Senin, 28 November 2011

Clandestine – chap 8a

prolog chap 1a -chap 1b – chap 2a – chap 2b – chap 3a – chap 3b – chap 4a – chap 4b– chap 5a – chap 5b – chap 6a – chap 6b – chap 7a – chap 7B
Main characters:
  • CN Blue
  • Yoona SNSD
  • Seohyun SNSD
  • Hyuna 4minute
  • Krystal f(x)
Others:
  • TOP BigBang
  • 2pm
  • Victoria f(x)
  • Siwon SuJu
  • Lizzy After School
  • Jiwoon (Ocs)
  • Changmin DBSK
Genre: family, romance, friendship, angst
Rate: PG 15
Setelah menyelesaikan urusan perawatan CN Blue, Victoria dan Changmin memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit. Setidaknya mereka butuh secangkir kopi untuk mengusir kantuk mereka karena semalaman tidak tidur.
“Noona, kau tahu..aku agak merasa bersalah pada mereka.”
Victoria menyesap kopinya “CN Blue?”
“De..dan juga Junho. Yah..keadaan mereka..noona tau sendiri maksudku.”
Victoria tidak menjawab. Ia juga merasa bersalah dan juga khawatir sebenarnya. Tapi sekali lagi, ia adalah tipe wanita yang realistis. CN Blue ‘bersedia’ terlibat dalam kasus ini. Itu artinya mereka harus menerima segala resiko yang terjadi, termasuk terluka parah seperti sekarang. Dan Junho? Ini adalah resiko dari pekerjaan yang dipilihnya bukan?
“Terlebih pada Kang Minhyuk. Mendengar penjelesan dokter satu jam lalu, membuatku dihantui perasaan buruk.” Kata Changmin lagi
Keduanya terdiam. Entah terlalu lelah atau memang tidak tahu apa yang harus dibicarakan lagi. Mengingat Victoria tidak menanggapi kecemasan Changmin. Dering ponsel Victoria memecah keheningan. Tertulis nama Seunghyun di layar ponselnya. Wanita itu seperti tersadar, karena ia sempat melupakan masalah penangkapan Seungwon.
“De? Kau berhasil?” tanya Victoria to the point
Changmin mengernyit “Seunghyun hyung?” bisiknya, dibalas dengan anggukan dari Victoria
“Ah..Seungwon tertangkap. Sudah kuduga. Baguslah.”
“Seungwon tertangkap?” tanya Changmin penasaran
Victoria tidak merespon. Sedikit terganggu dengan sikap Changmin.
“Mereka..mm..yah kau bisa melihatnya sendiri nanti.”
“Noona?” tanya Changmin lagi tidak sabar
“Aku tahu. Selesaikan pekerjaanmu, Seunghyun. De.”
Victoria memasang tampang galak setelah mematikan sambungan teleponnya dengan Seunghyun.
“Changmin-ah.”
“De?”
“Aku akan mengatakan padamu setelah menutup telepon, jadi kenapa kau begitu berisik hah?”
“Rr..noona, aku hanya.. Ah! Apa yang dikatakan Seunghyun hyung?”
“Setengah jam lalu Seungwon berhasil dilumpuhkan. Hm..aku tidak menyangka untuk menangkapnya membutuhkan waktu selama ini.”
Changmin mengangguk paham “Lalu dimana hyung sekarang?”
“Kantor pusat NIS. Ada yang harus ia selesaikan tentang penangkapan Seungwon. Mungkin ia baru bisa kesini satu atau dua jam lagi.”
“Mm..begitu. Bicara tentang tindakan lanjut penangkapan..bagaimana dengan Horvejkul?”
Victoria meletakkan cangkir kopinya yang telah kosong “Itu yang akan kukerjakan sekarang.”
“Eh? Maksud noona?”
“Karena mengurusi CN Blue dan Junho, aku meninggalkan pekerjaanku. Aku meminta agen NIS untuk mengurusnya dulu sementara aku menyelesaikan masalah disini. Jadi setelah operasi Minhyuk barusan, kurasa aku harus segera kembali ke kantor.”
“Apa? Lalu bagaimana denganku?”
“Kau tahu apa maksudku, Changmin-ah. Kau tinggal disini, pastikan mereka aman. Mengerti?”
“Tapi noona..”
“Kudengar tidak ada yang perlu kau kerjakan di kantor, jadi tinggallah disini. Aku akan meminta izin pada Siwon.”
Jika Victoria sudah menyebutkan hal itu, berarti Changmin tidak lagi memiliki alasan tepat untuk menolak. Bukan tidak mau, Changmin hanya tidak suka berada di rumah sakit karena tak ada yang bisa ia kerjakan.
“Mengerti?” tanya Victoria lagi, sekedar menggoda
Changmin mengangguk lemas “De.”
==================================================================================
Setengah melempar, Hyuna menunjukkan beberapa lembar foto ke meja kerja seorang polisi yang berjaga. Ya, ia memutuskan untuk melaporkan, atau lebih tepatnya membalas dendam. Sebelum pemakaman ayahnya, ia meninggalkan rumah yang ramai para tetangga yang ikut berbela sungkawa. Tidak peduli dengan pemikiran orang-orang, ia hanya ingin memberi pembalasan pada orang yang telah membunuh ayahnya, sebelum nisan beliau dipasang.
“Aku ingin melaporkan pembunuhan.”
Polisi itu meneliti lembaran foto dari Hyuna. Beberapa foto yang Hyuna dapat bersama jenazah ayahnya dan yang ia cetak dari ponselnya.
“CN Blue. Mereka yang melakukan pembunuhan dan perampokan selama ini. Ya, seperti dugaan kepolisian.”
Seperti mendapat harta karun berharga, polisi itu tersenyum senang.
“Kau mengenal mereka, nona?”
Hyuna tersenyum licik “Tidak. Tapi aku tahu salah satu dari mereka.”
“Ini..” Hyuna menunjuk lembaran foto di tangan kanan polisi
“Namanya Lee Jungshin. Putra tunggal pemilik Hyungsan, corp.”
Polisi tersebut terkejut mendengarnya. Tentu ia tahu siapa yang Hyuna bicarakan.
“Orang ini..yang membunuh ayahku semalam.”
Polisi itu terkejut sekali lagi. Karena Hyuna mengatakan hal itu dengan ekspresi datar, bukan histeris atau apa..seperti sewajarnya. Bukan karena tidak berduka sebenarnya, hanya saja tidak ada lagi air mata yang Hyuna bisa keluarkan. Dan lagi, kebenciannya telah menutupi rasa sedihnya.
“Kurasa untuk sekedar mencari tiga lelaki lainnya bukan hal yang sulit bagi kepolisian. Benar bukan?”
Polisi itu tersenyum “Tentu. Dengan foto tiga lelaki lainnya, kami bisa melacak identitas dan keberadaan mereka sekarang.”
“Bagus. Tangkap mereka terutama Lee Jungshin dan segera adili. Atau..aku sendiri yang akan mengadilinya dengan membuatnya..mati.”
==================================================================================
Yonghwa menyandarkan punggungnya di dinding luar ruang rawat Minhyuk. Dokter mengatakan padanya kalau Minhyuk mengalami luka yang sangat parah. Dua peluru yang ditembakkan Nichkhun, melukai jantungnya. Satu jam lalu, setelah operasi dijalankan, kondisi Minhyuk semakin lemah. Butuh waktu yang tidak singkat untuk memulihkannya. Ditambah benturan keras di kepalanya, yang melukai pusat syarafnya yaitu otak kecilnya. Tidak sampai 10% kemungkinan Minhyuk dapat kembali pada kondisi normal. Kasarnya, Minhyuk akan cacat karena pusat syarafnya terganggu.
“Apa yang harus kukatakan pada orang tua Minhyuk?”
Inilah yang selalu dicemaskan Yonghwa. Minhyuk memiliki keluarga yang harmonis. Orang tua Minhyuk begitu menyayangi dan mempercayai Minhyuk. Dengan keadaan Minhyuk yang seperti sekarang ini, bagaimana ia harus menjelaskan pada mereka? Dan yang lebih membuatnya cemas, adalah jika Minhyuk benar-benar tidak bisa kembali seperti dulu.
“Hyung.” Panggil Jonghyun yang baru keluar dari ruangan Minhyuk, masih dengan kursi roda
“Jangan  khawatir. Minhyuk pasti baik-baik saja.” Kata Jonghyun lagi, seolah mengerti kekhawatiran Yonghwa
Yonghwa mengangguk dan tersenyum kecil “Tentu Minhyuk akan baik-baik saja. Kembalilah ke ruanganmu. Kau juga perlu banyak istirahat.”
Jonghyun menurut, meski sebenarnya ia tidak mau kembali karena ingin menjaga Minhyuk. Ia memutar jeruji kursi rodanya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya menarik tiang penyangga infusnya. *lol, author ga tau namanya
Yonghwa melihat lagi ke dalam ruangan Minhyuk lewat kaca kecil di pintu. Wajah temannya itu terlihat sangat pucat. Di samping tempat tidur Minhyuk, Jungshin tertidur di sofa. Jungshin bersikeras untuk menjaga setelah Minhyuk dioperasi. Yonghwa mengizinkannya, mengingat luka Jungshin tidak begitu parah.
Lamunan Yonghwa terhenti begitu ia mendengar dering ponselnya. Sedikit kesulitan karena tangan kanannya terluka, ia mengambil ponselnya dari saku kiri.
“Krystal?”
Yonghwa mendesah. Ia lupa menghubungi adiknya itu. Jika ia menghubungi lebih awal, setidaknya ia bisa mengarang sebuah kebohongan.
“Ehm? Ada apa Krystal?”
“Ada apa? Aish..oppa masih bertanya ada apa?”
Yonghwa tertawa bodoh. Tidak pulang dan tidak memberi kabar sama sekali pada Krystal. Dan sekarang ia bersikap seolah semuanya baik-baik saja, tentu membuat Krystal semakin marah.
“Maaf Krystal. Aku..rr..”
“Oppa tahu, aku bahkan tidak masuk sekolah karena khawatir padamu. Dan sekarang oppa.. Aish..seharusnya aku masuk tadi!”
“Ya! Kau membolos? Kenapa kau membolos? Kau menungguku?”
“Tentu aku menunggumu. Oh astaga..kenapa aku harus memiliki kakak sepertimu?”
Yonghwa tersenyum. Saat berkelahi dengan kelompok Taecyeon, sempat terpikir olehnya bahwa sekalipun ia mati malam itu, tidak akan ada yang menangisi atau menyesali kepergiaannya. Yonghwa lupa, bahwa ia masih memiliki adik yang menyayanginya. Meski Krystal menunjukkannya dengan cara yang tidak wajar.
“Oppa? Hello? Are you deaf or something?”
“Ya!”
Yonghwa tersenyum lagi. Ya..adiknya itu memang selalu bersikap berbeda dari sikap seorang adik pada umumnya.
“Maaf. Kau tidak perlu mengkhawatirkan oppa. Aku akan segera pulang..mm..mungkin.”
“Mungkin? Hei..oppa ada dimana sekarang? Aku akan menyeretmu pulang sekarang juga.”
“Aku..”
Yonghwa terdiam. Ia tidak mungkin berbohong. Pada akhirnya Krystal akan tahu masalah ini, tidak peduli sekarang atau nanti. Dan berbohong pada Krystal, hanya akan menambah masalah.
“Di rumah sakit.”
Terdengar jeda di antara mereka beberapa detik.
“Siapa?”
“Siapa?” Yonghwa mengulang pertanyaan Krystal karena ia tidak mengerti
“Siapa yang dirawat di rumah sakit? Minhyuk kah?”
Yonghwa mendengar nada cemas dari adiknya. Ah..ia sempat lupa kalau Krystal dan Minhyuk memiliki hubungan spesial sekarang, ya setidaknya itu yang ia tahu.
“Minhyuk.. Ya..salah satunya.”
Hening kembali.
“Aku akan memberitahu alamatnya. Kau..bisa kesini kalau mau.”
“Aku akan datang menjenguk oppa.”
“Dan Minhyuk?”
“Tidak. Aku tidak mau menjenguknya. Lelaki bodoh dan menyebalkan itu akan besar kepala jika aku melakukannya.”
“Ehm. Terserah kau saja.”
“Aku akan segera kesana. Annyeong.”
Klik
Yonghwa menutup kedua matanya. Rasa bersalah  dan kekhawatiran semakin menghantuinya.
“Yang kau sebut lelaki bodoh dan menyebalkan itu bahkan tidak bisa melihatmu sekalipun kau datang menjenguknya, Krystal.”
==================================================================================
“Kenapa aku tidak bisa melakukan apapun? Kenapa seluruh badanku terasa beku? Kenapa mataku tidak mau membuka?”
Jungshin terbangun. Pening akibat pukulan dari Nichkhun masih terasa di kepalanya. Ia meregangkan otot-otot lehernya yang pegal karena tidur di sofa.
“Aaaw!”
Jungshin meringis kesakitan karena tidak sengaja menggerakkan tangannya yang terluka.
“Aish..perban ini membuatku terihat bodoh.”
“Jungshin? Kaukah itu?”
Jungshin melihat ke arah Minhyuk yang terbaring di tempat tidur. Perban di tubuh Minhyuk jauh lebih banyak dari miliknya. Belum lagi yang tertutup oleh baju pasien yang Minhyuk kenakan. Menandakan luka Minhyuk tidak sebanding dengan luka ringan yang dialaminya. Dan itu..membuatnya merasa bersalah karena tidak bisa melindungi sahabatnya sendiri.
“Minhyuk-ah. Kalau aku yang memiliki otak secerdas dirimu, mungkin aku yang sekarat sekarang.” sesalnya
“Ya! Kau ini bicara apa? Jelaskan padaku kenapa seluruh tubuhku terasa mati!”
“Kau ini benar-benar.. Baiklah, soal tembakan aku bisa mengerti. Tapi..ya! Sekeras apa Nichkhun memukulmu sampai kau seperti ini hah? Apa bedanya dengan saat aku memukul kepalamu? Dasar lemah.”
“Kau bilang aku apa?! Lee Jungshin, awas saja kau nanti! Hei..kenapa aku sama sekali tidak bisa bergerak?”
“Kau tahu, semua orang mencemaskanmu. Tidak bisakah kau bangun sekarang juga?”
“Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, Jungshin-ah. Kenapa? Apa yang terjadi padaku?”
Jungshin menghela nafas panjang. Ia ingat terakhir kali mereka berempat bercanda, sebelum memulai ‘pertarungan’ dengan kelompok Taecyeon. Kalau ia tahu akan seperti ini jadinya, ia tidak akan pernah mau melakukannya. Lebih baik ia, Minhyuk, dan Yonghwa masuk penjara dibanding mereka bebas tapi salah satu terluka seperti ini.
==================================================================================
“Oppa!”
Yonghwa melihat ke ujung koridor. Krystal berlari mendatanginya namun tiba-tiba berhenti saat menyadari keadaannya.
“Kenapa oppa sampai..” Krystal meneliti luka-luka di tubuh kakaknya “..apa yang terjadi?”
Yonghwa mengajak Krystal duduk di sederet bangku untuk keluarga pasien di depan kamar Minhyuk.
“Kau mencariku di kamar tadi?”
Krystal mengangguk “Karena oppa tidak ada maka aku.. Itu tidak penting, oppa. Katakan padaku apa yang terjadi sampai oppa seperti ini? Apa tiga teman oppa yang berisik itu juga terluka?”
Yonghwa tahu apa yang sebenarnya Krystal ingin tanyakan. Tentu tentang keadaan Minhyuk. Perlahan ia menceritakan semuanya pada adiknya. Krystal berhak mendengar ini karena ia harus tahu apa yang menyebabkan Minhyuk celaka. Krystal mengalihkan pandangannya begitu Yonghwa menyelesaikan penjelasannya.
“Ruangan ini..Minhyuk ada di dalam.”
Yonghwa menunggu jawaban dari Krystal. Tapi sepertinya adiknya tidak mau bicara saat ini. Entah marah atau cemas karena Minhyuk.
“Kau tidak ingin menjenguknya?”
Krystal menggeleng. Yonghwa telah menceritakan keadaan Minhyuk, sedikit gambaran bersarang di pikirannya. Tapi tidak tahu kenapa, Krystal begitu takut melihat Minhyuk dengan matanya sendiri.
“Krystal..” Yonghwa mengusap pelan punggung adiknya
“Apa aku perlu mengantarmu?”
Krystal menggeleng sekali lagi “Aku tidak mau melihatnya.” Jawab Krystal dengan ketus
Yonghwa bangkit berdiri dan mengajak adiknya menuju pintu kamar Minhyuk.
“Minhyuk akan baik-baik saja. Ia sudah berjanji padaku untuk menjagamu. Masuklah..oppa tunggu disini.”
Krystal masih ragu. Bahkan untuk menoleh lewat kaca pintu pun ia tidak mau.
“Krystal..” panggil Yonghwa sekali lagi
Dengan berat hati, Krystal memutar knop pintu. Jungshin yang menyadari kehadiran Krystal lantas keluar dari kamar. Ia menepuk bahu Krystal, sekedar menghiburnya. Meski tidak dekat, ia bisa mengetahui kalau adik Yonghwa itu juga menyayangi Minhyuk.
Krystal berdiri terdiam di depan tempat tidur Minhyuk. Melihat lelaki yang biasa mengganggu  kini dalam keadaan diam, membuat Krystal  ingin memukulnya dan mengajaknya bertengkar.
“Apa kau sedang mengerjaiku?” tanya Krystal menunjukkan kemarahannya
“Krystal?”
“Kau terlalu banyak melihat drama, Kang Minhyuk? Hei..aku tidak akan menangisimu sekalipun kau mati. Jadi cepat bangun sekarang juga.”
“Tuhan, aku ingin melihatnya. Kenapa kau tidak mengizinkanku sekedar membuka mata?”
Tidak mendapat respon dari Minhyuk membuat hati Krystal bergetar. Ia berharap apa yang dikatakannya benar, bahwa Minhyuk sekedar mengerjainya untuk mengetahui perasaannya.
“Bangun, Kang Minhyuk. Bangun..jangan berharap aku akan..”
Mengalir. Air mata yang Krystal tahan akhirnya mengalir tanpa bisa ia cegah lagi.
“..menangisimu.”
“Tidak, Krystal. Jangan menangis. Jangan lakukan itu karena aku tidak dapat menghapusnya sekarang. Jangan, Krystal..”
“Ya! Kang Min..hyuk. Sial, kau. Kenapa kau membuatku menangis begini?”
“Krystal-ah..jangan menangis. Aku tidak bisa menjadi sandaranmu sekarang. Tuhan kenapa Kau membuatku seperti ini? Kenapa aku tidak bisa bergerak?!”
Krystal menutup bibirnya dengan kedua tangannya agar ia berhenti menangis.
“Bangun..bodoh..”
==================================================================================
Jungshin tersenyum tipis pada Yonghwa. Ia tahu Yonghwa telah menjelaskan semuanya pada Krystal.
“Seharusnya aku yang terluka. Karena sekalipun aku mati, tidak akan ada yang peduli. Benar kan hyung?”
“Jungshin-ah..”
Yonghwa menghela nafas. Itu juga yang ia pikirkan tadi. Tapi tentu itu pemikiran yang salah. Siapapun yang berada di posisi Minhyuk, perasaan sedih tetap akan menghantui mereka.
“Minhyuk akan baik-baik saja. Minhyuk akan sembuh dan memamerkan senyum polosnya pada kita. Kau mengerti?”
Jungshin menatap sang ketua dengan ragu. Dari perkataan Yonghwa sendiri, jelas ia bisa menangkap kalau Yonghwa juga meragukan hal itu.
“Ehm.” Jawab Jungshin seadanya
“Lee Junho. Bagaimana keadaannya?” Jungshin mencoba mengalihkan pembicaraan
“Ia sudah sadar setelah operasi. Begitu kata Victoria noona.”
Jungshin mengangguk “Ah, dimana Jonghyun hyung?”
“Ia..”
“Yonghwa. Jungshin.”
Jungshin dan Yonghwa menoleh pada pria jangkung yang memanggil mereka, Changmin. Yang mereka tahu sebagai rekan kerja Victoria dan Seunghyun.
“Kalian tidak beristirahat?”
“Kami..ingin menjaga Minhyuk.” Jawab Yonghwa
“Aku akan menjaganya. Kembalilah ke kamar kalian. Aku sudah meminta beberapa agen NIS menjaga kamar kalian.”
“Tapi, hyung..”
Ucapan Yonghwa terhenti ketika ia melihat sekelompok anggota kepolisian berjalan di koridor. Beberapa menuju tempat mereka, dan sisanya menuju koridor lain.
“..kenapa ada polisi?” kagetnya
“Uhm?” Changmin menoleh ke belakang
“Polisi?”
Jungshin terlihat panik “Hyung, apa yang terjadi? Kenapa ada polisi? Seunghyun bilang akan membersihakan nama kami, kenapa sekarang..”
“NIS berbohong?! Kalian mempermainkan kami?!”
“Ya! Aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Ini tidak masuk akal. Seunghyun hyung tidak mungkin menjebak kalian. Ini pasti..”
“Jung Yonghwa. Lee Jungshin. Kalian kami tahan.”
Changmin gusar. Di depan agen NIS sepertinya, seorang polisi berani menangkap orang begitu saja bahkan tanpa memberi hormat padanya.
“Aku Shim Changmin. Agen NIS. Kalian tidak berhak menangkap mereka. Karena mereka termasuk dalam wilayah kepentingan NIS.”
Polisi itu melirik Changmin dengan kesan melecehkan.
“Kami hanya menjalankan perintah.” Ia menoleh ke beberapa polisi di belakangnya “Tangkap mereka.”
Yonghwa dan Jungshin berusaha berontak. Kalau bukan karena mereka sedang terluka, tentu dengan mudah mereka melepaskan diri. Polisi semacam itu bisa mereka tangani.
“Ini kamar Kang Minhyuk?” tanya polisi itu pada Changmin
Krystal yang berada di dalam kamar Minhyuk, bisa mendengar keributan di luar. Ia menghapus air matanya dan keluar untuk melihat apa yang terjadi.
“Apa yang terjadi? Oppa?!”
Yonghwa hanya mampu menggeleng. Ia sendiri tidak tahu apa-apa.
“Ini kamar Kang Minhyuk.” Jawab polisi itu sendiri pada akhirnya
Changmin makin terlihat gusar “Sekali lagi kujelaskan. Jung Yonghwa, Lee Jungshin, Kang Minhyuk, dan Lee Jonghyun termasuk dalam wilayah kepentingan NIS. Kalian sama sekali tidak memiliki hak untuk menangkap mereka, terlebih tanpa alasan yang jelas.”
Polisi itu mengadahkan tangannya ke salah satu polisi di belakangnya. Ia menerima satu buah amplop cokelat.
“Kami memiliki surat penangkapan.” Ujarnya sambil mengeluarkan selembar kertas
“Dan ini. Bukti kejahatan mereka.” Lanjutnya lagi setelah mengeluarkan beberapa lembar foto
“Bukti-bukti ini mengarah pada mereka berempat. Khususnya Lee Jungshin.”
Yonghwa dan Jungshin saling berpandangan. Tidak percaya pada apa yang mereka lihat. Sama halnya dengan Changmin. Ia mengembalikan foto-foto itu dengan kasar.
“Hyung!” panggil Jungshin semakin panik
“Kami akan mengatasinya. Kalian tenang saja.” Putus Changmin akhirnya
Polisi itu tersenyum puas “Tangkap Kang Minhyuk.”
“Kalian tidak boleh menangkapnya!” cegah Yonghwa setengah berteriak
Changmin menghalangi polisi yang akan masuk ke ruangan Minhyuk dengan mendorongnya.
“Kang Minhyuk akan tetap disini. Kondisinya tidak memungkinkan untuk keluar dari rumah sakit. Kecuali kalau kalian ingin kami menuntut balik karena kalian berusaha menghilangkan nyawanya.” tegas Changmin
Polisi itu terlihat tidak senang. Ia kemudian menyuruh beberapa polisi untuk tetap tinggal mengawasi kamar Minhyuk. Membuat Changmin mendengus lagi.
“Ya! Apa yang kalian lakukan! Lepaskan aku! Arrgh..kakiku!”
Yonghwa bisa mendengar teriakan Jonghyun. Dan tak lama ia melihat Jonghyun berontak sekaligus berteriak kesakitan di koridor depan. Ia tidak percaya kalau polisi memperlakukan temannya yang bahkan belum bisa berjalan dengan kasar begitu.
“Kalian buta atau apa?! Lihat kondisinya!” marah Yonghwa
“Kami memperlakukan pembunuh dengan sebagaimana mestinya, Jung Yonghwa.” Kata polisi yang sedari tadi membuat Changmin kesal
“Bawa mereka ke mobil.” Lanjutnya
Yonghwa, Jungshin, dan Jonghyun kembali berontak. Tapi tentu hal itu berakhir sia-sia.
“Oppa! Ya! Jangan bawa mereka! YA!”
Krystal bermaksud berlari menyusul mereka. Tapi Changmin mencegahnya.
“Kau adik Jung Yonghwa? Jaga, Minhyuk. Sebentar lagi akan ada agen NIS yang menjaga disini.”
Changmin kemudian pergi tanpa membiarkan Krystal bicara ataupun bertanya.
==================================================================================
“Ayah Hyuna..” gelisah Jungshin
“Apa maksudmu?” tanya Yonghwa berbisik
“Di foto itu, hyung. Seolah aku seperti membunuh seseorang. Aku..aku tahu kejadian itu. Ayah Hyuna. Pria yang wajahnya tertutupi punggungku aku yakin itu ayah Hyuna.”
“Kau..membunuhnya?” tanya Jonghyun ragu
“Aku tidak membunuhnya. Situasinya tidak seperti itu. Aku.. Ayah Hyuna..jangan-jangan beliau..meninggal?!”
==================================================================================
Pemakaman telah sepi. Orang-orang yang mengantarkan kepergian ayah Hyuna telah kembali. Hanya tinggal Hyuna di depan batu nisan ayahnya. Tak ada lagi air mata. Hanya tatapan hampa yang terpancar dari kedua matanya.
“Appa lihat? Aku sudah memulai pembalasan. Sudah cukup aku bersabar pada perlakuan mereka. Dan aku akan memulai dari pembunuh appa. Aku akan membuat mereka menerima sedikit pelajaran, appa. Aku janji.”
==================================================================================
“Hyung!”
Seunghyun bisa melihat kepanikan Yonghwa ketika ia menjenguknya di penjara kepolisian.
“Kenapa bisa begini? Kalian tidak mempermainkan kami bukan?”
“Dengar, Yonghwa. Aku telah berjanji akan membersihkan nama kalian dari kasus kriminal yang kalian lakukan. Itu bukan masalah besar bagi NIS, mengingat kasus kalian bukan termasuk kejahatan tingkat tinggi. Tapi jika kalian benar-benar membunuh..”
“Hyung!” Yonghwa menggebrak meja
“Kami tidak melakukan apapun! Jungshin tidak pernah membunuh seperti yang dituduhkan padanya!”
Seunghyun cukup terkejut melihat reaksi Yonghwa yang tidak seperti biasanya. Yonghwa yang Seunghyun tahu, adalah lelaki muda yang menggunakan otaknya dalam bersikap ataupun mengambil tindakan.
“Aku tahu. Sudah kuduga ini bukan perbuatan kalian. Apa Jungshin mengatakan semuanya padamu?”
Yonghwa mengangguk. Ia kemudian menceritakan apa yang Jungshin katakan ketika sampai di sel tadi. Tentang foto dirinya yang memegang pisau dengan ayah Hyuna yang duduk di hadapannya. Jungshin bukan hendak membunuh seperti yang terlihat di foto itu. Ia justru mengambil pisau yang dimainkan ayah Hyuna agar beliau tidak terluka.
“Ini jebakan, hyung. Seseorang menjebak Jungshin. Dan foto saat CN Blue bersama Junho dan kelompok Taecyeon itu..hyung tahu yang terjadi sebenarnya!”
“Aku cukup mendengar ini. Kalian tenang, aku akan segera mengatasinya. Aku harus pergi sekarang.”
“Hyung!” cegah Yonghwa
“Tolong jaga Minhyuk.”
Seunghyun mengangguk “Changmin sudagh mengirim dua agen NIS untuk berjaga disana. Polisi tidak akan bisa berbuat apa-apa selama ada mereka. Lagipula adikmu juga ada disana. Kau tidak perlu khawatir.”
“Ah, hyung. Satu lagi. Jangan katakan apapun pada Seohyun. Aku tidak mau ia salah sangka atau mencemaskanku.”
==================================================================================
Tingkah Seohyun yang selalu tersenyum sendiri membuat Lizzy menatap Seohyun dengan aneh. Ia kenal betul sifat sahabatnya itu. Tidak mungkin Seohyun seceria ini jika bukan karena suatu hal yang memang penting baginya.
“Seohyunnie..kau membuatku ngeri.”
“Eh? Kenapa?” tanya Seohyun masih dengan senyum di wajahnya
“Nah. Itu yang membuatku ngeri. Kau tersenyum sendiri sejak tadi pagi.”
Seohyun terlihat tidak peduli. Ia kembali membalik-balik majalah yang (sepertinya) sedang dibacanya.
“Benarkah?”
“Katakan padaku.”
“Apa?”
“Ayolah. Aku bukan mengenalmu sehari dua hari. Jadi ceritakan padaku apa yang membuatmu senang seperti ini.”
“Lizzy-ah..kau ini bicara apa.”
Lizzy merebut majalah dari tangan Seohyun. Ia tahu sahabatnya itu tidak benar-benar sedang membaca.
“Apa ini karena seorang lelaki? Ah! Apa ini tentang lelaki yang dulu kau sebut malaikat pelindungmu itu?”
Seohyun tersentak. Ia tidak menyangka Lizzy masih mengingat sosok Yonghwa yang ia sebut sebagai malaikat pelindungnya, penolongnya.
“Rr..itu..”
“Aah..jadi benar.” Lizzy tersenyum jahil
“Jadi kau sudah dekat dengannya sekarang? Good job, baby. Ceritakan padaku. Siapa namanya, dimana ia tinggal, bagaimana hubungan kalian, dan..hei! Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku dari dulu?!”
“Dimana ponselku tadi..” gumam Seohyun mencoba mengalihkan pembicaraan
“Ya! Ya! Seohyun-ah..cepat ceritakan padaku atau aku benar-benar marah padamu.”
Seohyun mendengus. Lizzy selalu bisa membuatnya kalah dengan ancaman-ancamannnya yang kurang masuk akal.
“Apa?” tanya Seohyun menyerah
“Apa lelaki itu tampan?”
“Mm..tampan. Aku menyukai caranya tersenyum. Juga caranya menatap. Tajam.”
“Eei..” Lizzy menyikut Seohyun dan kembali tersenyum jahil
“Siapa namanya? Apa ia seorang mahasiswa? Apa ia juga mahasiswa Seoul National University?”
Seohyun menggeleng “Ia bukan teman kampus kita. Mm..mahasiswa Yonsei University. Namanya mm..lupakan. Kau tidak perlu tahu namanya.”
Seohyun tidak mau Lizzy mengetahui tentang Yonghwa. Ia khawatir jika nantinya Lizzy tahu kalau Yonghwa adalah pemimpin CN Blue.
“Ya! Siapa namanya? Jangan membuatku mencari tahunya sendiri.”
“Maksudmu?”
Lizzy menimang-nimang ponsel Seohyun “Kau tentu menyimpan nomernya bukan?”
Seohyun menggeleng santai. Ia memang menyimpan nomer Yonghwa. Tapi bukankah ponselnya dilengkapi security code? Mana mungkin Lizzy dapat membuka menu ponselnya jika Lizzy tidak tahu password yang digunakan Seohyun. Dan ia tersenyum puas saat Lizzy tidak berhasil membukanya.
“Aish.. Cepat ceritakan padaku, Hyunnie. Aku bisa mati penasaran!”
Seohyun menggeleng lagi.
“SEOHYUN-AH!”
“Ya!” Seohyun menutupi telinganya “De..de.. Namanya Jung Yonghwa.”
“Jung Yonghwa? Kyaa…dari namanya saja sudah keren!”
Seohyun hanya bisa menggeleng heran pada tingkah sahabatnya.
“Jadi apa Yonghwa sudah menyatakan cintanya padamu? Ah atau jangan-jangan kalian sudah..”
“Tidak. Maksudku..aku belum memberinya jawaban.”
“Benarkah? Jadi  ia sudah menyatakan padamu? Uwaaa! Daebak! Ya! Kenapa kau tidak segera menjawabnya?”
“Mm…karena ia sendiri yang memintanya. Besok, jika aku juga mencintainya aku harus datang ke taman kota.”
“Dan dari caranya menyatakan cinta padamu, aku yakin 100% Yonghwa sangat keren!”
“Menurutmu..aku harus bagaimana?”
“Kau mencintainya?”
Seohyun mengangguk
“Kalau begitu kau harus datang!”
“Tapi bukankah kau dulu..seingatku dulu kau tidak suka kalau aku memikirkan tentang malaikat pelindungku itu.”
“Karena dulu kupikir ia hanya mempermainkanmu. Tapi melihatmu bahagia begini aku yakin ia bisa menjagamu. Seohyun-ah..kau sudah besar.”
“Astaga..kau terdengar seperti ibuku.”
“Kalau kau tahu siapa adik Yonghwa, kau pasti mati-matian menyuruhku menolaknya. Dasar Lizzy..”
“Hmm..kemana remote televisimu? Sebentar lagi drama Wonbin oppa dimulai.”
==================================================================================
“Kim Hyuna. Gadis ini yang melaporkan CN Blue.”
Seunghyun  mengangguk. Dari lembaran foto yang polisi sebut sebagai bukti kejahatan, ia sudah tahu kalau yang melaporkan adalah gadis yang dilihatnya memergoki aksi CN Blue beberapa malam lalu.
“Ini bukan masalah besar. Aku bisa mengatasinya. Kau dan Victoria tidak perlu memikirkan masalah ini.”
“Maksud hyung? Hyung sendiri yang akan menyelesaikannya?”
Seunghyun mengangguk. Changmin dan Victoria membalas anggukan Seunghyun dengan tatapan tidak senang.
“Seunghyun-ah..aku dan Changmin sudah terlibat. Dan kasus mereka ada hubungannya dengan kasus kita sebelumnya. Jadi kami hanya akan berhenti jika kasus ini benar-benar selesai.”
“Tidak, Vic. Aku bisa mengatasinya sendiri. Kalian tidak mau aku dipanggil Siwon karena membuat dua bawahannya menelantarkan tugas utamanya. Horvejkul dan kasus mafia masih menunggumu. Ingat itu, Vic.”
“Itu Victoria noona. Aku tidak memiliki tu..”
“Dan kau Changmin. Kudengar kau dipanggil Siwon siang tadi. Siwon memberi pekerjaan lagi bukan? Jangan berpikir aku tidak tahu.”
Changmin mendengus. Ia pikir Seunghyun tidak mengetahui hal itu. Mengingat Seunghyun sibuk seharian ini.
“Tapi hyung sendiri juga masih harus mengurusi kasus Seungwon..” protes Changmin
“Nah, aku akan segera menyelesaikannya. Seperti rencana awal. Aku akan menyerahkan kasus Seungwon pada NTS. Dan menyerahkan kasus Taecyeon ke polisi. Di foto yang diserahkan Kim Hyuna itu, tertangkap kelompok Taecyeon. Karena polisi tidak bisa melacak identitas mereka, maka mereka hanya melimpahkan kesalahan pada CN Blue. Mereka akan tutup mulut setelah aku menyerahkan Taecyeon dan kawan-kawannya, kecuali Horvejkul.”
“Lalu? Kau pikir polisi akan menerimanya begitu saja? Berita pembunuhan CN Blue sudah menyebar. Mulai dari sore ini mereka sudah mengumumkan bahwa CN Blue lah pelakunya. Kau tahu, bahkan mereka menyebutkan identitas mereka. Mereka akan tetap menuduh CN Blue dan menggiring CN Blue sampai ke pengadilan, Seunghyun. Karena dulu mereka juga telah menuduhkan pada CN Blue. Kecuali jika mereka ingin semakin kehilangan nama di mata masyarakat.”
“Apa? Sial..”
“Benarkah noona? Pengadilan belum dimulai dan mereka seenaknya saja mempublikasikan?”
Victoria mengangguk “Kau lihat Seunghyun? Mungkin ini tidak sulit, tapi ini juga tidak sesederhana yang kau pikirkan.”
“Hmm..tidak masalah, Vic. Aku akan memastikan mereka menarik kembali ucapannya.”
==================================================================================
“Kau..kau bilang siapa nama lelaki itu, Hyunnie?”
Lizzy dan Seohyun sama-sama terpaku mendengar berita yang disiarkan televisi. Berita yang menayangkan pernyataan kepolisian mengenai kasus pembunuhan dan perampokan yang selama ini menghantui Seoul. Dan..mereka mengatakan bahwa CN Blue lah pelakunya. Hanya perlu menunggu keputusan pengadilan mengenai kejahatan mereka.
“Ya! Kau gila?! Jadi selama ini kau dekat dengan pembunuh?! Dan..dan bahkan ia pemimpinnya. Seohyun, kau..”
“Aku…tidak mungkin. Ini pasti bohong.” Kata Seohyun pada dirinya sendiri
“Jung Yonghwa. Kau dengar sendiri mereka menyebutkan namanya.”
“Benarkah? Benarkah mereka lakukannya? Benarkah Yonghwa..”
“Ah..jangan-jangan kau sudah mengetahuinya? Kau tahu kalau Yonghwa adalah pemimpin CN Blue karena itulah kau membelanya saat dulu aku menyalahkan CN Blue?!”
Seohyun kembali terdiam.
“Seohyun! Astaga..kau gila! Kau dengar sendiri sekarang. Mereka pelakunya. CN Blue. Jung Yonghwa!”
=================================================================================
Jiwoon tertawa setelah melihat berita di televisi. Ia tidak perlu melakukan apa-apa dan..bam! Jonghyun begitu saja masuk penjara tanpa campur tangannya.
“Hm..selamat menikmati harimu di penjara. Loser.” Gumamnya diikuti seringaian
Tak lama kemudian Jiwoon menggerutu ketika ponselnya berdering. Yoona menghubunginya. Ia yakin ini ada kaitannya dengan Jonghyun.
“Nah..sekarang apa?”
Klik
“Hm? Ada apa, Yoona?”
“Kau mengingkari janjimu. Kau yang melakukannya! Kau menjebloskannya ke penjara?!”
Jiwoon menyeringai “Jika aku bisa, maka akan sangat menyenangkan. Sayangnya Yoona, orang lain telah mendahuluiku.”
“Apa? Apa maksudmu?”
“Honey..aku tidak melakukan apapun. Bukan aku yang melaporkan mereka. Bukan aku yang menjebloskan Jonghyun sialan itu ke penjara.”
“Kau..ini bukan perbuatanmu?”
“Benar. Gadis pintar..”
……
“Honey?”
“Kalau begitu bebaskan mereka. Kau bilang kau bisa melakukan apapun bukan? Buktikan padaku Jiwoon.”
Jiwoon tersenyum licik “Tentu aku bisa melakukan apapun. Tapi apa yang bisa kudapat jika aku melakukannya?”
“Aku akan menikah denganmu.”
“Hei..sudah kubilang, pernikahan kita bukan negosiasi. Penawaran lain?”
“Aku tidak akan lagi menemui Jonghyun.”
“Yoona-ya..itu juga bukan sebuah negosiasi. Kau harus melakukannya atau aku akan melenyapkannya.”
“Lalu apa?! Apa yang kau mau dariku?”
“Hm..mudah. Ikut aku ke Perancis. Kita tinggalkan Seoul. Dengan begitu tidak akan ada lagi Jonghyun di antara kita.”
……..
“Honey? Hei..kau menolaknya? Tidak masalah. Aku tidak memaksa.”
“Oke. Bebaskan mereka segera.”
“Lee Jonghyun. Maksudmu hanya membebaskan Jonghyun tentu?”
“Cih. Baik. Bebaskan Jonghyun.”
==================================================================================
Krystal mengerjapkan matanya. Sinar matahari membangunkannya dari mimpi buruknya. Yah..apalagi kalau bukan karena memikirkan Yonghwa dan juga..
“Ya! Kau masih belum mau bangun juga?”
Krystal mengguncangkan tangan Minhyuk perlahan. Sama seperti sebelumnya, tidak ada reaksi dari lelaki itu.
“Selamat pagi, Krystal. Aku ingin melihatmu. Bisakah kau membuka kelopak mataku? Ini terlalu sulit untuk kulakukan.”
“Ck. Kenapa kau diam saja seperti mayat begini hah? Kau tidak tahu Yonghwa oppa, Jonghyun, dan Jungshin di penjara? Dan kau..kenapa kau disini? Kau seharusnya ada di penjara bersama mereka.”
“Benarkah? Mereka ditangkap? Kenapa? Apa yang terjadi?”
“Dengan begitu..setidaknya aku masih bisa melihat senyum bodohmu.” Sedih Krystal
“Maaf, Krystal.”
“Aish..kenapa aku menangis lagi. Kau bahkan tidak bisa mendengar suaraku.”
Krystal mengusap air matanya sedikit kasar. Ia bangkit berdiri, menatap wajah pucat Minhyuk beberapa saat.
“Dasar lelaki bodoh dan menyebalkan. Awas saja kalau kau belum bangun saat aku kembali kesini nanti.”
==================================================================================
Seohyun berjalan mondar-mandir di depan gerbang rumah Yonghwa. Ia tengah menunggu Krystal. Ada yang harus ia bicarakan. Karena ia yakin Krystal mengetahui sesuatu. Seunghyun menolak untuk menjelaskan padanya semalam jadi ia memilih untuk meminta penjelasan pada adik Yonghwa.
Krystal yang baru sampai setelah dari rumah sakit, menatap Seohyun tanpa minat.
“Kau tidak punya televisi? Kau tidak tahu Yonghwa oppa ditangkap polisi?”
“De, aku tahu.”
“Lalu kenapa kau masih kesini?”
“Tolong jelaskan padaku apa yang terjadi.”
“Huh?” Krystal memalingkan wajahnya, ia membuka gerbang rumah dan masuk ke halaman
Seohyun mengikuti di belakang Krystal “Tolong, Krystal.”
“Tidak mau. Pergilah. Masih banyak lelaki yang mengejarmu.”
“Krystal. Aku mohon.”
Krystal berhenti di depan pintu rumahnya. Ia berbalik, menatap gadis yang lebih tua dua tahun darinya dengan kesal.
“Dan kenapa aku harus menjelaskannya padamu? Apa kau bisa membebaskannya?”
“Aku..” Seohyun menunduk “Aku hanya ingin mendengar kebenaran.”
“Apa?” Krystal semakin tidak senang “Pergi. Aku tidak akan menjelaskan apapun padamu.”
“Tolong, Krystal.” Seohyun menahan lengan Krystal
Krystal menyentakkan tangannya “Kau ingin aku menjelaskan padamu? Kenapa? Karena kau ragu pada Yonghwa oppa bukan? Karena kau tidak percaya padanya?”
“Aku..”
“Kau tidak mencintainya. Kau tidak percaya padanya. Jadi, aku tidak perlu repot-repot menjelaskan padamu karena toh, kau tidak bisa membantu. Sekarang pergi dari sini.”
Brak! Krystal masuk dengan membanting pintu.
Seohyun terpaku di tempatnya berdiri. Perkataan Krystal membuatnya tersadar. Tidak seharusnya ia seperti ini. Ia harus percaya pada Yonghwa. Lelaki yang dikenalnya sebagai pribadi menyenangkan dan baik itu tidak mungkin melakukan kejahatan semacam ini.
“Krystal..maafkan aku..” sesal Seohyun sembari mengetuk pintu
“Tolong jelaskan padaku. Aku ingin..mungkin..bisa sedikit membantu.”
==================================================================================
Pernyataan bangkrut dari General Manager Hyungsan  corp. menimbulkan reaksi keras bagi berbagai pihak. Hyungsan corp., yang sempat menjadi perusahaan properti nomor satu di Korea Selatan menyatakan pailit dengan  total hutang  lebih dari US$ 713 milyar. Disebut-sebut sebagai hutang terbesar sepanjang sejarah Korea Selatan. Hal ini ditengarai karena korupsi yang dilakukan pihak dalam. Namun GM menyanggah hal itu. Sampai saat ini mereka tidak melakukan penyelidikan untuk mengusut kasus tersebut. Lee Hyungsan, presiden direktur sekaligus pemilik Hyungsan  corp. diketahui melarikan diri ke luar negeri bersama istrinya. Meninggalkan putra tunggal mereka, Lee Jungshin, yang saat ini dipenjara karena tuduhan pembunuhan bersama CN Blue.
“Hah. Pecundang. Orang tua macam apa mereka.”
Hyuna melempar korannya. Ia kemudian mengoleskan selai pada roti untuk makan paginya.
“Baik. Untuk sementara, kulupakan masalah kalian. Akan kuselesaikan masalah Jungshin. Baru setelah itu aku akan mengurus kalian. Nikmati sisa waktu kalian, Tuan dan Nyonya Lee yang terhormat.”
Tbc -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar