Cast : Yonghwa CN Blue
Seohyun SNSD
Genre : romance
Rate : T
Length : oneshot
Note :
Aku pengen ngubah karakter Yonghwa sama Seohyun. Yonghwa yang childish, disini jadi agak dewasa, terus Seohyun yang biasanya kalem, imut-imut gitu, disini jadi rada galak. Aku ga tahu ini masuk songfic apa ga. Tapi sebelumnya aku kasih tahu dulu kalau ini nyontek lagunya Westlife yang judulnya Flying without wings. Jadul yak? Tapi aku masih suka tu lagu sampe sekarang. judulnya ga nyambung sama isinya ya? aku ga ada ide cari judul lain >,< Maap ya kalo ga suka ._.v
“Ya! Noona kan sudah bilang nggak boleh. Jangan membantah lagi. Noona nggak mau appa marah-marah lagi pada noona karena kamu.”
……
“Haah..noona nggak mau tahu! kamu nggak boleh ikut audisi-audisi bodoh seperti itu lagi!”
……
“Dengar ya Minhyuk, noona itu..halo? halo Minhyuk? Aiishh..”
Tuut..
Seohyun memandang kesal pada ponselnya. “Dasar anak sekarang nggak tahu sopan. Seenaknya saja mematikan telepon! Huh”
Yonghwa yang melihat tingkah istrinya itu hanya bisa tertawa pelan. Baginya itu sudah hal biasa. Setiap kali Seohyun menelepon adiknya, Minhyuk, pasti ujung-ujungnya selalu seperti itu. Minhyuk dan Seohyun memang sama-sama keras kepala. Ditambah jarak umur mereka yang sangat dekat, membuat mereka tidak mau mengalah satu sama lain.
“Jangan tertawa seperti itu oppa. Aku sedang kesal.”
Seohyun menghempaskan dirinya ke sofa dan memijit keningnya.
“Aku nggak habis pikir, gimana bisa aku punya adik sebandel Minhyuk.”
“Kenapa lagi sekarang?” tanya Yonghwa dengan tenang
“Apalagi memang..tentu saja tentang mimpi anehnya itu. Appa nggak setuju Minhyuk jadi musisi, dari dulu appa selalu melarang Minhyuk bermain drum dengan bandnya itu.”
“Hyun, kamu kan noonanya. Bukankah seharusnya kamu mendukungnya?”
“Oppa, aku kan sudah sering bilang, aku nggak mau appa marah padaku. Setiap kali Minhyuk membuat masalah, akulah yang dimarahi appa. Huh menyebalkan. Dan lagi, menurutku kehidupan musisi itu nggak terlalu baik.”
Yonghwa tersenyum “Tunggu sebentar ya.”
Tak lama kemudian, Yonghwa kembali dengan membawa buku berukuran cukup besar. Seohyun menatap heran pada suaminya itu.
“Itu apa oppa?”
“Ini buku tahunan sekolahku. Daripada kamu mengomel nggak jelas, lebih baik kamu melihat ini. Seingatku kamu belum pernah melihatnya kan?”
“Mm..ya sepertinya.”
Seohyun membuka buku tahunan itu. Di lembar pertama Seohyun menemukan foto seorang laki-laki duduk di atas batu besar. Dengan pemandangan indah sebagai latarnya.
“Namanya Lee Jonghyun. Dia sahabat baikku di sekolah.”
“Oh..dia tampan juga.” Gumam Seohyun
“Hyuun..aku mendengarnya.”
Seohyun terkekeh “Tenang saja, Yong oppa tetap paling tampan kok.”
Seohyun menunjuk kalimat di samping foto Jonghyun. Dan membacanya pelan-pelan.
“Tuhan menciptakan lukisan alam karena sebuah alasan. Dan aku bersyukur menjadi salah satu dari sekian umat yang menikmati keindahannya.”
“Jonghyun suka pada alam. Dulu, setiap kali liburan sekolah, dia akan menghabiskan waktu liburannya untuk pergi ke gunung atau wisata alam lain. Kadang aku ikut bersamanya.”
“Wah..hebat. Pasti sangat indah. Lain kali ajak aku oppa.”
“Hmm..sayangnya aku juga nggak tahu bagaimana kabar Jonghyun sekarang. Terakhir Jonghyun pamit padaku kalau dia ingin mengunjungi tempat-tempat dengan keindahan alam yang luar biasa di seluruh dunia. Tadinya kupikir Jonghyun hanya bercanda, tapi ternyata dia sungguh-sungguh melakukannya.”
“Benarkah? Apa itu nggak berlebihan? Maksudku dia nggak perlu sampai seperti itu kan oppa? Menghabiskan masa mudanya hanya untuk berpetualang nggak jelas.”
Yonghwa tersenyum “Pernah aku bertanya pada Jonghyun, untuk apa dia melakukannya. Kamu tahu apa yang dia katakan hyun?”
“Karena dia suka pada pemandangan alam. Iya kan?”
Yonghwa menggeleng “Setiap kali aku mendatangi tempat-tempat yang asing bagiku, aku merasakan hal yang lain, Yonghwa. Rasanya semua bebanku hilang. Rasanya dadaku dipenuhi perasaan gembira yang teramat sangat. Merasakan hembusan angin dan memandang ke alam lepas membuat hatiku ingin menangis saking bahagianya. Itu yang Jonghyun katakan padaku.”
Seohyun mengangguk walaupun sebenarnya dia masih merasa sahabat Yonghwa hanya melakukan hal yang sia-sia.
“Umma juga pernah mengatakan hal sejenis itu padaku oppa.”
“Oh ya?”
“Iya..mm persis sebelum umma meninggal. Umma bilang kalau umma sangat bahagia memilikiku dan Minhyuk. Karena jika umma sedih, cukup melihat kami, akan membuatnya tenang. Dulu aku nggak terlalu mengerti maksud umma karena aku masih kecil. Tapi aku selalu mengingatnya, sampai saat dewasa aku mulai memahaminya.”
Yonghwa mengusap puncak kepala Seohyun “Kamu pasti sangat merindukannya.”
“Yah..begitulah.” Seohyun membuka lembar berikutnya “Wah..cantik sekali. Im Yoona..dia juga teman oppa?”
“Ya. Yoona termasuk gadis populer di sekolah. Cantik, pintar, berbakat, mm.. dia juga baik. Ah coba lihat ini..” Yonghwa membalik beberapa halaman berikutnya
“Kim Kibum?”
“Kibummie, teman sekelasku. Bukan termasuk anak baik sebenarnya. Kibum sering terlibat perkelahian. Baik itu dengan siswa sekolahku maupun sekolah lain.”
“Aku bisa membayangkan laki-laki seperti apa dia. Pasti sangat kasar.”
“Yah seperti itulah. Bahkan Kibum pernah menampar seorang gadis karena menghina Yoona. Rr..Yoona berasal dari keluarga broken home.”
“Begitu ya..kasihan Yoona. Eh tapi kenapa Kibum melakukannya?”
“Kibum dan Yoona ternyata sepasang kekasih. Tadinya nggak ada yang tahu, tapi setelah kejadian itu seluruh sekolah jadi tahu hubungan mereka.”
“Apa Kibum juga kasar pada Yoona?”
Yonghwa memandang buku tahunannya “Kibum mungkin dingin kepada Yoona, tapi aku yakin Kibum nggak pernah berbuat kasar pada Yoona. Aku tahu Kibum menyayangi Yoona.”
“Oppa..jujur padaku..”
“Eh? Apa?”
“Yoona cinta pertama oppa, iya kan?”
“Rr..itu..itu..iya sih, tapi..”
Seohyun mendengus kesal “Kalau dilihat-lihat Yoona nggak secantik itu.”
“Hyuun..” Yonghwa menyikut Seohyun “mana ada yang lebih cantik darimu..”
Seohyun melirik Yonghwa “Oppa, temanku yang semalam kesini, yang namanya Jinwon itu, dia itu cinta pertamaku.”
Yonghwa terkekeh “Aku ingat betul kalau kamu pernah bilang aku ini cinta pertamamu Hyun..”
“A..apa?”
“Sudahlah jangan mengerjaiku. Aku memang menyukai Yoona, tapi itu dulu. Jadi jangan cemburu seperti itu..” kata Yonghwa sambil mencubit pipi Seohyun
“Iya iya.. Apa Yoona dan Kibum masih pacaran?”
Yonghwa menggeleng.
“Sudah kuduga..Yoona pasti nggak tahan sama Kibum.”
“Maksudku mereka memang nggak pacaran lagi sekarang, karena setahun yang lalu mereka sudah menikah.”
“Ha? Astaga apa Yoona sudah gila.”
“Yoona dan Kibum saling mencintai. Nggak peduli apa kata orang tentang hubungan mereka, khususnya tentang Kibum pada Yoona. Kamu tahu hyun, sebenarnya akulah orang pertama yang tahu tentang hubungan mereka.”
“Oh ya?”
“Iya. Saat aku menyatakan perasaanku pada Yoona, Yoona mengatakan hal itu padaku. Tadinya aku nggak terima. Tapi saat aku melihat Kibum meleindungi Yoona, aku sadar kalau dia tulus menyayangi Yoona.”
“Oppaaa..hentikan cerita cintamu itu.”
Yonghwa menahan tawanya “Hyuunn…cemburu ya??”
Seohyun mengacuhkannya dan membalik-balik lagi halaman buku itu. Dan menemukan foto seorang laki-laki yang memeluk beberapa snack. Seohyun tertawa kecil.
“Sooyoung onnie punya saingan.”
“Sooyoung? Teman sekamarmu di asrama sekolah?”
“Oppa masih ingat? Padahal oppa hanya bertemu sekali dengannya saat pesta pernikahan kita.”
“Hei..aku ingat semua tentangmu yeobo.”
“Aiisshh oppa jangan memanggilku begitu.”
“Haha..oke oke. Itu teman tim basketku, Changmin.”
“Teman oppa mirip sekali dengan Sooyoung onnie. Badannya sih kecil, tapi makannya..haha.. Aku jadi ingat, di asrama Sooyoung onnie paling berisik saat akan makan bersama di aula. Sooyoung onnie sering sekali terlambat masuk kelas, tapi dialah yang paling awal datang ke aula untuk makan. Apa dia sangat suka makan ya..haha..”
“Mungkin bukan begitu hyun. Mungkin saja Sooyoung senang melewati waktu bersama seperti itu. Dengan makan bersama, kalian berkumpul..mungkin itu yang Sooyoung sukai.”
“Oppa..”
“Hm?”
“Oppa sok tahu.”
“Haha.. Tapi memang ada Hyun yang seperti itu. Seseorang yang senang menghabiskan waktu bersama, mengobrol, bercanda.. Mungkin menurutnya itu hal yang membuatnya paling bahagia. Setiap orang mendapatkan kebahagiaannya dengan cara yang berbeda, Hyun.”
“Oh ya?” ucapnya tak peduli sambil mengendikkan bahunya.
Seohyun membalik-balik buku tahunan Yonghwa lagi. Dan berhenti di halaman yang terdapat foto seseorang yang ia tahu adalah tetangganya. Seohyun ingat saat pertama kali dia dan Yonghwa pindah ke rumah baru mereka, pria itu satu-satunya orang di kompleks itu yang tidak mengunjungi rumah mereka. Padahal rumahnya persis di samping rumah mereka.
“Eh oppa, ini kan tetangga kita.”
“Ah iya. Sepertinya aku lupa mengatakan padamu. Jonghun ini satu sekolah denganku.”
“Jadi nama pria itu Jonghun. Apa dulu dia juga aneh begitu oppa?”
“Maksudmu?”
“Yah..selalu menyendiri begitu. Karena selama kita tinggal disini, aku nggak pernah melihatnya mengobrol dengan orang lain. Bahkan aku nggak pernah melihatnya dengan orang lain, hanya dengan anjingnya itu.”
“Aku nggak terlalu tahu, Hyun. Tapi mungkin begitulah.”
“Apa ini juga termasuk ‘setiap orang mendapatkan kebahgiaanya dengan cara yang berbeda’?” sindir Seohyun
Yonghwa mengernyitkan keningnya “Entahlah. Mungkin Jonghun nyaman dengan hidup sendiri seperti itu. Jadi bisa dibilang seperti itu.”
“Nyaman? Mm..benar juga..”
Kali ini dia mulai menerima apa yang dikatakan Yonghwa, meskipun Yonghwa sendiri tidak yakin. Mata Seohyun menjelajah buku tahunan itu lagi.
“Menjadi seperti ini adalah anugerah bagiku.”
Seohyun membaca sebaris kalimat di bawah foto seorang gadis yang bersandar di mobil.
“Park Jiyeon. Aiisshh..gadis ini..”
“Ehm?”
“Aku yakin teman oppa yang ini sangat menyebalkan. Pasti dia gadis kaya yang hobinya pamer, iya kan?”
Yonghwa sekali lagi tertawa “Darimana kamu dapat pikiran seperti itu hyun? Tapi memang banyak yang menganggapnya begitu sih. Aku cukup mengenal Jiyeon. Yah baiklah dia memang gadis kaya, tapi menurutku bukan tukang pamer.”
“Masa sih oppa?”
“Jiyeon gadis yang baik. Dia selalu terlibat dalam aksi sosial yang diadakan sekolah kami. Ah tunggu dulu, aku sekarang mengerti kenapa banyak orang menganggapnya sombong atau apalah itu.”
“Kenapa memangnya oppa?”
“Jiyeon pernah mengatakan padaku bahwa dia senang terlahir sebagai putri keluarga Park..”
“Nah kan apa kubilang..dia pasti sombong. Itu sama saja dia bilang kalau dia senang menajadi orang kaya. Keluarga park kan terkenal dengan perusahaannya yang menguasai ekonomi Korea.”
“Aku baru menyadarinya sekarang hyun.. Tapi bukan kesombongan yang kutangkap.”
“Lalu?”
“Aku senang terlahir sebagai putri keluarga Park. Meskipun aku merasa hampir terlupakan oleh orang tuaku yang sibuk bekerja, tapi aku bisa mendapatkan kebahagian lain karena menjadi seorang park. Melihat mereka tersenyum walaupun bantuan sekecil apapun itu yang kita lakukan, itulah yang membuatku bersyukur, Yonghwa.”
“Eh? Jiyeon..berkata begitu? Yang benar saja”
“Yup, kurang lebih seperti itulah yang dia katakan.”
“Oppa..”
“Ya?”
“Kurasa aku mulai mengerti maksud oppa. Setiap orang mendapatkan kebahagiannya dengan cara yang berbeda.”
“Oh ya? Baguslah kalau begitu.”
“Eh oppa apa ini.” Seohyun terkekeh melihat foto-foto di lembar terakhir
Di lembar terakhir itu, terdapat foto-foto murid satu sekolah Yonghwa. Beberapa diantaranya diambil secara diam-diam.
“Haha..lihat ini..bagaimana bisa dia tidur saat olahraga seperti ini.”
Yonghwa pun ikut tertawa “Heechul memang seperti itu. Suka seenaknya sendiri.”
“Lihat ini oppa, haha.”
Seohyun menunjuk foto Heechul dan dua orang di sampingnya yang memasang tampang jelek.
“Yang tengah Jang Geun Seuk, dan sebelah kirinya itu Lee Hongki. Di sekolah mereka dikenal sebagai murid paling badung.”
Yonghwa lagi-lagi tertawa saat mengingat tingkah teman-temannya itu.
“Apa sampai sekarang mereka masih akrab, oppa?”
“Tentu saja. Kamu tahu hyun, mereka bertiga itu seperti saudara kembar. Nggak bisa dipisahkan sama sekali. Bahkan mungkin ya, kalau nanti mereka menikah bisa jadi mereka tinggal satu rumah. Haha..”
“Haha..mana mungkin.”
Seohyun menutup buku itu dan menghela napas panjang “Hmm..aku tahu maksud oppa menunjukkanku ini.”
Yonghwa menatap mata istrinya dengan lembut “Masing-masing orang memiliki mimpinya sendiri, hyun. Aku, kamu, juga Minhyuk. Biarkan dia meraih apa yang dia inginkan. Mungkin itu cara Minhyuk mendapatkan kebahagiaannya.”
“Termasuk jika itu buruk baginya?”
“Nggak ada yang tahu apakah pilihan kita nantinya baik atau buruk untuk kita. Kalau kita nggak pernah mencobanya, kita nggak akan pernah tahu bukan? Jika kita melepasnya begitu saja, mungkin suatu hari nanti kita menyesal.”
“Tapi appa nggak menyukainya oppa.”
“Hei..apa kamu lupa?”
“Eh? Apa maksud oppa?”
“Dulu appa juga nggak menyetujui hubungan kita bukan? Minhyuk yang mati-matian mendukung kita. Meskipun kadang dia bertingkah seperti anak kecil, tapi aku yakin dia sebenarnya sangat dewasa.”
“Ah ya oppa benar. Karena Minhyuk appa jadi menyetujui hubungan kita. Bahkan appa menyuruh kita menikah cepat-cepat.”
Seohyun menundukkan wajahnya “Aku ini noona yang buruk. Minhyuk pasti sangat sedih selama ini..”
“Ya! Jangan bicara seperti itu. Minhyuk menyayangimu. Lagipula kamu masih bisa memperbaikinya, hyun.”
Yonghwa meraih ponsel Seohyun di meja dan memberikannya pada istrinya itu. Seohyun sedikit ragu tapi karena Yonghwa terus memaksa, Seohyun akhirnya melakukannya.
“Mm..yobseyo..”
“Loudspeaker” bisik Yonghwa
Seohyun mengangguk “Hyukkie..ini noona..”
“Kalau noona menelepon hanya untuk memarahiku, lebih baik noona tutup saja.”
“Noonamu ingin mengatakan sesuatu, Minhyuk.”
“Eh? Yonghwa hyung? Oh..hehe..iya..”
Minhyuk terdengar salah tingkah saat mengetahui Yonghwa juga mendengarkan teleponnya.
“Minhyuk..apa kamu serius ingin menjadi musisi?”
“Hah noona..aku kan sudah bilang berkali-kali.”
“Iya iya. kalau begitu..mm..noona akan mendukungmu.”
“APA??”
Seohyun dan Yonghwa reflek menjauhi ponsel Seohyun.
“Ya! Jangan berteriak seperti itu!”
“Hehe.. eh noona bilang apa tadi? Sepertinya aku salah dengar.”
“Aiish..kamu nggak salah dengar. Aku bilang aku akan mendukungmu.”
“Noona..yakin? noona serius kan??”
“Tentu saja. Kalau kamu senang, noona juga ikut senang. Maaf ya selama ini noona bersikap buruk.”
“Noonaaaaaa….aku menyayangimuuuuuuuu…”
Seohyun dan Yonghwa tertawa mendengarnya
“Apa-apaan kamu ini. Oh ya kapan audisi itu?”
“Besok pagi noona. Doakan aku ya, supaya band ku bisa lolos.”
“Tentu. kalian juga harus berdoa, jangan lupa nanti malam latihan lagi. Oke?”
“Latihan? Noona bercanda? Appa akan marah padaku kalau sampai tahu.”
“Hei..kamu lupa dengan noonamu yang cantik ini?”
“Maksud noona?”
“Aku akan membuat alasan agar appa mengizinkanmu pergi.”
“Hyun..sekali kamu berbohong maka..”
“Oppa, bohong sekali-sekali itu nggak apa-apa. Jangan terlalu serius begitu ah. Oh ya Minhyuk, kalau kamu bisa lolos audisi, aku janji akan membujuk appa agar mengizinkanmu berkarir di bidang musik.”
“Benar ya noona? Kupegang janjimu. Yonghwa hyung, terima kasih ya.”
“Ya! Kenapa malah berterima kasih pada Yong oppa?”
“Noonaaa…aku yakin hyung habis mengatakan sesuatu padamu sampai noona berubah pikiran begini. Noona kan keras kepala, mana mungkin noona mendadak luluh kalau bukan karena hyung, iya kan?”
Seohyun mengerucutkan bibirnya hingga membuat Yonghwa tertawa lebar.
“Tapi..terima kasih noona. Aku senang karena Seohyun noonalah yang jadi noonaku, bukan orang lain.”
Senyum Seohyun mengembang “Minhyuk jangan membuatku malu. Sudah ah, aku tutup ya.”
“Oke, bye noona.”
“Bye dongsaeng.”
Klik.
“haah..oppa..rasanya legaaa sekali..”
“Benarkah?”
“Eh jangan-jangan ini caraku bahagia. Karena Minhyuk bahagia, iya kan?”
Yonghwa tersenyum “Mungkin. Setiap orang..”
“mendapat kebahagiaannya dengan cara yang berbeda. Jadi..bagaimana dengan oppa?”
“Aku? Mm..cukup dengan melihatmu tersenyum padaku setiap pagi saat aku bangun. Kamu tahu Hyun..itu membuatku merasakan sesuatu yang luar biasa. Aku bersyukur memiliki istri sepertimu. Denganmu aku memulai kehidupan kita, dan ku harap denganmu juga aku menutup mata di hari senja.”
Seohyun terdiam mendengar kata-kata Yonghwa. Matanya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar.
“Oppa sengaja membuatku menangis?”
Yonghwa tersenyum dan mengacak-acak rambut Seohyun.
“Aku lapar Hyun..bagaimana kalau kita masak bersama kali ini?”
Seohyun menghapus air matanya yang sudah menggenang di pelupuk mata
“Aku punya usul lebih baik. Mulai hari ini, bagaimana kalau setiap hari minggu oppa yang memasak?”
“Ah boleh juga. Tapi aku juga punya usul. Bagaimana kalau setiap sendok masakanku yang kamu makan, harus kamu ganti dengan ciuman? Haha..”
“Oppaaa!!!”
Everybody’s looking for that something
One thing that makes it all complete
You find it the strangest places
Places you never knew it could be
Some find it the face of their children
Some find it their lover’s eyes
Who can deny the joy it bring when you’ve found that special thing
You’re flying without wings
Some find it sharing every morning
Some in their solitary lifes
You’ll find it the worlds of oher
A simple line can make you laugh or cry
You’ll find it in the deepest friendship
The kind you choose of your life
And when you know how much that means
You’ve found that special thing
You’re flying without wings
So impossible as they may seem
You’ve got to fight for every dream
Cause who’s to know which one you let go would’ve made you complete
Well, for me is waking up beside you
To watch the sunrise on your face
To know that i can say i love you in many giving time or place
It’s little thing that only I know
Those are the things that make you mine
And it’s flying without wings
When you found that special things
You’re flying without wings
The End –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar