia kabur lagi? Toh ia tidak suka berlama-lama dengan Tiffany meskipun sebenarnya ia akui ciuman Tiffany cukup memacu kerja jantungnya.
“Aku bisa menembak kepalamu saat ini juga.” ancam Donghae begitu berhasil menahan bahu Kyuhyun.
Kyuhyun menangkis tangan Donghae dan mengibas-ibaskan bekas yang dipegang Donghae seperti tengah membersihkan kotoran dari kemejanya. Membuat Donghae semakin emosi. Hampir saja ia mendapat pukulan dari Donghae jika Seung Hyun tidak menarik Kyuhyun dan mengunci kedua lengannya ke belakang.
Donghae berusaha mengendalikan dirinya setelah aksi Seung Hyun itu. Ia lalu meraih lengan Tiffany dan menyeretnya pergi. Tiffany sempat meronta dan melawan, tapi tenaganya tentu tidak sebanding dengan Donghae.
“OPPA!” bentak Tiffany setelah beberapa langkah. Ia masih berusaha melepaskan lengannya dari cengkeraman Donghae, tapi kemudian meringkuk takut karena Donghae menatapnya dengan garang. Dan tanpa melawan lagi, dan pasrah menuruti Donghae. Sedangkan  Seohyun dan Yu Jin mengikuti dari belakang.
Begitu empat orang tersebut yang membuat pengunjung lain terheran-heran itu sudah cukup jauh, Seung Hyun melepaskan pegangannya yang menahan lengan Kyuhyun. Ia mendorong pelan punggung Kyuhyun agar menjauh darinya.
“Aku menyelamatkanmu karena kami masih membutuhkanmu.”
Kyuhyun tertawa sinis “Kau melakukan ini hanya untuk mendapat perhatian dari Yu Jin. Cuih.”
“Seharusnya ku biarkan Donghae menghajarmu dan mengirimmu ke rumah sakit.” Seung Hyun beranjak dari tempatnya namun kemudian memutar tubuh lagi menghadap Kyuhyun.
“Dan..Yu Jin cukup tahu siapa lelaki yang pantas untuknya.” Kata Seung Hyun lagi dengan santai namun juga terdengar angkuh.
Kyuhyun berdecak sembari melihat sosok Seung Hyun semakin jauh. “Sial, kau Choi Seung Hyun. Jadi sekarang kau mulai berani terang-terangan mengakui kau juga mencintai Yu Jin-ku, hah?”
Plang! Kyuhyun menendang kaleng soda di dekat kakinya dan mengumpati nama Seung Hyun lagi sebelum beranjak pergi.
&&&&&
“Kenapa hanya aku yang diminta menjaga parkiran?” keluh Yonghwa, agak bosan karena tidak dapat menyaksikan secara langsung ‘aksi penangkapan’ Tiffany.
“Hm..pasti boss akan puas dengan hasil kerjaku kali ini.” ujar seorang pria yang melintas di depan Yonghwa. Pria itu tengah mengutak-atik kameranya sambil tersenyum-senyum sendiri.
Yonghwa melirik pria yang adalah wartawan yang sebelumnya mengambil gambar Tiffany dan Kyuhyun. Ia terkekeh sendiri karena tingkah pria itu.
“Nona muda  yang malang..” gumam pria itu lagi diikuti seringaiannya.
Yonghwa yang juga mendengar hal itu, sempat curiga kalau yang dimaksud adalah Tiffany. Tapi ia juga tidak berani menanyai si wartawan. Sehingga Yonghwa hanya membiarkannya berlalu begitu saja.
Tak sampai sepuluh menit, Yonghwa melihat Tiffany yang tengah dipaksa berjalan oleh Donghae. Serta Yu Jin dan Seohyun di belakang mereka, dan Seung Hyun di baris paling akhir.
“Apa yang terjadi?” bisik Yonghwa pada Seohyun begitu mereka berdekatan. Tapi sayangnya Seohyun tidak menyahut, dan langsung masuk ke dalam mobil.
“Apa aku ini manusia hologram yang tidak terlihat?” gerutu Yonghwa lalu menyusul masuk.
&&&&&
Ciuman panas Tiffany Hwang di Taman Bermain
Headline koran Seoul News di hari berikutnya membuat gempar Korea. Tidak perlu ditanya, semua orang Korea pasti tahu siapa Tiffany Hwang itu. Mereka selama ini hanya sebatas mendengar putri presiden adalah mahasiswa di Seoul University, universitas nomor satu di Korea, tapi mereka tidak pernah mendengar tentang kehidupan pribadi Tiffany. Karena itulah berita ini langsung membuat semua warga ribut. Di halaman muka surat kabar, terpampang jelas gambar Tiffany tengah berciuman dengan seorang laki-laki yang tidak lain adalah Kyuhyun. Meski dalam berita itu tidak disebutkan siapa kekasih Tiffany, tapi gambar itu sudah lebih dari cukup untuk membuat koran yang tidak terlalu terkenal itu menjadi laris terjual. Ratusan wartawan berbagai media menyerbu gerbang depan istana presiden. Tapi karena penjagaan ketat, tak satupun bisa menerobos masuk.
Jika warga Korea gempar, maka Presiden dan istrinya lebih terkejut dibanding mereka. Mereka bahkan membatalkan kunjungan negara ke Jepang setelah mendengar kabar itu. Mereka memanggil Tiffany ke ruang kerjanya untuk meminta penjelasan. Donghae juga berada di tempat itu karena presiden memanggilnya.
“De..ia memang kekasihku. Dan memang aku yang ada di foto itu..appa.” jawab Tiffany atas pertanyaan presiden mengenai foto ciumannya dengan lelaki – yaitu Kyuhyun-.
“Kau tahu apa yang kau lakukan? Apa kau tidak menyadari apa dampaknya nanti?” Presiden bertanya dengan tegas dan pandangan datar pada putrinya.
“Sayang, seharusnya kau tidak boleh sembarangan seperti ini.” Nyonya Hwang mengusap punggung Tiffany dengan lembut.
“Tiffany, appa tahu bukan hal mudah untuk menjadi putri seorang presiden. Appa mengerti kalau kau ingin seperti gadis seusiamu yang lain. Tapi itu tidak mungkin, nak. Kau dan mereka berbeda. Kau bukan gadis biasa saat ini.”
“Maksud appa?” Tiffany tersenyum miris dan matanya mulai berair. Donghae melmepar pandang ke luar jendela karena tidak tega melihat Tiffany yang hampir menangis.
“Sayang, appa melakukan ini untukmu. Appa ingin menjagamu.”
“Jadi aku tidak boleh mencintai laki-laki seusiaku?” “Aku tidak mendapat kebebasan. Tidak punya teman. Kehilangan waktu dengan kalian. Dan sekarang aku juga tidak boleh memiliki kekasih?” lanjut Tiffany dengan sesenggukan.
“Sayang..” iba Nyonya Hwang. Beliau lalu memeluk Tiffany dan mencoba menenangkannya.
Sama seperti Nyonya Hwang, presiden juga merasa iba melihat putri tunggalnya menangis seperti itu. Beliau hanya tidak mau Tiffany terluka, karena itulah beliau melakukan ini. Tapi sekarang malah dirinya membuat Tiffany menangis.
“Appa  jahat!” Tiffany melepaskan dirinya dari sang ibu dan berlari keluar dari ruang kerja presiden.
“Tenangkan ia. Aku sungguh tidak bermaksud seperti itu, istriku.” Sesal presiden.
Nyonya Hwang menepuk punggung tangan presiden, seolah berkata bahwa ‘Aku mengerti, kau tidak perlu merasa bersalah’. Beliau kemudian menyusul Tiffany, meninggalkan presiden berdua dengan Donghae.
“Lee Donghae.”
Donghae yang semula berdiri di sudut ruang di dekat jendela, melangkah maju ke tempat presiden berada. “De, presiden.”
“Apa kau mengetahui peristiwa ini?”
Donghae menarik nafas panjang sebelum mengangguk.
“Aku memintamu menjauhkan mereka tapi justru di hari itu juga kau membiarkan mereka bertemu dan melakukan ini.”
“Maafkan saya, Presiden. Saya kurang berhati-hati.” Donghae membungkuk sebagai bentuk penyesalannya. Ia tidak menjelaskan detail kejadian hari itu karena ia tidak mau Tuan Hwang menyalahkan Tiffany.
“Lee Donghae, kau tahu seperti apa dunia politik di negara kita? Aku hanya tidak mau Tiffany terkena dampaknya. Karena itulah aku memberimu tugas untuk menjaga Tiffany. Menjaga dalam artian luas, termasuk menjaga perasaannya. Kau paham betul aku melakukan hal ini agar Tiffany tidak terluka bukan?”
“De, presiden. Maafkan saya, saya terlalu ceroboh.” Sesal Donghae sekali lagi.
Tuan Hwang mengibaskan tangannya sekilas, menyuruh agar Donghae berhenti membungkuk padanya. “Aku tidak mau ini terulang lagi. Kau boleh pergi sekarang.”
“Lee Donghae.” Panggil Tuan Hwang lagi sebelum Donghae sempat beranjak pergi. “Minta asisten Jang untuk membereskan hal ini. Buat keadaan seolah bukan Tiffany yang ada di foto itu.”
Donghae termenung beberapa saat sebelum membungkuk tanda mengerti dan undur diri.
Tbc-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar