Main cast:
- Jung Da Bin as Aranetta
- Jung Yonghwa
- Seohyun
Others:
- Jungmo TRAX
- Jinwoon 2am
- Nicole KARA
- Gyuri KARA
- Junsu 2pm
Genre: fantasy, romance, comedy (maybe)
Rate: PG 13
Note: ini sangat amat panjang sekali. Semoga ga bosen baca sampai selesai. Soal Calvian n Sorena kapan diceritain, nanti dulu ya. mereka bakal keluar tapi masih lama..hehe. Ditunggu komennya ya 

Aranetta melanjutkan perjalanan untuk mengerjakan tugas barunya. Ketika sampai di sebuah rumah megah dengan nuansa klasik, Aranetta menemukan sesuatu yang menurutnya menarik. Dari luar bangunan, ia melihat dua ruangan bersampingan dengan lampu menyala terang. Padahal sudah lewat tengah malam. Yang Aranetta tahu, manusia memerlukan tidur di malam hari, tidak seperti para malaikat.
Aranetta melayang-layang di depan jendela salah satu ruangan. Di dalam ruangan itu, duduk seorang gadis berambut hitam panjang. Sepertinya ia sedang serius membaca buku yang berukuran tebal di hadapannya. Sesekali gadis itu juga menggumam sendiri.
“ARGH! SIAL!”
Tiba-tiba Aranetta mendengar teriakan dari ruangan sebelah. Ia lalu berpindah pada jendela kamar lainnya. Aranetta melompat-lompat girang saat melihat pemilik kamar itu.
“Tampannyaaaa! Hihi..”
Aranetta menembus masuk ke ruangan itu untuk melihat apa yang sedang dikerjakan manusia yang ia kagumi. Lelaki itu sedang serius mengerjakan sesuatu dengan laptop di meja belajarnya. Aranetta tahu apa benda itu karena Minhyuk sempat menjelaskan padanya.
“Jung Yonghwa.” Aranetta tersenyum riang lagi setelah membaca garis nasib di atas kepala lelaki tersebut
“GAME SIAALL!”
Aranetta yang terbang persis di belakang Yonghwa terpental karena kaget. Belum hilang rasa kagetnya, Yonghwa berteriak sekali lagi.
“Oppa! Kenapa berteriak terus?” protes Aranetta
Yonghwa menoleh ke arah Aranetta dengan tampang terkejut. Aranetta memegangi kedua pipinya karena berpikir Yonghwa juga bisa melihatnya seperti Minhyuk.
Yonghwa mengelus dadanya “Kau mengagetkanku.”
“Hyaaa! Oppa bisa melihat Aranetta juga?!”
“Oppa..”
“Eh?”
Aranetta memutar tubuhnya ke belakang saat mendengar suara manusia lain. Gadis yang ia lihat sebelumnya. Aranetta tersenyum lega karena ternyata Yonghwa tidak melihatnya tapi gadis dengan nama Seo Joohyun yang tertera di atas kepalanya.
“..aku sedang belajar. Suara oppa terlalu keras dan sedikit menggangguku.” lanjut gadis itu lagi dengan sopan
Yonghwa terkekeh “Kau masih belajar? Selarut ini? Lagi?”
“De. Kalau oppa tidak keberatan pelankan sedikit suara oppa. Aku besok ada ujian.”
“Seohyun-ah..”
Aranetta mengernyit karena Yonghwa memanggil Seo Joohyun dengan Seohyun “Apa itu nama panggilannya?”
Yonghwa menghampiri Seohyun. Ia menyilangkan tangannya ke dada dan memandangi Seohyun sembari tersenyum geli.
“…sampai kapan kau mau belajar? Ada ujian atau tidak kau terus saja belajar. Apa kau tidak bosan?”
“Belajar itu penting, oppa. Bagaimana kita bisa berprestasi kalau tidak belajar? Bagaimana kita bisa menjadi orang sukses dan berguna kalau tidak berprestasi? Dan bagaimana kita bisa memajukan Korea kalau tidak sukses dan berguna?”
“Omo! Kau sedang membaca pidato kelulusan?” canda Yonghwa membuat Seohyun menghela nafas
“Aish..oppa ini terkadang membuatku kesal.”
“Haha..lubang hidungnya kembang kempis. Ia sedang marah?”
“Huh..ia menyebalkan saat seperti ini.”
“Hmm..kenapa ia tetap cantik saat marah begini?”
“Omo! Kenapa ia memandangiku seperti ini?”
“Kalau begini terus aku bisa semakin jatuh cinta padanya.”
Aranetta memandangi kedua manusia yang suara hatinya ia dengar itu. Aranetta semakin tertarik dengan kedua manusia itu.
“Aku bercanda, Seohyun-ah. Hehe..”
“Apa benar ia lebih tua dariku..” gumam Seohyun mengalihkan pandangan
“Kau bilang apa?”
“Tidak ada. Ah oppa, boleh aku memberi saran? Sebaiknya oppa..”
“Membaca buku untuk mengisi waktu luang karena buku itu mengasyikkan.”
“Huh?”
“Itu bukan yang mau kau ucapkan?” Yonghwa tersenyum jahil
Seohyun tertawa hambar “Aku benar-benar harus belajar, oppa. Sebaiknya oppa tidur saja kalau..”
“Ah..kau khawatir padaku? Baiklah, aku mengerti. Jadi kau hanya menggunakan ini sebagai alasan agar aku tidak sakit.”
“Ma..maksudku bukan begitu tapi..”
“Araseo. Aku akan pergi tidur sekarang.” potong Yonghwa lagi sambil mengedipkan mata kirinya
“Omo! Kenapa oppa ini?”
“Ehm? Apalagi Seohyun-ah? Ada yang masih ingin kau sampaikan? Kau ingin aku mengucapkan selamat malam lalu mencium ke..”
“Selamat malam.” Seohyun memutar badan dan langsung masuk ke kamarnya
Yonghwa terkekeh “Gadis manis.” Gumamnya lalu kembali ke meja belajarnya
“Oke. Maafkan aku sayang, aku harus pergi tidur sekarang. Tuan putri Seohyun harus belajar dengan bukunya yang sepertinya lebih berat daripada kepalaku.”
Yonghwa kemudian menutup laptopnya setelah layar mati “Atau mungkin memang benar ia khawatir aku sakit kalau sering begadang. Haha..”
Yonghwa menghempaskan diri ke tempat tidur dengan seprei bergambar slam dunk. Ia memeluk gulingnya dan bergumam “Seohyun..kapan aku bisa memelukmu?”.
Aranetta terbang di atas Yonghwa dan terkikik lagi “Tenang, oppa. Aranetta akan membuat oppa bisa memeluk unnie secepatnya.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Aranetta terbang mengelilingi bangunan dalam rumah megah yang disinggahi Seohyun dan Yonghwa. Rumah itu terdiri dari enam lantai dimana setiap lantainya terdapat enam buah kamar. Ternyata rumah itu adalah asrama para mahasiswa.
Aranetta hendak kembali ke kamar Yonghwa. Tapi ia melihat lelaki berambut cokelat tua itu sudah sampai di tangga, menuju lantai dasar.
“Omo! Sepagi ini aku sudah melihat bidadari?”
Aranetta mengikuti pandangan Yonghwa, ia lantas terkikik karena ternyata yang dimaksud Yonghwa adalah Seohyun yang sedang mengobrol dengan seseorang di meja makan.
“Tsk. Kenapa hanya berduaan dengan Jinwoon? Enak saja..Seohyun itu kan calon kakak iparnya.”
“Aah..jadi oppa itu adik oppa ini?” Aranetta memperhatikan wajah keduanya “Tapi kenapa tidak mirip? Kenapa lebih tinggi Jinwoon oppa? Hihi..”
“Selamat pagi, hyung.” Sapa Jinwoon saat Yonghwa duduk di seberangnya dan Seohyun
Seohyun tersenyum singkat pada Yonghwa lalu kembali mengajak Jinwoon bicara. Membiarkan Yonghwa bertopang dagu karena sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Tentang politik, ekonomi Korea, dan hal-hal berat lainnya bagi Yonghwa.
“Pagi, Jungmo hyung.” Sapa Yonghwa pada lelaki yang baru duduk untuk mengalihkan perhatian Seohyun dan Jinwoon
“Tsk. Kenapa pagi-pagi seperti ini Seohyun sudah dikelilingi dua fanboys-nya?”
“Ehh? Oppa yang ini juga suka pada unnie? Wah..unnie hebat! Hihi..”
Yonghwa menekuk mukanya lagi karena tidak mendapat respon dari Jungmo. Apalagi ia melihat Jungmo memperhatikan Seohyun dan Jinwoon.
“Jungmo..Jinwoon.. Kenapa semua orang harus menyukai Seohyunku?”
“Tenang, oppa. Aranetta yakin unnie hanya menyukai oppa. Fighting!”
Aranetta memberi semangat menggebu-gebu pada Yonghwa sekalipun Yonghwa tidak mendengarnya.
Tak lama, beberapa orang memasuki ruang makan. Mereka memulai sarapan mereka sambil mengobrol dan tertawa. Sepertinya mereka sangat bersemangat. Kecuali dua orang. Yang duduk bersebelahan, persis di depan Jinwoon dan Seohyun, yaitu Yonghwa dan Jungmo. Keduanya melahap sarapan mereka dengan mata yang tidak lepas dari Jinwoon dan Seohyun.
“Awas saja. Aku tidak akan membiarkan Seohyun ke kampus bersamamu nanti.”
“Ide bagus oppa! Aranetta akan membantu!”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Setelah sarapan, Yonghwa kembali ke kamar untuk mengambil tasnya. Ia lalu menunggu Seohyun untuk berangkat bersama ke kampus. Begitu Seohyun keluar kamar, Yonghwa menyambutnya dengan senyum khasnya. Sementara Seohyun memberi tatapan aneh.
“Kenapa oppa ini ada disini?”
“Kita berangkat bersama ya? Kajja.”
Aranetta menjentikkan jarinya. Membuat Yonghwa menggandeng tangan Seohyun. Yonghwa terheran sendiri dengan yang ia lakukan, tapi itu tentu membuatnya senang. Sementara Seohyun berusaha melepaskan tangannya tapi Aranetta malah membuat tangan mereka semakin lekat.
“Yah! Kenapa ini??”
“Haha..hantu atau apapun yang melakukan ini pada kami, kudoakan ia berumur panjang.”
Aranetta cemberut karena suara hati Yonghwa. Ia membuat Yonghwa hampir terjungkal kakinya sendiri.
“Hihi.. Enak saja mengatai Aranetta hantu. Aranetta ini kan messenger cantik.”
Sampai di depan asrama, ternyata Jungmo dan Jinwoon telah menunggu Seohyun. Mereka terlihat gusar karena Yonghwa masih menggandeng tangan Seohyun. Sedang Yonghwa melempar senyum meledek pada keduanya.
“Jungmo oppa sedang apa disini? Tidak berangkat?” tanya Seohyun
“Oppa menunggu.. Aargh..kenapa perutku ini..”
Aranetta membuat Jungmo tiba-tiba sakit perut. Yonghwa memanfaatkan ini untuk mengirim Jungmo kembali masuk ke asrama dengan memberi saran agar ia segera minum obat.
“Seohyun-ah, kenapa kau dan hyung..”
“Yah! Jinwoon!” potong Yonghwa
“De?”
“Nicole mencarimu dari tadi. Cepat temui, mungkin ia perlu bantuanmu.”
“Benarkah? Tapi..”
“Aku serius. Nicole sendiri yang bilang padaku..rr..setelah sarapan. Kau kembali ke kamar duluan bukan tadi?”
Jinwoon menurut pada bualan Yonghwa. Karena Nicole sahabat baiknya, ia tidak terlalu curiga.
“Kita berangkat.” Ujar Yonghwa sambil menarik Seohyun
“Tapi Jungmo oppa dan Jinwoonie..”
“Bukankah kau ada ujian? Kau tidak mau terlambat kan?”
Seohyun mengangguk ragu “De..tapi..” Seohyun menghentikan langkahnya
“Tapi?”
“Tapi bisakah kita tidak bergandengan seperti ini?”
Yonghwa mengangkat genggaman mereka dan tertawa.
“Kau tahu sendiri tangan kita tidak bisa lepas. Mungkin ini kutukan.”
“Hah? M..maksud oppa?”
“Kau tidak tahu? Asrama kita itu banyak hantunya. Mungkin kita melakukan sesuatu yang membuat mereka marah sehingga kita dihukum begini.”
Seohyun mulai pucat. Ia tertawa hambar.
“Bercanda..mana mungkin ada hal seperti itu disini.”
“Sst..Seohyun-ah, hati-hati kalau bicara. Jangan sampai kita mendapat hukuman lebih parah.”
Seohyun terlihat semakin pucat. Ia paling anti dengan cerita seperti ini. Meskipun ia sering meyakini dirinya kalau yang namanya hantu itu tidak ada.
“Aku ini lebih dulu tinggal disini dibanding dirimu. Aku lebih tahu. Kau percaya padaku kan?”
“D..de.”
“Malah terkadang aku merasakan kehadiran mereka. Seperti sekarang ini, aku..”
“O..oppa..” Seohyun memegangi lengan Yonghwa dengan tangannya yang bebas “Sebaiknya kita berangkat sekarang.”
Yonghwa diam-diam tertawa. Ia tidak menyangka Seohyun percaya pada cerita karangannya. Sementara Yonghwa tengah bersenang-senang, Aranetta kesal setengah mati. Ia tidak terima karena lagi-lagi ia merasa Yonghwa mengatainya hantu.
“Huee..Aranetta bukan hantu!”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Yonghwa tertawa sendiri. Ia mengingat kejadian pagi tadi saat berangkat ke kampus. Ia menggandeng tangan Seohyun sampai di kelas Seohyun.
“Ajaib sekali. Tangan kami tiba-tiba bisa lepas begitu sampai di depan kelas Seohyun. Hmm..seandainya saja hantu itu mengutukku lagi.” Gumam Yonghwa asal
“Oppa, Aranetta ini bukan hantu!”
Aranetta mengerucutkan bibirnya. Tapi kemudian ia ikut tersenyum seperti Yonghwa.
“Jadi unnie takut hantu ya..”
Aranetta menjentikkan jarinya dan dalam hitungan detik, lampu padam seketika.
“Aish..kenapa ma..”
“UMMAAAA!!”
Yonghwa dan Aranetta terlonjak kaget. Menyadari kalau itu suara Seohyun, Yonghwa lantas berlari ke kamar Seohyun. Ia menemukan Seohyun sedang bersembunyi di balik selimutnya. Saat Yonghwa menepuk bahu Seohyun, lagi-lagi gadis itu berteriak dan mencakar-cakar Yonghwa.
Yonghwa dan Aranetta terlonjak kaget. Menyadari kalau itu suara Seohyun, Yonghwa lantas berlari ke kamar Seohyun. Ia menemukan Seohyun sedang bersembunyi di balik selimutnya. Saat Yonghwa menepuk bahu Seohyun, lagi-lagi gadis itu berteriak dan mencakar-cakar Yonghwa.
“Yah! Aku ini Yonghwa!”
Seohyun membuka mata dengan hati-hati. Ia menajamkan matanya untuk memastikan kalau itu memang benar Yonghwa.
“OPPA!”
Seohyun menabrakkan dirinya ke Yonghwa dan memeluknya erat. Kentara sekali kalau ia sedang ketakutan.
“H..hei..” Yonghwa tertawa bodoh “Seohyun-ah..kau..memelukku.”
“Aku takut, oppa. Bagaimana kalau hantu-hantu itu keluar?”
“Hantu? Yah! Mana ada han..” Yonghwa teringat pada bualannya pada Seohyun tadi pagi
“Ah ya! Tentu saja hantu-hantu itu akan keluar. Apalagi malam hari dan gelap seperti ini.”
“Huuuaaa!”
“Hei..kau tidak perlu takut. Aku akan menemanimu, oke?” Yonghwa menepuk-nepuk punggung Seohyun sembari tersenyum jahil
Satu jam kemudian, Aranetta kembali menyalakan listrik di asrama. Ia khawatir akan terjadi hal yang tidak-tidak jika membiarkan Yonghwa dan Seohyun terlalu lama berpelukan seperti itu. Saat listrik kembali menyala, Seohyun segera melepas pelukannya dengan Yonghwa. Wajahnya yang semula pucat ketakutan sekarang berubah menjadi merah padam.
“Rr..itu..aku..rr..”
“Kau sudah tidak takut?”
Seohyun mengangguk “Lampunya sudah menyala. Te..terima kasih.”
“Ehm. Aku kembali dulu ke kamar.” Yonghwa bangkit berdiri dari tempat tidur Seohyun
“Seohyun-ah.”
“De?”
“Hanya ingin memberi tahu..hantu itu juga tetap akan berkeliaran walaupun terang. Jadi..”
Seohyun menarik Yonghwa lagi agar duduk di tempat tidurnya. Ia memegang erat lengan Yonghwa.
“O..oppa keberatan kalau..kalau..menemaniku belajar?”
Yonghwa berusaha menahan tawa. Ia tidak menyangka kalau Seohyun yang dikenal dengan sifat dewasanya ternyata juga bisa seperti ini. Beruntung hanya Yonghwa yang tahu, kalau tidak pasti Jinwoon dan Jungmo sudah memanfaatkannya. Itu yang dipikirkan Yonghwa saat ini.
“Atau kalau oppa tidak bisa, aku akan ke kamar Jinwoon saja.”
“Tidak boleh!” kata Yonghwa setengah berteriak
“Rr..maksudku..Jinwoon sepertinya sudah tidur. Jadi biar aku saja yang menemanimu. Hehe.”
“Apa oppa tidak apa-apa? Aku tidak mau merepotkan oppa.”
“Ah tentu saja. Aku ini bukan tipe yang suka belajar sepertimu. Jadi tidak masalah bagiku menemanimu disini.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Aranetta merasa bosan karena tidak ada yang bisa ia kerjakan. Yonghwa sudah tertidur dari dua jam lalu di tepi tempat tidur Seohyun. Sedangkan Seohyun sendiri masih berkutat dengan buku-bukunya.
“Unnie, belajarnya sudah ya?”
Aranetta menjentikkan jarinya untuk membuat Seohyun mengantuk. Tentu saja, tak butuh waktu sampai lima detik Seohyun telah terlelap. Aranetta kemudian membuat Yonghwa bangun agar memindahkan Seohyun ke tempat tidur dan agar kembali ke kamarnya.
Yonghwa memindahkan Seohyun ke tempat tidur dan menyelimutinya. Ia menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Seohyun. Memandangi wajah gadis yang ia sayangi dan bergumam ‘selamat malam’.
Yonghwa melirik buku-buku Seohyun yang masih berserakan di meja belajar sebelum keluar kamar. Karena penasaran, Yonghwa membalik-balik buku-buku itu sekilas. Ia terkekeh karena menyadari bahwa Seohyun memang berbeda dari gadis seumurannya yang lain.
“Gadis aneh. Tapi inilah yang membuatku tertarik padamu.”
Aranetta mengangguk-angguk setuju “Aranetta juga baru menemui manusia yang seperti unnie.”
“Ehm?”
Yonghwa menemukan sesuatu yang menurutnya menarik. Buku bersampul kuning gading yang terletak di antara tumpukan buku besar. Yonghwa mengambil buku itu dan membuka lembaran pertama.
“Haha..ini bukan hariannya.”
“Ehh..bukankah seharusnya tidak boleh oppa baca?”
“Hmm..aku ingin tahu apa ia menulis tentangku disini.”
Yonghwa melewati beberapa halaman hingga sampai pada lembaran tengah. Bukan karena terdapat namanya, tapi karena Seohyun menuliskan sesuatu tentang cinta pertamanya.
Aranetta masih belum mahir membaca tulisan manusia. Ia hanya mendengarkan dari suara batin Yonghwa.
Dulu aku selalu bertanya seperti apa rasanya jatuh cinta. Aku iri pada gadis lain yang bisa merasakan itu bahkan sebelum duduk di bangku SMA. Tapi sekarang tidak lagi. Aku bisa merasakannya. Aku tidak yakin ini benar cinta atau sekedar rasa kagum. Yang kudengar dari mereka, jatuh cinta adalah saat jantungmu berdetak cepat bahkan jika hanya mendengar namanya. Atau kau merasa kosong jika tak dalam sehari tak sekalipun kau melihatnya. Aku merasakan itu. Sepertinya aku memang mencintainya. J.
Yonghwa merasa tidak suka saat membaca inisial J yang ditulis Seohyun. Cemburu lebih tepatnya.
“Tell me that J is for Joohyun. Bukan nama lelaki yang kau sukai.”
Yonghwa membalik lagi ke halaman berikutnya.
J. Aku melihatnya memainkan gitar di beranda kamarnya. Ia terlihat tampan jika seperti ini. Berbeda dari yang biasanya. Jika ia memainkan gitarnya, ia seperti sedang melepaskan semua bebannya. Itu jika ia memiliki beban. Karena yang kutahu, ia selalu tertawa seolah tak akan ada masalah yang mengganggunya. Inilah yang membuatku menyukainya. Mm..seandainya ia mau mengajariku bermain gitar.. Atau mungkin membuatkan lagu untukku? Oh ottokhae..wajahku sudah merah sekarang.
Yonghwa membaca sekilas halaman-halaman berikutnya. Isinya tidak berbeda jauh dari sebelumnya. Sampai di halaman terakhir, Yonghwa membaca lagi dengan seksama.
Kenapa aku selalu terlihat bodoh dan aneh jika berhadapan dengannya? Kenapa aku harus jadi Seohyun pecandu buku? Aish..aku benci seperti ini. Aku ingin ia melihat kepadaku. Seperti ia melihat Gyuri unnie. J, kenapa harus Gyuri unnie yang kau sukai?
Yonghwa menutup buku harian itu dan meletakkannya kembali ke tempat semula.
“J? Siapa?” Yonghwa memandang Seohyun sekali lagi sebelum kembali ke kamarnya sendiri
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Yonghwa menuruni anak tangga dengan setengah sadar. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Ia merasa sangat mengantuk dan masih ingin bergulung dalam selimut hangatnya tapi kakinya seperti bergerak sendiri menuju meja makan.
Aranetta terkikik. Tentu ini perbuatannya. Ia tidak mau Seohyun semakin dekat dengan Jungmo ataupun Jinwoon. Karena itulah Yonghwa harus ikut sarapan agar juga bisa mendekati Seohyun. Tapi sayangnya, sarapan kembali berlalu seperti sebelumnya. Seohyun asyik mengobrol dengan Jinwoon sementara Yonghwa dan Jungmo hanya bisa meluapkan kecemburuan mereka lewat tatapan mata.
Melihat Seohyun, Yonghwa kembali teringat tentang seseorang berinisial J yang ada dalam buku harian. Ia mulai menebak-nebak siapa lelaki yang Seohyun maksud.
“J?” Yonghwa memandang ke sekeliling
“Jinwoon. Jungmo. Junsu. Junho. Jaejoong. Junhyung. Jungshin. Jonghyun. Jaejin. Jong Hoon. Joong Ki. Ja..Yah! Kenapa begitu banyak lelaki dengan inisial J disini?”
Aranetta memandangi satu persatu manusia yang namanya disebut Yonghwa. Benar, begitu banyak yang memiliki inisial J di tempat itu. Bahkan yang perempuan juga.
“Dan kenapa namaku Yonghwa? Kenapa bukan sesuatu yang berawal huruf J?”
Yonghwa mengacak-acak rambutnya “Ummaaa..kenapa tidak memberiku nama Jun Pyo atau Ji Hoo saja?”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Aranetta memutuskan untuk mengikuti Seohyun, bukan Yonghwa untuk hari ini. Ia ingin mendengar isi hati Seohyun karena ia juga penasaran seperti Yonghwa. Dan setelah seharian melakukan ‘penyelidikan’, hasil yang didapat Aranetta bahwa J adalah inisial untuk Jack.
“Jack?” Aranetta memandangi Seohyun yang sedang membaca buku
“Jack?” ulang Aranetta lagi
“Siapa Jack, unnie? Aranetta sudah memeriksa semua penghuni asrama dan juga teman-teman kelas unnie tapi tidak ada yang bernama Jack.”
“Apa ya yang sedang Jack lakukan sekarang?”
“Jack? Haah..sudahlah. Aranetta ke kamar oppa saja.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Aranetta melihat Yonghwa sedang duduk di beranda kamar dengan memainkan gitar dengan random.
“J? Terlalu banyak laki-laki yang memiliki inisial J disini. Tapi..tidak semuanya bisa bermain gitar.”
Aranetta mengangguk semangat “Oppa benar. Unnie menulis kalau Jack bisa memainkan gitar.”
“Jinwoon. Jungmo. Jonghyun. Jungshin. Jaejin. Jong Hoon.” Gumam Yonghwa mengingat-ingat
“ia selalu tertawa seolah tak akan ada masalah yang mengganggunya.”
“Jonghyun dan Jong Hoon jelas bukan orang yang ia maksud.”
Aranetta mengangguk-angguk lagi. Sekali melihat ia sudah tahu tipe seperti apa dua manusia itu. Pendiam dan lebih suka menyendiri.
“Jungmo hyung juga jarang tertawa sebenarnya. Dan adikku yang teganya menyukai gadis yang kusuka juga bukan orang yang gemar tertawa. Tapi..” Yonghwa memetik gitarnya lagi
“Seohyun dekat dengan mereka.”
Aranetta mengangguk-angguk lagi. Ia juga terlihat kecewa dan bingung seperti Yonghwa.
Yonghwa memandang ke halaman. Seseorang yang Aranetta tahu bernama Kim Junsu sedang berjalan menyeberangi halaman asrama.
“Dan Junsu juga dekat dengan Seohyun. Meskipun ia tidak bisa bermain gitar.” Ujar Yonghwa
“Jaejin dan Jungshin. Hmm..mereka bisa bermain gitar. Mereka juga sering tertawa. Tapi sepertinya bukan mereka yang Seohyun maksud. They have an awkward relationship.”
Aranetta mengangguk-angguk lagi. Ikut berpikir lagi seperti Yonghwa.
“Oppa! Tentang manusia yang bernama Gyuri?”
Aranetta membuat Yonghwa mengingat halaman terakhir di buku harian Seohyun.
“Ah..dan tentang Gyuri. Mm..kalau yang disebut Nicole, aku sudah yakin J adalah Jinwoon. Tapi ini Gyuri, sahabat Nicole. Bukan Nicole. Gyuri itu dekat dengan banyak lelaki.”
Yonghwa mengacak-acak rambutnya karena terlalu pusing. Ia kemudian memainkan gitarnya lagi sambil bernyanyi.
“Apa mungkin Jack itu bukan nama asli lelaki yang unnie cintai?”
Melihat Yonghwa yang larut dalam permainan gitar dan nyanyian seperti itu membuat Aranetta berpikir kalau Jack adalah Yonghwa. Aranetta terbang ke hadapan Yonghwa dan memperhatikan wajahnya lekat-lekat. Yonghwa bisa bermain gitar. Yonghwa seringkali tertawa dan adalah pribadi menyenangkan. Tapi yang menjadi masalah adalah tentang Gyuri. Aranetta tahu betul kalau Yonghwa mencintai Seohyun, bukan Gyuri. Bahkan sampai saat ini ia tidak pernah melihat Yonghwa bersama gadis bernama Gyuri itu.
“Apa..Jack itu oppa? Tapi..yang bernama Gyuri..”
Aranetta mengetuk-ketukkan telunjuknya ke dagunya “Ah sepertinya tidak mungkin. Kalau Jack itu oppa, kenapa unnie terlihat biasa saja kalau bertemu oppa?”
Jreng! Jreng! Jreng!
Tiba-tiba saja Yonghwa memainkan gitarnya dengan marah hingga menimbulkan suara berisik.
“Oppa!”Aranetta menutupi telinganya
“Yah! Yah!” “Kenapa harus J?! Aish..aku akan menggantinya menjadi Y!”
Jreng! Jreng! Jreng!
“Aish! Yah!”
“Oppaaa!”
Aranetta menggunakan kekuatannya untuk membuat Yonghwa berhenti dan diam. Aranetta menggeleng-geleng karena frustrasi. Tidak sengaja ia melihat Seohyun memperhatikan Yonghwa dari jendela. Menjadikan Aranetta kembali bimbang apakah Jack adalah Yonghwa atau bukan.
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Sabtu pagi adalah hari yang biasa digunakan para penghuni asrama untuk mengunjungi perpustakaan asrama. Tentu hanya bagi mereka yang tertarik pada buku seperti Seohyun dan Jinwoon. Tapi bukan berarti Jungmo dan Yonghwa tidak mau mengunjungi perpustakaan. Tidak, mereka memang tidak suka membaca buku. Mereka hanya ingin berada di sekitar Seohyun. Seperti hari ini, ketiga lelaki itu mengunjungi perpustakaan. Tapi selain ingin mengikuti Seohyun, Yonghwa memiliki tujuan lain. Yaitu menemukan seseorang yang disebut J.
Yonghwa memperhatikan orang-orang di sekitarnya dengan teliti. Jinwoon, Jungmo, Junsu. Ketiga orang itulah yang Yonghwa ‘curigai’ sekarang. Ia mendapat beberapa kesimpulan setelah mengawasi mereka dari pagi tadi.
“Tiga-tiganya dekat dengan Seohyun. Jinwoon dan Jungmo bisa bermain gitar tapi tidak dekat dengan Gyuri.”
Yonghwa mengawasi Junsu yang sedang mengerjakan tugas bersama Gyuri “Junsu dekat dengan Gyuri tapi tidak bisa bermain gitar.”
Aranetta juga ikut berpikir bersama Yonghwa. Jika Yonghwa berpikir J diantara ketiga manusia itu, maka Aranetta tidak. Menurutnya, Jack bukanlah mereka. Tetapi orang lain..lebih tepatnya adalah Yonghwa sendiri. Karena beberapa kali Aranetta sempat memergoki Seohyun melirik pada Yonghwa. Sayangnya Seohyun sama sekali tidak memikirkan sesuatu saat melirik Yonghwa sehingga Aranetta tidak bisa mengetahui isi hati Seohyun.
“Aish!” teriak Yonghwa tiba-tiba
“Siapa yang peduli dengan J sial itu?! Aku akan membuat Seohyun melupakannya dan mencintaiku! Y! Bukan J!”
Brak!
Yonghwa melempar buku yang pura-pura ia baca sebelumnya. Kemudian pergi keluar dari perpustakan. Aranetta mengikutinya di belakang beberapa saat setelah Yonghwa keluar. Tapi ia sempat mendengar sesuatu…pikiran Seohyun.
“Ada apa dengan Jack?”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Aranetta tersenyum-senyum sendiri. Ia merasa tugasnya tidak seberat tugas pertamanya. Yonghwa lebih handal dibandingkan Minhyuk. Ia tidak perlu melakukan banyak hal karena Yonghwa cukup bisa mengurus sendiri ‘masalahnya’. Seperti yang dikatakan Yonghwa, ia akan membuat Seohyun melupakan J. Saat Seohyun kembali dari perpustakaan ke kamarnya, Yonghwa mengajak Seohyun ke taman belakang. Dengan sedikit campur tangan Aranetta, Seohyun akhirnya mau ikut bersama Yonghwa.
“Kenapa oppa mengajakku kemari?”
Yonghwa mengeluarkan gitar dari tempatnya “Kau suka musik?”
“De. Tapi..ada apa?”
“Aku pernah melihatmu memainkan piano.” Yonghwa tersenyum mengingat saat itu “Apa kau tidak ingin belajar memainkan gitar?”
“Gitar?” Seohyun memandangi gitar di pangkuan Yonghwa dan berpikir sejenak
“Kau..tidak suka gitar?” tanya Yonghwa menyadarkan Seohyun
Seohyun tersenyum lebar “Oppa mau mengajariku? Benarkah?”
Yonghwa ikut tersenyum karena reaksi Seohyun. Tadinya ia berpikir bahwa Seohyun akan menolak idenya.
“Ehm. Kau mau melihat permainan gitarku dulu?”
“De. Tentu, oppa.”
Seohyun memejamkan matanya, menikmati permainan gitar serta suara merdu Yonghwa. Tangannya menelungkup di depan dada dan bergerak bersama kepalanya seiring lagu.
“Cantik.Seharusnya aku melakukan ini dari dulu.”
Yonghwa hampir mencapai bait lirik terakhir.
“Tidak apa jika sekarang kau mencintai J. Aku akan membuatmu mengubah perasaanmu. Aku akan membuatmu juga mencintaiku, Seo Joohyun. Aku akan membuatmu melihat ke arahku. Bukan Jungmo, Jinwoon, Junsu, atau siapapun.”
“Omo! Permainan gitar oppa benar-benar mengagumkan. Jinca!” puji Seohyun setelah Yonghwa selesai
Yonghwa membalas pujian Seohyun dengan tawa lebar “Kau bisa bermain lebih hebat dibanding aku, Hyun.”
“Hyun?” ulang Seohyun heran
“Hyun. Boleh aku memanggilmu begitu?”
“Eh? Kenapa, oppa?”
“Rr..” Yonghwa menggaruk kepalanya “Entahlah..tiba-tiba aku ingin memanggilmu seperti itu. Kau keberatan?”
Seohyun berpikir beberapa saat “Oppa boleh memanggilku begitu asal oppa berjanji mau mengajariku bermain gitar sampai aku mahir. Bagaimana?”
“Jalshik..itu bukan syarat berat, Hyun. Justru itu berkah bagiku.”
“Hei..itu tidak sulit. Kau ini jenius. Aku yakin tidak sampai sebulan kau sudah menjadi gitaris handal. Haha..”
“Ah, oppa. Mana mungkin seperti itu.”
Yonghwa tersenyum sekali lagi sebelum memberikan gitarnya ke pangkuan Seohyun. Ia menunjukkan pada Seohyun tiga chord dasar.
“Uwaa..daebak.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @
Aranetta melayang-layang di atas ranting pohon. Ia memperhatikan Yonghwa yang sedang mengajari Seohyun bermain gitar. Keduanya terlihat begitu dekat sekarang, setidaknya tidak canggung seperti biasanya. Apalagi saat keduanya tertawa dan bercanda.
“Aranetta yakin Jack itu oppa.”
“Aish..sial. Apa-apaan Yonghwa itu?!”
Aranetta mendengar suara hati manusia di dekatnya. Ia melihat ke bawah. Jungmo tengah bersembunyi di balik pohon yang sama dengan Aranetta berada.
“Kenapa Seohyunnie bisa dengan hyung?”
Aranetta mendengar suara hati lainnya. Ia mencari ke sekitar. Ternyata Jinwoon bersembunyi di balik semak-semak.
“Hihi..oppa memang memiliki banyak saingan.”
“Gadis polos.”
Sekarang Aranetta mendengar suara lain lagi. Ia menemukan Gyuri yang berada di beranda kamarnya. Gyuri terlihat seperti menyesali sesuatu. Karena merasa ada sesuatu yang perlu ia tahu, Aranetta lantas terbang mendekati Gyuri.
“Jelas-jelas Yonghwa mencintainya. Kenapa ia bisa berpikir kalau Yonghwa menyukaiku?”
“Hah? Maksud unnie apa?”
“Seohyun-ah..kenapa kau menganggap serius ucapan Junsu? Kau tahu sendiri ia suka bercanda. Aku dan Yonghwa memang satu sekolah dulu. Tapi kami tidak memiliki hubungan apa-apa. Bahkan kami tidak pernah tahu nomor ponsel masing-masing sampai sekarang.”
“Ehh? Jadi..”
“Rumor bahwa kami pernah berpacaran saat sekolah itu bohong. Junsu mengarangnya untuk meledek kami yang sering terlihat awkward saat bersama. Dasar bodoh..karena ia sekarang kau jadi salah paham. Anak itu tidak pernah memikirkan perbuatannya. Kau itu seperti adik baginya tapi ia tanpa sadar membuatmu begini.”
“Aah..Aranetta mengerti sekarang.”
“Hmm..tapi bagaimana aku harus menjelaskannya padamu. Mana mungkin aku tiba-tiba mendatangimu dan menjelaskan hal itu. Kau pasti akan mengangapku gila. Dan lagi, kenapa Yonghwa tidak peka pada perasaanmu? Aish..jinca..”
“Unnie, tidak perlu khawatir. Aranetta yang akan mengurusnya. Serahkan pada Aranetta, oke? Hihi..”
Aranetta melompat-lompat di udara sambil tertawa riang.
“Apa Aranetta bilang..Jack itu oppa!”
“Argh! Sial! Awas saja kau, Jung Yonghwa. Aku akan membawa Seohyun pergi dari taman terkutuk ini.”
Aranetta menoleh ke arah Jungmo. Ia menggerutu karena suara hati Jungmo. Ia memberi ‘hukuman’ pada Jungmo yaitu membuat Jungmo tersandung kakinya sendiri dan terjungkal.
“Tidak boleh begitu. Kata Sorena itu tidak sopan. Hihi..”
“Mereka terlihat senang.”
Seohyun melihat ke arah lain. Ke tempat Jinwoon bersembunyi.
“Hmm..kalau dilihat-lihat, mereka serasi juga. Kerja bagus, hyung.”
“Ehh? Oppa itu tidak marah?”
Aranetta melihat Jinwoon menggerak-gerakkan sesuatu di sampingnya yang tertutup semak. Seorang gadis berambut pendek muncul dari semak-semak. Gadis bernama Nicole.
“Sudah?”
Jinwoon mengangguk. Ia dan Nicole kemudian kembali masuk ke asrama.
“Hmm..begitu. Jadi yang menyukai unnie sebenarnya hanya manusia bernama Jungmo?”
“Yah! Kau jenius, Seo Joohyun!” teriak Yonghwa mengalihkan perhatian Aranetta dan Gyuri
“Aku senang kalau kalian bisa sedekat ini.”
Aranetta mengangguk setuju pada Gyuri “Ehm. Dan Aranetta pasti menyatukan kalian.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Yonghwa menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Ia masih tersenyum bahagia mengingat saat ia bersama Seohyun. Terutama saat ia tidak sengaja menyentuh jari-jari Seohyun saat membenarkan chord G.
“Seo Joohyun..”
Aranetta terbang mengitari tempat tidur Yonghwa. Ia memikirkan cara untuk membuat Yonghwa semakin dekat dengan Seohyun. Ia tersenyum puas karena menemukan ide yang menurutnya cemerlang.
“Oppa! Aranetta tahu ca..”
“AH! AKU TAHU!” teriak Yonghwa tiba-tiba
Aranetta mengelus dadanya karena kaget “Oppa..Aranetta..”
Yonghwa tiba-tiba bangkit dari tempat tidurnya, menembus Aranetta menuju ke meja belajarnya. Ia menyambar kertas partitur kosong dan sebuah pulpen. Juga mengambil gitar dan meletakkan ke pangkuannya.
Aranetta mengintip dari balik punggung Yonghwa “Oppa mau apa?”
“Kau ingin J membuatkan lagu untukmu, Seohyun? Tsk. Tidak perlu. Aku yang akan membuatkan untukmu.”
“Aah..jadi oppa mau membuat lagu untuk unnie?” Aranetta tertawa riang dan melompat-lompat di udara
“Oppa ini tidak terlalu menyusahkan seperti Minhyuk oppa. Hihi..”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Yonghwa menguap lebar. Ia begadang semalaman untuk menyelesaikan lagu yang dibuatnya untuk Seohyun. Saat ia melihat jam dinding, niat untuk tidur menjadi buyar. Sudah pukul 07.00. Ia lebih baik menemui Seohyun dan menunjukkan lagu itu daripada tidur.
“Oppa kan belum mandi! Nanti unnie jadi tidak suka!” teriak Aranetta saat melihat Yonghwa hendak keluar kamar dengan tampang berantakan
Aranetta menggerakkan jarinya dan membuat Yonghwa pergi mandi. Setengah sadar, Yonghwa masuk ke kamar mandi. Ia bingung dengan dirinya sendiri yang seringkali bergerak tanpa kemauannya. Tapi karena sudah terlanjur masuk, Yonghwa pun akhirnya mandi dan bersiap.
Tak sampai lima belas menit, Yonghwa sudah dalam keadaan siap. Saat itu juga Aranetta masuk ke kamar Yonghwa. Ia baru saja mengikuti Seohyun dengan maksud untuk membantu Yonghwa agar tidak perlu mencari-cari Seohyun.
“Oppa, unnie ada di taman belakang.” Bisik Aranetta tepat di telinga Yonghwa
Yonghwa menoleh ke arah Aranetta, tapi tentu ia tidak bsia menemukan siapapun disana. Hanya saja ia merasa ada suara berbisik di telinganya. Ia menyentuh tengkuknya yang sedikit merinding. Dan kemudian tertawa kecil.
“Yah! Hantu-ya..terima kasih membantuku lagi.”
Yonghwa menyampirkan guitar case dan mengambil kertas partitur berisi lagunya. Ia keluar dari kamar dengan senyum lebar.
“Sudah Aranetta bilang..” Aranetta mendengus “..Aranetta ini bukan hantu.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Yonghwa tersenyum saat melihat Seohyun sedang duduk di bangku taman sambil membaca buku. Ia hendak menghampiri Seohyun tapi karena seseorang lebih dulu menemui Seohyun, Yonghwa mengurungkan niatnya.
“Jungmo hyung? Aish..kenapa ia disini?”
“Ehh..kenapa jadi manusian itu yang menemui unnie?” kata Aranetta ikut gusar
“Tsk. Oke, kita lihat apa yang mau hyung lakukan.”
Aranetta menoleh pada Yonghwa “Ehm. Benar juga.”
Aranetta kemudian terbang menghampiri Jungmo dan Seohyun. Sementara Yonghwa mengintip dari balik pilar bangunan.
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
“Seohyun-ah.”
Seohyun mendongak. Ia tersenyum pada Jungmo yang kemudian duduk di sampingnya.
“Oppa ada apa kesini?”
“Menemuimu.”
“Eh? Ada apa memangnya?”
“Kau..kemarin..kemarin..”
“Kemarin..apa?”
Jungmo menarik nafas untuk menenangkan dirinya. Meski tidak suka, ia tetap harus mengatakannya.
“Kemarin..aku melihatmu..dengan Yonghwa.”
Seohyun agak terkejut mendengarnya. Ia tersenyum malu hingga menimbulkan semburat merah di pipinya. Dan Jungmo menyadari itu.
“Kalian terlihat akrab. Kau..menyukainya?”
“A..apa? Itu..aku dan Yonghwa oppa..kami..”
“Aku juga melihat kalian bergandengan tangan saat berangkat ke kampus beberapa hari lalu. Dan..saat kau memeluk Yonghwa.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
“Aish..sial. Aku tidak bisa mendengar yang mereka bicarakan.”
Yonghwa mendengus kesal. Ia pindah ke samping gudang, berharap dapat mencuri dengar pembicaraan Seohyun dan Jungmo. Sayangnya Yonghwa tetap saja tidak bisa mendengarnya.
“Yah!”
Yonghwa merasa gusar karena melihat Seohyun menunduk dan tersenyum malu.
“Apa hyung merayunya?”
Tanpa Yonghwa tahu, seseornag memperhatikannya dari beranda kamarnya. Seseorang yang juga memperhatikan Seohyun dan Jungmo.
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Mulut Aranetta membentuk huruf O karena ucapan Jungmo. Jungmo melihat saat Seohyun memeluk Yonghwa dan meminta Yonghwa menemaninya belajar.
“Kenapa Aranetta sampai tidak tahu ya?” gumam Aranetta heran pada dirinya sendiri
“Oppa..melihatnya?” cemas Seohyun yang dibalas anggukan dari Jungmo
“Bagaimana ini..” gumam Seohyun semakin cemas
“Jadi benar.”
“Ehm? Maksud oppa?”
“Jadi benar kau menyukainya. Jung Yonghwa.”
Seohyun mengalihkan pandangannya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sekalipun mereka cukup dekat, bukan berarti Seohyun bisa menceritakan tentang perasaannya. Tapi tanpa dijawab pun, Jungmo sudah mendapat jawabannya.
“Kenapa harus Yonghwa, Seohyunnie?”
Jungmo tersenyum perih saat Seohyun menatapnya kebingungan.
“Kenapa harus Yonghwa lelaki yang kau cintai? Kenapa bukan aku?”
“Oppa..” Seohyun tersenyum polos “Oppa kenapa?”
“Kau tidak tahu?” Jungmo mengehla nafas panjang
“Aku mencintaimu, Seohyun.”
Aranetta menutupi telinganya. Ia tidak tega melihat manusia dengan ekspresi sedih seperti itu.
“Sejak aku mengenalmu, aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Aku ingin dekat denganmu dan memilikimu.”
“Oppa, aku..”
“Biarkan aku menyelesaikan apa yang ingin kukatakan.”
Seohyun mengangguk “De.”
“Aku ingin kau mencintaiku. Tapi itu tidak mudah. Kau dekat dengan Jinwoon, Junsu.. dan seseorang yang selalu kau perhatikan. Yonghwa.”
Seohyun menatap Jungmo tidak percaya “Oppa..tahu?”
“Ehm. Meskipun aku sering mengingkarinya. Aku percaya aku akan bisa merebut hatimu. Tapi..tidak lagi sekarang. Aku tahu kau memang mencintainya dan kalian seharusnya bersama. Yonghwa..”
Jungmo menghentikan ucapannya. Ia hampir saja kelepasan bicara. Biar bagaimana, Yonghwa sendiri yang harus mengatakan pada Seohyun.
“Maksudku..Yonghwa anak yang baik. Ia pasti bisa menjagamu.”
Seohyun tersenyum “Tapi ia tidak mencintaiku oppa. Ada orang lain yang ia cintai. Seseorang yang sempurna.”
“Apa?” Jungmo mengerling tidak mengerti tapi ia kemudian mengacuhkannya
“Seohyun-ah..untuk sekali ini.. Bolehkah aku memelukmu?”
“Ehm? Maksud oppa a..”
Aranetta sudah menggerakkan jarinya untuk menghalangi Jungmo. Tapi terlambat. Jungmo sudah memeluk Seohyun. Aranetta juga ingin menghalangi pandangan Yonghwa. Tapi ia juga terlambat. Yonghwa sudah melihatnya dan kini Yonghwa sudah berlalu dari tempatnya.
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Yonghwa mendudukan dirinya di anak tangga dan menyandari jeruji pembatas. Ia memandangi kertas partitur di tangannya yang seolah sedang menertawakan kebodohannya.
“J. J itu Jungmo.”
Yonghwa tertawa miris “J, Yonghwa. Bukan Y. Bukan kau yang Seohyun cintai.”
Yonghwa meremas kertas partiturnya dan melemparnya dengan asal. Seseorang memungut kertas itu dan kemudian duduk di samping Yonghwa.
“Hei.”
Yonghwa menatap aneh gadis itu “Ehm? Ada apa, Gyuri?”
“Ini milikmu.” Ujar Gyuri setelah merapikan kembali gumpalan kertas partitur
Yonghwa menangkis tangan Gyuri pelan “Itu sampah. Kalau kau tidak keberatan, tolong buang.”
Gyuri membaca isi kertas itu. Ia cukup mengerti tanpa Yonghwa jelaskan.
“Ini lagu untuknya?”
Yonghwa tidak menjawab. Pertanyaan Gyuri baginya hanya sebuah ledekan.
“Kau salah paham. Mungkin yang terjadi tidak seperti yang kau pikirkan. Aku melihatmu mengintip Seohyun dan Jungmo oppa.”
Yonghwa menjadi salah tingkah. Tapi Gyuri tidak mempedulikannya. Itu tidak penting sekarang.
“Kurasa ini sama saja seperti salah paham antara kau dan aku.”
“Apa?”
“Seohyun berpikir kau menyukaiku.”
“Hah?”
“Tsk. Ini semua karena Junsu. Kau harus tahu kalau Seohyun itu tidak mencintai siapapun selain kau.”
Yonghwa tertawa miris “Kau tidak perlu menghiburku.”
“Yah! Percaya padaku, Yonghwa. Seohyun hanya mencintaimu.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @
“Maaf, oppa. Aku..”
“Tidak. Kau tidak perlu minta maaf. Hmm..mulai sekarang aku akan menganggapmu adik. Kedengarannya itu lebih menarik.” Kata Jungmo setengah bercanda
Seohyun tersenyum singkat “De. Terima kasih, oppa.”
“Aish..jangan begitu. Ah aku jadi kasihan dengan Jinwoon.”
“Jinwoonie? Kenapa?”
“Ia pasti juga akan patah hati sepertiku. Apalagi karena kakaknya sendiri.”
Seohyun memberi tatapan tidak mengerti pada Jungmo. Tapi beberapa detik kemudian ia tertawa.
“Jinwoon?”
“Hei..kenapa kau tertawa begitu?”
“Oppa..Jinwoon itu memang sedang jatuh cinta pada seseorang. Ah setidaknya itu yang kulihat. Meskipun ia juga sering mengingkarinya. Tapi gadis itu bukan aku.”
“Apa? Benarkah?” kaget Jungmo
Aranetta menolengkan kepalanya. Ia memikirkan ucapan Seohyun.
“Ah!”
Aranetta terkikik sendiri “Nicole unnie? Kenapa Aranetta tidak menyadarinya?”
“De. Tapi aku tidak bisa memberitahukan pada oppa.”
“Yah! Aku tidak peduli dengan anak tinggi itu.” Jungmo tertawa ringan
“Hmm..Seohyun-ah..sepertinya aku harus kembali ke kamar sekarang. Terima kasih sudah mau mendengarkanku.”
Seohyun mengangguk.
“Ah ya. Mungkin gadis akan terlihat aneh jika menyatakan perasaannya dulu. Tapi tidak akan aneh jika ia sekedar menunjukkan perasaannya.”
“Ehm?”
“Yonghwa perlu melihat kalau kau juga mencintainya.”
Aranetta mengangguk setuju “Oppa itu ternyata baik ya. Dan tampan..hihi.”
Seohyun memandangi punggung Jungmo. Ia merasa apa yang diucapkan Jungmo ada benarnya. Tidak apa jika Yonghwa tidak mencintainya. Tapi Yonghwa perlu tahu tentang perasaannya.
“Unnie harus menemui oppa. Oppa itu tidak ada apa-apa dengan Gyuri unnie.”
Aranetta lalu terbang memasuki asrama untuk mencari Yonghwa. Setelah menemukan Yonghwa yang terlihat seperti orang depresi sedang duduk di tangga, Aranetta kembali. Dengan kekuatannya, Aranetta membuat Seohyun berjalan ke tangga tempat Yonghwa duduk. Tapi Aranetta terkejut karena melihat Gyuri juga ada di tempat itu.
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
“..mencintaimu.”
Seohyun menghentikan langkahnya saat mendengar kata itu meluncur dari mulut Gyuri. Ia tersenyum pedih.
“De. Tentu saja Gyuri unnie mencintai oppa.”
“Aah..unnie..bukan seperti ini. Kenapa manusia tidak bisa mendengar jelas seperti malaikat sih?!”
Seohyun ingin kembali ke kamarnya. Tapi Aranetta menahannya. Ia sama sekali tidak bisa berpindah dari tempatnya yang hanya berjarak beberapa meter dari tangga.
“…mencintaimu.”
Seohyun tersentak mendengar satu kata yang diucapkan Yonghwa. Ia menunduk dan air matanya mengalir sendiri.
“…mencintaimu.”
Seohyun semakin menangis karena sekali lagi mendengar Gyuri mengatakan kalau ia mencintai Yonghwa. Membuat Aranetta menjadi panik. Ia lagi-lagi menggerutu tentang bagaimana kurangnya pendengaran manusia.
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
“Seohyun itu mencintaimu, Yonghwa.”
Yonghwa memandangi Gyuri lama. Ia tidak tahu kenapa gadis itu begitu ingin mengerjainya. Begitu pikir Yonghwa.
“Tidak mungkin. Jangan bercanda, Gyuri. Ini sama saja dengan aku bilang kalau Junsu mencintaimu.”
Gyuri terlihat geram “Junsu itu memang mencintaiku.”
“Apa?!”
“Tsk. Kami sudah berpacaran sejak di sekolah. Tingkahnya yang sembarangan padaku membuat kami tidak seperti pasangan kekasih. Aish..bahkan ia meledekku dengan mengatakan kau menyukaiku di depan orang lain. Dasar gila.”
Yonghwa tertawa “Ya, kau benar. Junsu gila.”
Aranetta ingin sekali memukul kedua manusia itu karena malah asyik mengobrol sementara Seohyun menangis.
“Oppa!”
Aranetta membuat Gyuri memukul kepala Yonghwa. Yonghwa sempat mendelik pada Gyuri tapi kemudian Gyuri menjelaskan kalau ia juga tidak tahu kenapa tangannya bergerak sendiri.
“Aish..pasti hantu itu lagi.”
“Hantu? Yah! Kau bicara apa, Yonghwa?”
“Hantu.” Yonghwa memandang ke sekelilingnya “Mereka pasti…”
Ucapan Yonghwa terhenti saat bertemu pandang dengan Seohyun. Ia melihat Seohyun mengusap air matanya dan kemudian berlari dari tempatnya tadi.
“Seohyun. Kenapa ia menangis? Ini pasti karena Jungmo hyung.”
“Arrgh!” Aranetta mengacak-aacak rambutnya kesal
“Ini karena oppa! Ayo oppa kejar unni!”
Aranetta menggunakan kekuatannya agar Yonghwa bangkit dan mengejar Seohyun. Meninggalkan Gyuri yang keheranan pada tingkah Yonghwa.
“Hah..semoga mereka segera bisa bersama.”
Aranetta mengangguk setuju pada ucapan Gyuri “Sebentar lagi, unnie. Tenang saja.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Pengaruh kekuatan Aranetta pada Yonghwa telah hilang. Ia tidak lagi mengejar Seohyun karena memang ia tidak bisa menemukan gadis itu. Ia memutuskan untuk kembali ke kamar dan beristirahat. Berlari mondar-mandir mengelilingi asrama membuat tenaganya habis.
“hyung!”
Yonghwa terlonjak kaget. Jinwoon duduk di tempat tidurnya sambil memberi tatapan garang.
“Wae? Kenapa kau kemari? Dan..yah! Ada apa dengan tampangmu itu?”
Jinwoon melempar bantal dan guling bertubi-tubi untuk menyerang Yonghwa. Sepertinya ia telrihat marah.
Aranetta yang juga berada di kamar itu menjadi heran “Oppa ini kenapa?”
“Aish..berani-beraninya ia menyakiti Seohyunnie. Kenapa malah berkencan dengan Gyuri di dalam asrama?!”
“Eeh?? Bukan begitu! Oppa tidak berkencan dengan..”
“Yah!” Yonghwa balas melempar pada Jinwoon “Kau ini kenapa?!”
“Kenapa hyung membuat Seohyun menangis?!”
Yonghwa terdiam di tempatnya dengan tampang tidak mengerti.
“Aku?”
“Iya. Siapa lagi.”
“Aku tidak melakukan apapun. Yah! Yang membuat Seohyun menangis itu Jungmo hyung, bodoh!”
“Jungmo hyung apa?! Yang berduaan dengan Gyuri noona itu hyung, bukan Jungmo hyung! Yang Seohyunnie cintai itu hyung, bukan Jungmo hyung!”
“Yah! Aku tidak berkencan dengan Gyuri! Aku ini hanya mengobrol dengannya! Dan yang dicintai Seohyun itu..”
Yonghwa tersadar. Ia merasa ada yang aneh dengan ucapan adiknya.
“Kau bilang apa tadi?”
“Apa? Hyung berkencan dengan..”
“Aish! Bukan itu! Kau bilang Seohyun menyukai siapa?”
“Tsk. Tentu saja hyung. Siapa lagi.”
Yonghwa lantas memaksa Jinwoon menjelaskan padanya. Seohyun bersahabat dengan Jinwoon. Ia sering bercerita kalau ia mencintai kakak Jinwoon itu. Juga kalau ia berpikir Yonghwa mencintai Gyuri. Baru saja Seohyun juga bercerita padanya kalau ia melihat Yonghwa dan Gyuri berduaan. Aranetta memperhatikan kakak beradik di hadapannya dengan takjub. Bukan hanya Yonghwa, ternyata Jinwoon juga mempermudah tugas Aranetta. Dan sebelumnya Gyuri juga mempermudah tugasnya.
“Aish.. bagaimana bisa Seohyun berpikir seperti itu? Ini gara-gara Junsu..”
“Junsu hyung? Maksud..”
“Katakan, dimana Seohyun sekarang?”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Yonghwa berlari terburu-buru sambil sesekali membenarkan letak guitar casenya. Sampai-sampai membuat heran Gyuri dan Junsu yang berpapasan dengannya. Yonghwa yang tadinya mengacuhkan mereka, berlari mundur ke belakang.
“Gyuri!” Yonghwa mengatur nafasnya “Kertas!!”
Junsu dan Gyuri saling berpandangan heran.
“Partitur!”
Gyuri mengangguk mengerti. Ia mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Yonghwa merebut kertas itu dan langsung berlari.
“Terima kasih!” teriak Yonghwa dari jauh
Junsu menoleh pada Gyuri.
“Wae?” ketus Gyuri
Junsu terkekeh “Sepertinya kalian sudah berteman sekarang.”
“Tsk. Kami ini memang berteman, bodoh. Hanya saja sekarang tidak canggung seperti dulu.”
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Yonghwa berusaha mengatur nafasnya. Berlari dan menaiki tangga sampai di roof top bangunan dengan enam lantai itu bukan hal mudah baginya. Tapi saat melihat Seohyun, rasa lelah Yonghwa hilang begitu saja.
“Seo Joohyun.”
Seohyun menoleh. Ia terkejut melihat Yonghwa ada di tempat itu. Yonghwa menghampirinya dan bersandar pada tembok pembatas.
“Oppa?”
“Aku dan Gyuri tidak ada hubungan apa-apa. Aku juga tidak menyukainya. Kami ini hanya teman.”
Seohyun menatap Yonghwa dengan bingung. Ia masih mencoba ucapan Yonghwa.
“Yah! Aku ini mencintaimu. Bukan Gyuri.”
“A..apa?”
“Seo Joohyun!”
Yonghwa memegangi bahu Seohyun dan menatap mata Seohyun dalam.
“Aku, Jung Yonghwa yang tidak pernah membaca buku dan selalu bermain game, mencintai gadis sempurna bernama Seo Joohyun.”
“O..oppa..apa?!”
Yonghwa menarik Seohyun ke pelukannya “Katakan kalau kau juga mencintaiku.” Bisik Yonghwa
Seohyun masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Tapi ia kemudian mengangguk dengan sendirinya untuk menjawab pertanyaan Yonghwa.
@ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @
Seohyun duduk diantara kaki Yonghwa. Ia bersandar pada dada Yonghwa. Sementara Yonghwa memeluk Seohyun dari belakang dan menyandarkan dagunya pada bahu Seohyun. Sesekali ia memainkan rambut gadis itu.
“Kau menyukai laguku?”
“Love light. De..sangat indah. Terima kasih oppa.”
“Untuk apa? Aku memang ingin membuatnya untukmu.”
“De. Hmm..aku tidak menyangka kalau akan memiliki Jack.”
“Jack?”
“Jack. Aku biasanya menyingkatnya menjadi J.”
Yonghwa menegakkan kepalanya. Ia mulai menyadari sesuatu.
“J itu Jack?”
“De.”
“Jack itu aku?”
“De. Kenapa oppa seperti kaget begitu?”
“Ah? Rr..tidak.” Yonghwa tidak mau Seohyun tahu ia pernah membaca buku hariannya
“Kenapa kau menyebutku Jack?”
Seohyun tertawa lagi “Jack Sparrow.”
“Jack Sparrow?!” Yonghwa melepas pelukannya pada Seohyun “Yah!”
Seohyun memutar tubuhnya agar menghadap Yonghwa. Ia kemudian tersenyum polos.
“Kenapa oppa? Jack Sparrow itu keren. Karena Johny Depp yang memerankannya. Hehe..”
“Omo! Hyun..aku tidak pernah mengerti isi kepalamu.”
“Oh ya? Setidaknya otakku berisi bukan? Tidak seperti..”
Seohyun memandangi kepala Yonghwa untuk meledek. Ia buru-buru berlari sebelum Yonghwa menangkap dan ‘menghukumnya’.
“Oppa! Aah..ummaa!”
“Yah! Lihat saja nanti..Kapten Jack akan menangkapmu, Hyun!”
Dan mereka berkejeran di atap asrama dengan langit senja menjadi latarnya. Pemandangan yang menarik bagi Aranetta. Ia tersenyum puas. Sekali lagi, tugasnya berakhir dengan sempurna.
“Yah..meski oppa lebih banyak bekerja sendiri daripada Aranetta..tapi tetap saja Aranetta membantu, iya kan?”
Aranetta terbang mengitari kedua manusia itu dan ikut tertawa riang. Tanpa Aranetta tahu, satu sosok sedang mengawasinya. Sosok yang selalu mengikuti Aranetta sejak ia memasuki asrama itu.
End of part 2 –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar